Berita yang memuat tentang-tentang teman-teman kita yang masuk islam.
Selamat datang
SELAMAT DATANG DI BERITA-BERITA ISLAM
BLOG YANG KHUSUS UNTUK BERITA-BERITA ISLAM
Rabu, 08 Februari 2012
7 Tanggapan tentang Islam
sumber:
Mengapa Kami Memilih Islam
Oleh Rabithah Alam Islamy Mekah
Alih bahasa: Bachtiar Affandie
Cetakan Ketiga 1981
Penerbit: PT. Alma’arif, Bandung
==========================
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Segala puji bagi Allah Subhanahu wata’ala. Kita memuji, memohan
pertolongan dan meminta ampun kepadaNya. Kita berlindung kepada Allah
dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan. Barang siapa diberi
petunjuk oleh Allah Subhanahu wata’ala maka tidak ada yang bisa
menyesatkannya, dan barang siapa disesatkan oleh Allah maka tidak ada
yang bisa menunjukinya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi
bahwa Muhammad itu adalah hamba dan RasulNya.
Ebook ini diambil dari buku MENGAPA KAMI MEMILIH ISLAM, Oleh Rabithah Alam Islamy Mekah
Semoga ebook ini bermanfaat bagi seluruh kaum muslimin.
————-
Compiled ebook by Akhukum Fillah
La Adri At Tilmidz
Hanya kepada Allah saya memohan petunjuk, taufik serta kekuatan untuk
selalu menjauhi laranganNya, untuk diri saya sendiri dan untuk segenap
umat Islam. Dan mudah-mudahan Dia menjauhkan kita dari hal-hal yang
diharamkan serta menjaga kita dari hal-hal yang buruk, sesungguhnya
Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia Maha Penyayang di antara para
penyayang.
————-
MENEBAR ILMU DAN TEGAKKAN SUNNAH http://www.sunny.wordpress.com
==========================================================================
H.F. Fellows (Inggris)
Saya telah menghabiskan sebagian besar hidup saya dalam Angkatan Laut
Kerajaan Inggris (Royal Navy) dan saya turut serta dalam perang dunia
pertama tahun 1914 dan perang dunia kedua tahun 1939.
Di lautan orang tidak mungkin dapat menghindarkan diri dari keganasan
alam, ditambah dengan kekuatan dan kemampuan alat-alat perlengkapan
perang yang efisien abad kedua puluh. Contoh yang mudah ialah kabut dan
angin ribut, merupakan tambahan bahaya di waktu perang.
Pada kami ada sebuah buku yang bernama “Queen’s Regulations and
Admiraly Instructions” : Buku ini berisi ketentuan-ketentuan buat
opsir-opsir dan tentara bawahan, penjelasan mengenai penghargaan, baik
dalam bentuk promosi atau tanda penghargaan berkelakuan baik,
kepangkatan dan pensiun. Di dalamnya terdapat penjelasan-penjelasan
terperinci tentang batas tertinggi hukuman-hukuman yang bisa dikenakan
atas pelanggaran disiplin Angkatan Laut, termasuk di dalamnya segala hal
yang bersangkutan dengan segala segi kehidupan selama bertugas di
dalamnya. Dengan mengikuti/mentaati segala instruksi yang terkandung
dalam buku tersebut, sebahagian besar para anggota Angkatan Laut telah
digiring ke arah perangai yang teratur, cepat dan berkemauan tinggi.
Saya bisa mengatakan bahwa Al-Qur’anul-Karim adalah sesuatu yang
sangat berharga, bahkan kalau boleh saya katakan, adalah satu-satunya
Kitab yang bernilai paling tinggi, berisi ajaran-ajaran Allah
Rabbul-’Alamin untuk semua orang, wanita dan anak-anak di muka bumi.
Sebelas tahun yang lalu saya bekerja sebagai tukang kebun. Pekerjaan
ini juga membuktikan tentang ketergantungan manusia kepada Tuhan. Jika
anda bekerja sesuai dengan perintah-perintah Tuhan, Dia akan menolong
anda dan kebun anda akan berkembang dengan baik. Sebaliknya, jika anda
tidak mengindahkan hukum-hukumNya, maka kegagalan menanti sebagai
hadiahnya.
Ramalan-ramal;an para ahli cuaca dan iklim tidak selalu benar. Kalau
dalam beberapa hal mereka benar, maka dalam hal-hal lain mereka tidak
benar.
Saya percaya bahwa Al-Qur’anul-Karim itu adalah firman Allah s.w.t.
dan sesungguhnya Allah s.w.t. telah memilih Rasul-Nya, Muhammad s.a.w.
supaya menyampaikan Risalah ini kepada manusia semuanya.
Agama Islam cocok dengan kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama
yang mudah dan luas, tidak mengandung peraturan-peraturan yang tidak
bisa dimengerti. Dan peribadatan Islam dalam berbagai bentuknya akan
menimbulkan keikhlasan yang mendalam.
Saya lahir dan dibesarkan sebagai orang Kristen di negara Kristen,
dan kebiasaan-kebiasaan Kristen telah berakar kuat dalam jiwa saya,
sehingga tidak mungkin mencabutnya atau melepaskan diri dari padanya,
kecuali dengan adanya dorongan yang sangat kuat. Dalam hubungan ini saya
harus menegaskan bahwa dorongan itu terpancar dari dalam jiwa saya
sendiri. Dan walaupun segala persoalan saya dapat dijawab, tidak ada
seorangpun yang menyarankan supaya saya memeluk agama Islam.
Dasar-dasar kepercayaan Islam dan Kristen itu sama, sehingga
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuat jelasnya segala
persoalan.
Disebabkan keyakinannya bahwa gereja Kristen ada mengandung banyak
kepercayaan dan peribadatan-peribadatan keberhalaan, akhirnya Luther
memulai pemberontakannya terhadap gereja yang berakibat adanya perubahan
dan pembentukan dasar Protestan.
Ratu Elisabeth I pada waktu negaranya berada di bawah tekanan Gereja
Katolik Roma di Spanyol, dan pada waktu bersamaan, negara-negara Eropa
Tengah berada di bawah tekanan Kerajaan Usmaniah (Ottoman Empire), maka
terbentuklah persamaan tujuan Islam dan Protestan melawan keberhalaan.
Akan tetapi jelas bahwa Martin Luther tidak tahu atau pura-pura tidak
tahu bahwa sebelum dia mulai dengan gerakannya, sembilan abad yang lalu,
Rasulullah Muhanunad s.a.w. telah lahir untuk mengoreksi segala
kepercayaan yang salah. Dan hal itu tidak hanya tertuju kepada agama
Kristen saja, tapi juga terhadap semua agama langit yang terdahulu.
Dalam pada itu, maka gerakan perbaikan yang dipimpin oleh Martin Luther
itu tidak menghapuskan semua kepercayaan keberhalaan dan peribadatan
dalam agama Kristen. Apa yang dikerjakannya hanya merupakan babak baru
dari kekakuan dan fanatisme yang terus menerus tanpa batas sampai
sekarang.
Baik juga dikemukakan bahwa pada waktu mahkamah-mahkamah Inkuisisi di
Spanyol (Spanish Inquisition) sangat kaku dan menimbulkan pertumpahan
darah, justru Islam menunjukkan toleransinya dan jauh dari fanatisme
Chauvinisme. Malah orang-orang Yahudi yang merasa tertekan di Spanyol
pada mengungsi ke Turki, sehingga mereka menjadi aman dan selamat.
Nabi Isa a.s. telah memerintahkan kepada kita supaya mengikuti Wasiat
Sepuluh (The Ten Commandement) yang diturunkan kepada Musa a.s. di
gunung Tursina. Wasiat pertama ialah: “Sesungguhnya Aku ini Allah, Tuhan
kamu. Maka janganlah menjadikan Tuhan selain Aku.” Wasiat pertama ini
dikompromikan dengan kepercayaan penebusan (Doctrine of Atonement),
dimana terdapat pengertian bahwa kesetiaan kepada Kristus melebihi
kesetiaan kepada Tuhan, karena Kristus akan memberi syafa’at (pembelaan)
kepada kita pada hari kiamat. Dalam pada itu maka orang-orang Kristen
percaya bahwa Kristus itu penjelmaan Tuhan (God Incarnate).
Saya selalu menggambarkan Tuhan itu sebagai penunjuk ummat manusia, bersifat pemaaf, pengasih dan adil
Berdasarkan kepercayaan inilah, maka manusia sanggup menenangkan
dirinya menghadapi keadilan dan kasihnya, rahmat-Nya sambil melaksanakan
segala tugas yang diberikan kepadanya.
Anda bertanggung jawab selama hidup tentang segala amat perbuatan
anda sendiri. Jika anda seorang accountant dan anda menipu dalam cara
anda menghitung, anda pasti akan dijebloskan ke penjara. Dan jika anda
mengendarai mobil terlalu cepat di atas jalanan yang licin, mobil anda
pasti slip dan mendapat kecelakaan. Dan sebagainya.
Semua itu adalah kesalahan anda, karena andalah yang melakukannya.
Akan tetapi dengan sikap pengecut anda ingin melemparkan tanggung jawab
kepada orang lain.
Saya tidak percaya bahwa kita (manusia) dilahirkan dalam keadaan
berdosa, sebab hal itu bertentangan dengan athifah (sentimen) suci dari
pada anak-anak. Pengalaman mengajarkan kepada saya bahwa salah satu
tabi’at manusia yang normal ialah mempunyai keinginan menggembirakan
orang lain, selama orang lain itu bukan orang yang tidak disukai, bahwa
anak-anak itu menghormati pikiran-pikiran orang tua dan guru-guru mereka
bahwa orang-orang dewasa menghormati pikiran dan pendapat atasan mereka
dan mereka bergembira bila berkesempatan menolong tetangga mereka. Akan
tetapi kadang-kadang kita merasakan, karena satu dan lain sebab,
kemarahan yang sangat, sehingga terpaksalah kita menyiksa seseorang atau
merusak sesuatu benda. Tingkat-tingkat perbuatan ini berbeda-beda berat
atau ringannya, berbeda pula tenggang waktu terjadinya. Pada waktu kita
memenuhi ajakan rasa marah itu, kita tambah berdosa. Sebagai misal
ialah permainan olah raga. Jika seorang pemain menyalahi peraturan
permainan, wasit tentu menghukum dia sebagai balasannya. Berdasarkan
contoh ini, kita berpendapat bahwa kepercayaan yang mengatakan bahwa
Kristus memikul dosa manusia itu adalah suatu kepercayaan yang berputar
balik dan tidak masuk akal. Kita tidak mengerti kalau kita yang berbuat
dosa, tapi Yesus yang harus disiksa!
Wasiat yang kedua (the second Commandement) dari yang sepuluh itu
dimulai dengan kata-kata: “Janganlah engkau membuat patung berukir untuk
dirimu.” Selanjutnya wasiat kedua ini menyatakan: “Janganlah
membungkukkan diri dan menyembah kepadanya.” Akan tetapi banyak sekali
gereja-gereja dan katedral-katedral yang memancangkan patung-patung itu
di altarnya dan praktis orang-orang menyembahnya.
Saya sering merasa kaget, bagaimana Hidup, Wafat dan Kebangkitan
Yesus itu tidak berpengaruh apa-apa secara langsung terhadap penduduk
Palestina pada waktu itu yang terdiri dari orang-orang Yahudi,
orang-orang Romawi dan lain-lain. Karena dari sejarah yang saya baca
jelas bahwa riwayat hidup Yesus itu tidak berpengaruh apa-apa terhadap
para penyerangnya. Dan waktu saya belajar di sekolah, saya tidak
mempelajari selain ayat-ayat Injil, dan telah beberapa abad yang lalu
agama Kristen menghadapi perlawanan, sampai akhirnya agama Kristen
menjadi kuat dan terbesar. Di situlah juga saya mempelajari sejarah
Hidup Muhammad Rasulullah s.a.w., kemenangan-kemenangannya dan
kepercayaan Islam yang terbesar. Akan tetapi tidak ada keterangan
tentang segi-segi kejiwaan Islam.
Antara tahun 1919 dan 1921 saya bertugas di Angkatan Laut dalam
kapal-kapal yang ditempatkan di perairan Turki. Hal itu telah mendorong
perhatian saya terhadap Islam. Pernyataan Syahadat pokok dalam agama ini
berbunyi “Laa Ilaaha Illallah, Muhammadur-Rasulullah” telah menggugah
perhatian saya terhadapnya. Lalu saya membeli beberapa buah buku tentang
Islam, akan tetapi kebanyakan isinya saya lihat memberatkan Islam.
Sebab cara hidup khalifah-khalifah Turki dalam tiga abad terakhir dan
korupsi yang dilakukan oleh kaum politisi dan para pejabat
pemerintahannya telah memberikan pandangan buruk terhadap Islam. Oleh
karena itu maka perhatian saya terhadap Islam mulai luntur secara
berangsur-angsur. Akan tetapi keimanan saya kepada Allah tetap, hanya
saja keimanan yang pasif.
Sejak setahun yang lalu, perhatian saya terhadap Islam datang lagi
dan kembali pula saya membahasnya. Saya mengirim surat kepada Missi
Islam, sehingga saya dikiriminya beberapa buah buku yang dikarang oleh
para pengarang Muslim. Buku-buku itu menunjukkan kekeliruan-kekeliruan
orang-orang Barat dalam memahami Islam, pemalsuan dan perubahan yang
mereka lakukan terhadap ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Saya baca
dalam buku ini tentang kebangkitan kembali kaum Muslimin sesudah mereka
tidur lelap beberapa abad lamanya, tentang gerakan-gerakan pembangunan
yang aktif yang menunjukkan kembalinya Islam kepada kesuciannya dahulu
di bawah sinar kemajuan zaman dan ilmu pengetahuan modern yang dengan
mana Islam cocok sepenuhnya.
Baru-baru ini beberapa surat kabar melaporkan pernyataan-pernyataan
para filosof dan pengarang yang pokoknya mengemukakan bahwa agama-agama
sekarang telah ketinggalan zaman. Saya yakin bahwa kata-kata mereka
seperti itu berasal dari keraguan orang-orang Barat terhadap agama
Kristen. Mereka yang –menurut pengakuannya– pengatur pembangunan
(reformers) sebenarnya telah terjatuh ke jurang kesalaban yang sama
seperti yang telah dilakukan oleh Martin Luther sebelumnya. Sebab Islam
adalah suatu agama yang telah membuktikan segala kegairahan pembangunan,
berdiri tegak dan nyata di hadapan kita.
Adalah suatu paradox, jika anda tidak pernah datang ke gereja, orang
tidak ambil pusing dan tidak berkata apa-apa tentang anda. Akan tetapi
jika anda menjadi seorang Muslim, maka jadilah anda dalam pandangan
mereka, paling sedikitnya, seorang yang aneh (eccentric).
Singkatnya cerita, saya telah memeluk agama Islam. baik dalam teori
maupun dalam praktek dan dalam segala keadaan. Hilang lenyaplah segala
keraguan dan pikiran-pikiran saya yang salah, dan tenanglah pikiran
saya, bahwa sesungguhnya Islam itu –tanpa ragu-ragu-adalah jalan yang
lurus (the right path) Kita mohon bimbingan Allah di atasnya dan bahwa
Islam akan tetap untuk selamanya merupakan jalan yang lurus.
=====================================================
Muhammad Sulaiman Takeuchi
Ethnolog Jepang
Alhamdulillah saya telah menjadi seorang Muslim. Islam telah menarik perhatian saya karena tiga hal:
Persaudaraan dalam Islam dan isinya merupakan kekuatan pertahanan.
Penyelesaian praktis tentang beberapa masalah kehidupan manusia. Dalam
Islam tidak ada pemisahan antara ibadat dan kehidupan manusia dalam
masyarakat. Bahkan orang-orang Islam melakukan sembahyang secara
bersama-sama (berjamaah), sama seperti kalau mereka melakukan
tugas-tugas kemasyarakatan, karena mengharap keridlaan Allah s.w.t.
Islam adalah kombinasi material dan spiritual dalam kehidupan manusia.
Persaudaraan Islam itu tidak mengenal golongan, suku bangsa dan
keturunan. Persaudaraan Islam menghimpun semua kaum Muslimin dari
seluruh pelosok dunia. Lebih dari itu, Islam tidak khusus untuk
segolongan tertentu, Islam adalah agama umum untuk semua manusia dari
segala bangsa; apakah mereka orang-orang Pakistan atau orang-orang
India; apakah mereka orang-orang Arab atau orang-orang Afganistan; China
atau Jepang. Singkatnya Islam itu agama dunia untuk semua bangsa dan
semua benua. Islam menjamin dapat memecahkan segala kesulitan hidup.
Islam adalah agama langit satu-satunya yang menang terhadap segala
tantangan zaman dan ajaran-ajarannya tetap asli sebagaimana yang
diwahyukan kepada Rasulullah s.a.w. sejak 14 abad yang lalu. Islam
adalah agama fithrah (natural religion), dan karena itulah maka Islam
adalah agama yang fleksibel, sesuai dengan segala kebutuhan manusia
dengan segala perbedaannya pada setiap zaman, sebagaimana Islam telah
membuktikan peranannya yang penting dalam perkembangan sejarah
kenegaraan dan kemasyarakatan dalam waktu yang relatif singkat. Islam
mengatur susunan masyarakat dalam usahanya untuk menyelamatkan
kemanusiaan, sebagaimana juga Islam bukan suatu agama yang berdiri di
pinggir lapangan hidup manusia. Tidak seperti agama Buddha dan Kristen
yang menganjurkan supaya mengkesampingkan segala hubungan duniawi dan
menjauhkan diri dari masyarakat kemanusiaan. Sebagian penganut Buddha
mendirikan kelenteng-kelenteng di kaki-kaki gunung yang, tidak bisa
dicapai oleh manusia, kecuali dengan susah payah. Banyak contoh dalam
kehidupan keagamaan orang-orang Jepang, di mana mereka menjadikan
“tuhan” itu jauh dari jangkauan manusia.
Begitu juga halnya dengan orang-orang Kristen yang mendirikan
tempat-tempat bersemedi (monasteries) di tempat-tempat yang yang
terpencil. Kedua agama itu memisahkan kehidupan keagamaan dari kehidupan
manusia yang biasa. Sedangkan Islam kita dapatkan sebaliknya. Kaum
Muslimin mendirikan mesjid-mesjid di tengah-tengah kampung atau kota,
atau di pusat-pusat perdagangan kota. Agama kita (Islam) menganjurkan
supaya melakukan sembahyang bersama-sama dan supaya menjaga kemaslahatan
masyarakat, dengan ketentuan bahwa hal itu termasuk bagian dari agama.
Kehidupan manusia adalah campuran antara jiwa dan benda, sebab Allah
s.w.t. telah menciptakan kita dari ruh dan jasad, sehingga kalau kita
memang menginginkan kesempurnaan dalam hidup, kita harus mempersatukan
roh dan jasad, dan tidak memisahkan kehidupan rohani dari kehidupan
kebendaan. Islam menganggap kedua-duanya (kerohanian dan kebendaan) itu
penting, dan meletakkan keduanya pada tempatnya yang benar. Atas dasar
inilah falsafah kehidupan Islam berdiri, mencakup semua segi kehidupan
manusia.
Saya adalah orang yang baru saja memeluk Islam. Sejak saya memeluknya
dua tahun yang lalu, saya telah menemukan Islam sebagai agama
persaudaraan atas dasar akidah (kepercayaan) dan amal.
Jepang pada waktu ini adalah suatu negara yang paling maju dalam
bidang industri, dan masyarakat Jepang telah berubahnya seluruhnya,
sebagai akibat revolusi teknologi dengan akibatnya yang berupa corak
kehidupan yang materialistis. Dan karena negeri ini miskin dengan
sumber-sumber alam, maka bangsa Jepang harus bekerja keras siang dan
malam untuk menutupi kebutuhan hidupnya dan menjaga keseimbangan
perdagangan dan industrinya. Itulah sebabnya, makanya kami selalu sibuk
dengan usaha-usaha mencari kekayaan untuk hidup yang tidak ada
pengaruhnya dalam kehidupan rohani. Seluruh perhatian kami ditumpahkan
untuk memperoleh keuntungan-keuntungan duniawi, karena kami tidak
mempunyai waktu yang cukup untuk memikirkan soal-soal yang bukan
kebendaan.
Bangsa Jepang tidak mempunyai agama dan tidak mempunyai tujuan
apa-apa. Bangsa Jepang hanya mengikuti pengaruh materialisme Eropa, dan
mungkin inilah yang menambah kebekuan jiwa bangsa Jepang, sebab jasmani
mereka yang telah mengecap kenikmatan makanan yang lezat dan pakaian
yang bagus, tidak disertai dengan jiwa yang berbahagia.
Saya yakin bahwa momentum ini adalah kesempatan yang paling baik
untuk menyiarkan agama Islam di kalangan bangsa Jepang. Sebab
ketidak-tahuan yang menjalar di belakang benda duniawi telah menyebabkan
bangsa-bangsa yang menyebut dirinya maju itu telah menjadi mangsa atau
korban kekosongan jiwa. Dan Islam adalah satu-satunya agama yang sanggup
mengisi kekosongan jiwa mereka, dan kalau langkah-langkah yang teratur
dilakukan untuk dakwah Islam di Jepang sekarang, maka tidak akan lebih
dari dua atau tiga turunan, seluruh bangsa ini telah masuk dalam agama
ini. Saya menegaskan bahwa usaha serupa itu akan merupakan pertolongan
yang besar buat Islam di Timur jauh, sekaligus merupakan nikmat terbesar
bagi kemanusiaan di bagian dunia ini.
===================================================
S. A. Board (Amerika Serikat)
Pada tahun 1920, ketika saya sedang ada dalam sebuah kantor dari
salah seorang dokter, saya melihat sebuah Majalah “African Times and
Orient Review” yang terbit di London. Di dalamnya terdapat sebuah
artikel tentang Islam, dimana terdapat sebuah keterangan yang telah
menarik perhatian saya dan saya tidak akan pernah melupakannya, karena
memang sudah menjadi sebagian dari diri saya sendiri. Keterangan itu
berbunyi: Laa Ilaaha illallah, bahwa di seluruh alam raya ini hanya ada
satu Tuhan. Ini adalah satu milik yang tidak ternilai harganya; satu
kepercayaan yang tertanam dalam dada setiap orang Islam.
Segeralah sesudah itu saya menjadi seorang Muslim, dan saya telah
memilih nama Shalahuddin. Saya yakin bahwa Islam adalah agama yang
benar, karena. Islam tidak mempersekutukan Allah, dan Islam mengajarkan
kepada kita bahwa manusia itu sendiri bertanggungjawab atas segala
dosanya, sehingga seseorang itu tidak menanggung dosa orang lain. Islam
juga sesuai dengan fithrah (nature) yang menunjukkan kepada kita bahwa
tidak mungkin ada dua penanggung jawab atas satu perbuatan, apakah
perbuatan itu pada ladang, padang rumput, kota, pemerintahan,
ummat/bangsa atau dunia seluruhnya. Kenyataan lain yang meyakinkan saya
atas benarnya Risalah Islam, ialah bahwa Islam telah membangunkan bangsa
Arab dan mengeluarkannya dari kegelapan padang pasir, menjadi satu
bangsa yang tegak kuat, sehingga mereka menjadi penjelajah dunia dengan
bangunan Kerajaan baru dan mengumandangkan nyanyian cinta dan kemenangan
di lembah Andalusia. Pada waktu kaum Muslimin datang di Spanyol, negeri
ini masih merupakan “hutan belantara”, kemudian mereka mengubahnya
menjadi “kebun mawar” yang indah. Saya mengucap puji dan syukur ke
hadirat Allah s.w.t. yang telah menunjukkan kebenaran melalu tulisan
orang seperti John W. Draper yang dalam “The Intelectual Development of
Europe”nya telah menunjukkan kepada dunia tentang peranan Islam yang
besar dalam membangun kebudayaan modern. Dia telah menyingkapkan ta’bir
pemalsuan yang dilakukan oleh para penulis sejarah Kristen untuk
menutupi jasa Islam terhadap kemajuan Eropa.
Berikut ini tulisannya teniang keadaan orang-orang Eropa pada abad-abad pertengahan yang ditemui oleh kaum Muslimin:
“Dari barbarismenya orang-orang Eropa yang hampir tidak seorangpun
bisa disebut telah meningkat maju dari tingkat biadab, badan mereka
kotor, akal mereka dungu, tempat tinggal mereka berupa dangau dengan
lantai beralaskan rumput dan berdinding jerami. Makanan mereka terdiri
dari sayur-sayuran, kacang-kacangan, pucuk-pucuk daun dan bahkan
umbi-umbian. Badan mereka berbalut kulit binatang tanpa disamak dan
selendang buruk/tua, yang jauh dari terpeliharanya kehormatan pribadi.”
Eropa banyak berhutang budi kepada Arab Muslim mengenai kebahagiaan
pribadi. Kebersihan secara Islam, dan kaum Muslimin tidak bisa
mengenakan apa yang digunakan sebagai selendang oleh orang-orang Eropa
waktu itu, selembar kulit binatang yang tetap melindungi dirmya sampai
tua, kumal dan berkoyak-koyak, tidak sedap dipandang mata, berbau busuk
dan penuh kutu-kutu. Bangsa Arab yang telah mampu menerangi jalan hidup
ummat manusia dan melepaskan mereka dari keputus-asaan serta kegelapan
dan khurafat, dan yang telah menyebabkan keturunan mereka menjadi
pemimpin ummat manusia dan berkedudukan tinggi di dunia. Itulah
orang-orang Arab. Allah mesti bersama mereka. Kehendak Allah s.w.t.
mengubah wajah sejarah dunia dengan jalan mengutus Muhanumad s.a.w. dan
menurunkan Al-Qur’an. Tanpa semua itu tidak mungkin ilmu pengetahuan
modern dapat menemukan cahaya kemajuan.
======================================================
B. Davis (Inggris)
Saya lahir pada tahun 1931. Sesudah saya berumur 6 tahun, saya
memasuki sekolah lokal untuk selama 7 tahun, kemudian saya masuk sekolah
lanjutan. Saya tumbuh sebagai seorang Methodist, kemudian menjadi
seorang Anglican, dan akhimya menjadi seorang Anglo Catholic.
Dalam semua perjalanan hidup keagamaan ini, saya merasa bahwa agama
itu terpisah dari kehidupan biasa, seakan-akan agama itu hanya semacam
pakaian yang hanya dikenakan pada setiap hari Minggu. Dan saya
perhatikan banyak orang yang melepaskan diri dari ke-Kristenan, terutama
angkatan mudanya, sehingga nampak dengan jelas bahwa agama Kristen
tidak berdaya mengatasi krisis masyarakat sekarang. Lalu Kristen
berusaha menarik para pengikutnya dengan setanggi yang berminyak wangi,
cahaya-cahaya lampu yang gemerlapan, pakaian-pakaian para pendeta yang
berwarna-warni dan jubah-jubah panjang dan lain-lain cara Romanisme,
tanpa berusaha mengikut sertakan dirinya pada apa yang sedang
berlangsung di luar Gereja. Semua itu telah cukup menyebabkan saya
keluar dari agama Kristen dan menjadi seorang Komunis dan Facist.
Dalam komunisme saya berusaha mengetahui. Kebaikan-kebaikan
masyarakat tanpa klas. Akan tetapi cerita-cerita yang terus menerus dari
orang-orang yang melarikan diri dari “demokrasi baru” telah menyebabkan
saya tahu bahwa komunisme itu alat Rusia untuk mencapai tujuannya
menguasai dunia. Kemudian saya memalingkan muka ke arah yang berlawanan,
yakni fascisme. Doktrin fascisme memberikan janji segala-galanya untuk
manusia. Di bawah naungan fascisme saya berusaha untuk memenuhi jiwa
saya dengan kebencian terhadap semua orang yang berlainan ras dan warna
kulitnya. Dalam tempo beberapa bulan saja saya sebagai penyokong
Musolini, saya teringat kepada perang dunia ke-2 dengan segala
kejadiannya yang berupa siksaan-siksaan yang dilakukan oleh orang-orang
Nazi. Lalu saya berusaha untuk melupakan saja pikiran ini. Kenyataannya,
selama saya menjadi orang fascist, saya selalu tidak merasa ada
ketenangan dalam hati kecil saya, akan tetapi saya tetap mengkhayalkan
bahwa hanya dengan fascisme-lah segala kesulitan bisa diatasi.
Pada waktu hal itu menjadi puncak pikiran saya, tiba-tiba saya
melihat majalah “Islamic Review” di sebuah lorong buku. Saya tidak tahu
apa yang menyebabkan saya mau membayar 2 Shilling dan 6 pence untuk
membayar satu majalah yang membahas satu kepercayaan yang dikatakan oleh
orang-orang Kristen, orang-orang Komunis dan orang-orang fascist
sebagai kepercayaan yang tanggung dan hanya dianut oleh orang-orang
perampok dan bandit-bandit. Tapi bagamanapun juga saya telah membeli dan
membacanya, kemudian saya membacanya berulang-ulang. Hasilnya ialah
bahwa ternyata Islam itu meliputi segala apa yang saya anggap baik dalam
Kristen, dalam komunisme dan lain-lain, bahkan melebihi semuanya.
Waktu itu juga saya telah menjadi langganan majalah itu untuk
setahun, dan hanya dalam beberapa bulan saja saya telah menjadi seorang
Muslim. Saya merasakan adanya kebahagiaan yang meliputi jiwa saya; sejak
saya beroleh petunjuk-petunjuk dari kepercayaan yang baru ini dan saya
bercita-cita ingin belajar bahasa Arab nanti bilamana saya mampu. Saya
sekarang sedang belajar bahasa-bahasa Latin, Perancis dan Spanyol.
========================================================
Thomas Muhammad Clayton (Amerika Serikat)
Matahari telah melintasi garis tengah bumi, ketika kami berjalan
melalui jalan tanah dalam udara yang panas, kami mendengar suara nyaring
dengan gaya lagu yang bagus monoton memenuhi angkasa di sekitar kami.
Kami melintasi satu daerah yang penuh pohon-pohonan, ketika tiba-tiba
kami melihat suatu pemandangan yang mengherankan yang hampir mata kami
tidak mempercayainya. Seorang Arab yang buta, mengenakan pakaian yang
bersih berserban putih, berdiri di atas menara kayu yang nampak baru,
seakan-akan dia menghadapkan suaranya ke langit. Tanpa kami sadari, kami
terduduk, seakan-akan langgam suaranya itu secara hipnotis telah
menyihir kami. Adapun kata-katanya yang sedikitpun tidak kami mengerti
ialah: ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR !!! LAA ILAAHA ILLALLAH !!!
Segala sesuatu di sekitar kami tenang, tidak ada yang memperdulikan
pandangan kami. Akan tetapi sesudah suara itu berakhir, kami melihat
banyak orang berdatangan dan berkumpul terdiri dari berbagai tingkat
usia dan berbagai macam pakaian, dan jelas kelihatan bahwa mereka
terdiri dari berbagai macam tingkat sosial. Mereka berbondong-bondong
dengan sikap tenang dan khusyuk, lalu mereka menggelar tikar. Orang
banyak berdatangan ke tempat itu, sehingga kami menjadi bertanya-tanya
kapankan selesainya pertemuan ini?
Mereka pada membuka sandal dan duduk berjejer dalam barisan-barisan
yang panjang, yang satu di belakang yang lain. Tidak habis-habisnya
keheranan kami dan tetap diam membisu, karena tidak ada sesuatu tanda
tentang tujuan pertemuan ini, yang banyak menghimpun banyak orang kulit
putih, kulit kuning dan kulit hitam, orang-orang fakir miskin,
orang-orang kaya, peminta-minta dan pedagang; yang satu duduk
berdampingan dengan yang lain, tanpa membeda-bedakan unsur kemanusiaan
atau kedudukan sosial. Tanpa kami perhatikan bahwa seseorang di antara
yang berkumpul ini mengangkat matanya di atas orang banyak yang ada di
mukanya.
Jiwa persaudaraan yang meliputi pertemuan orang dengan segala
perbedaannya ini telah meninggalkan kesan yang tidak mungkin terhapus
dari jiwa kami. Dan sekarang, setelah lewat kurang lebih tiga tahun
sejak peristiwa itu yang dua tahun di antaranya saya telah menjadi
seqrang Muslim, saya tidak habis-habisnya menemukan jiwa saya terbangun
dari tidur di tengah malam untuk mendengar lagi suara dan seruan yang
indah dan menarik itu, dan selalu saya melihat pertemuan orang banyak
yang nampak semua berwajah utama menghadap dengan sepenuh hati mereka
yang dalam kepada Tuhan Al-Khalik.
===================================================
J.W. Lovegrove (Inggris)
Dalam tulisan yang pendek ini, saya dengan kerendahan hati berusaha
untuk menjawab beberapa pertanyaan yang saya terima dari berbagai pihak
tentang mengapa saya memeluk agama Islam. Saya tidak memandang dalam
posisi sebagai pembela agama ini, akan tetapi agama ini sendiri
mempunyai keistimewaan-keistimewaan, yakni agama ini kekal sepanjang
sejarah dan ajaran-ajaran yang diberikannya kepada dunia adalah
merupakan satu kepribadian dalam sejarah.
Sepengetahuan saya, agama-agama yang lain sedikit sekali
ajaran-ajarannya yang asli, karena yang sampai kepada kita hanya
cerita-cerita yang mengandung sedikit dasar-dasar moral yang merupakan
pokok-pokok yang memang tidak bisa dikesampingkan. Sedangkan sejarah
hidup guru-gurunya sendiri tetap tertutup kabut rahasia, suatu hal yang
tidak akan menolong kita dapat membaca ajaran-ajaran mereka sendiri
dalam bentuk perbuatan-perbuatan mereka yang nyata.
Adapun agama Islam sepenuhnya bertentangan dengan semua itu.
Seorangpun tidak akan bisa meragukan keaslian ajaran-ajarannya yang
tersiar dari sumbernya yang asli. Kitab Suci Islam, Al-Qur’an yang
sekarang ini sama seperti yang diturunkan kepada Rasulullah s.a.w. Dan
Sunnah Rasul yang berupa perbuatan dan ucapan, yang merupakan penjelasan
Al-Qur’an dan tafsir hukum-hukumnya telah sampai kepada kita semurni
keadaannya dahulu. Saya telah menemukan di dalamnya obat pelipur jiwa
yang tidak pemah saya temukan dalam ajaran-ajaran agama lain. Saya
menginginkan agama yang mudah, praktis dan bebas dari segala dogma yang
tidak bisa saya terima tanpa membunuh akal saya.
Sesungguhnya melakukan kewajiban terhadap Tuhan dan tetangga adalah
merupakan objek pokok dalam setiap sistem agama apapun. Akan tetapi
hanya Islam sajalah yang telah menempatkan ajaran-ajaran dasar itu dalam
bentuk yang praktis. Kita membutuhkan dasar-dasar ajaran dan
contoh-contoh yang baik untuk menghadapi soal-soal duniawi yang terdiri
dari bermacam-macam kebutuhan yang terus menerus dan soal-soal yang baru
muncul. Kita juga memerlukan bimbingan ke jalan hidup yang lurus
menghadapi segala tantangan hidup. Semua itu saya temukan dalam Islam.
===============================================
T.H. McBarkli (Irlandia)
Saya hidup dalam lingkungan para penganut aliran Protestan, dan sejak
kecil saya merasa tidak puas dengan ajaran-ajaran ke-Kristenan. Maka
sesudah saya masuk universitas, keraguan saya itu menjadi kenyataan,
sebab agama Kristen –seperti yang saya lihat– sedikit sekali artinya,
atau bahkan bukan apa-apa buat saya. Dalam keputusasaan saya untuk
menemukan kepercayaan yang mengandung segala nilai yang saya
cita-citakan, saya telah mencoba memberi kepuasan kepada jiwa saya
dengan cara menggambarkan suatu kepercayaan yang tidak begitu jelas
memancar dari dalam jiwa saya.
Pada suatu hari saya mendapat sebuah buku yang berjudul ‘Islam and
Civilization.’ Belum selesai saya membaca buku itu, sudah ternyata bagi
saya bahwa aliran yang ditunjukkan oleh buku itu hampir semuanya
mengandung apa yang telah saya khayalkan mengenai kepercayaan.
Toleransi Islam bertentangan dengan fanatisme aliran-aliran Kristen,
ilmu pengetahuan dan kemajuan negeri-negeri Islam pada abad pertengahan
berlawanan dengan kebodohan dan khurafat yang merajai negeri-negeri lain
pada waktu yang sama, dan teori logis dari Islam mengenai pembalasan
atau hukuman terhadap segala amal perbuatan manusia merupakan tantangan
terhadap teori penebusan dosa manusia yang diajarkan oleh Kristen. Semua
itu merupakan soal-soal yang meyakinkan saya.
Akhirnya saya yakin atas kebenaran ajaran Islam yang luas meliputi
seluruh alam kemanusiaan, untuk yang kaya dan yang miskin secara sama
rata, bisa dan mampu melenyapkan segala rintangan yang ada antara segala
aliran dan warna kulit.
==============================================
Devil Warrington Fry (Australia)
Islam telah masuk ke dalam jiwa saya seperti cemerlangnya musim semi
yang telah memecah kegelapan musim dingin. Islam telah menghangatkan
jiwa saya dan telah menutupi badan saya dengan ajaran-ajarannya yang
indah cemerlang. Alangkah jelas dan segarnya ajaran-ajaran Islam itu,
dan alangkah logisnya kalimat “Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad
adalah Utusan Allah.”
Mungkinkah ada yang lebih tinggi dan lebih bersih dan suci dari itu?
Nonsens dengan ajaran kepercayaan: “Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan
Ruhul-Kudus” yang telah merajai hati orang, tapi tidak bisa diterima
oleh akal yang sehat.
Islam cocok sepenuhnya dengan jiwa abad modem dan bisa dipraktekkan
di dunia sekarang. Ambillah saja misalnya ajaran “persamaan antara
manusia” yang merupakan ajaran yang digembar-gemborkan oleh
gereja-gereja Kristen sendiri. Akan tetapi teori ini tidak ada dalam
praktek mereka. Sebab Paus, para archbishop, bishop dan lain-lain selalu
berusaha untuk memusatkan segala kekuasaan mereka dengan
mengatas-namakan Tuhan.
Alangkah bedanya hai itu dengan Islam dengan ajaran-ajarannya yang benar yang diwahyukan Allah s.w.t. kepada Muhammad s.a.w.:
Hai sekalian orang yang beriman! Nafkahkanlah sebagian yang baik dari
yang kamu usahakan dan dari yang Aku tumbuhkan buat kamu di bumi. Dan
janganlah kamu memilih dari padanya yang buruk untuk kamu nafkahkan,
pada hal kamu sendiri tidak akan mau menerimanya kecuali dengan
memicingkan mata terhadapnya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah itu
Maha Kaya dan Maha Terpuji. — Al-Baqarah 267.
==============================================
Farouk B. Karai (Zanzibar)
Saya memeluk agama Islam sebagai buah dorongan jiwa saya sendiri dan
karena besarnya kecintaan dan penghargaan saya kepada Rasul Islam
Muhammad s.a.w. Hati saya telah dicengkeram oleh perasaan-perasaan itu
sejak lama secara spontan. Tambahan lagi, saya tinggal di Zanzibar, di
mana banyak sahabat-sahabat saya yang beragama Islam telah memberi
kesempatan kepada saya untuk mempelajari dan mengerti Islam secukupnya.
Maka secara diam-diam saya telah membaca sebahagian tulisan tentang
Islam, karena takut ketahuan oleh keluarga saya. Pada bulan Desember
1940 saya telah menemukan diri saya telah siap menghadapi dunia, lalu
saya umumkan ke-Islaman saya. Sejak waktu itu mulailah terjadi
pemboikotan dan tentangan dari pihak keluarga maupun orang lain dalam
masyarakat Persi yang sebelumnya memang saya tergolong dari padanya.
Lama sekali kisah kesulitan-kesulitan yang harus saya lalui. Keluarga
saya dengan keras menentang saya memeluk agama Islam, dan mereka telah
mempergunakan berbagai cara yang dikiranya dapat menyulitkan saya.
Akan tetapi sejak cahaya iman tumbuh dalam jiwa saya, tidak ada
satupun kekuatan yang mampu menghalangi saya untuk menempuh agama yang
halus yang telah saya pilih, yakni jalan iman kepada Allah yang Satu dan
kepada Rasul-Nya, Muhammad s.a.w. Saya tegak keras bagaikan batu-batu
Gibraltar menghadapi segala musibah dan kesulitan yang disebabkan oleh
famili saya berulang kali. Ke-Imanan saya kepada Allah, kepada
kebijaksanaanNya dan kepada takdir-Nya telah memantapkan langkah-langkah
saya menerobos segala kesulitan itu.
Saya telah mempelajari tafsir Al-Qur’an dalam bahasa Gujarti yang
telah banyak menolong saya, dan saya dapat mengatakan tanpa satu
ketakutanpun bahwa tidak ada satupun Kitab dari agama lain yang dapat
menandinginya. Al-Qur’an adalah satu-satunya Kitab Suci yang sempurna.
Ajaran-ajarannya mudah dan menyerukan kecintaan, persaudaraan,
persamaan dan kemanusiaan. Sungguh Al-Qur’an itu suatu Kitab Suci yang
mengagumkan, dan mengikuti ajaran-ajarannya merupakan jaminan kejayaan
kaum Muslilmin untuk selama-lamanya.
=============================================
Mu’min Abdurrazzaque Selliah (Srilangka)
Pernah pada satu waktu saya memandang agama Islam sebagai sesuatu
yang tidak menyenangkan, dan saya tidak punya sahabat dari kalangan kaum
Muslimin seorangpun, bahkan saya tidak berusaha untuk berhubungan
dengan mereka, karena saya tidak senang kepada agama mereka. Pernah
sedikit saya memimpikan bahwa membaca buku-buku tentang Islam akan
menjadikan diri saya orang yang lain. Mulailah saya merasa mencintai
Islam, ketika ternyata bahwa jalan hidup ke-Islaman itu lurus dan tidak
samar-samar. Islam adalah agama kebersihan dan mudah. Di samping itu
saya menemukan dalam Islam banyak ajaran yang cermat dan mendalam, suatu
hal yang telah menyebabkan saya merasa dengan cepat dekat kepada Islam.
Kitab Suci Al-Qur’an telah saya baca sedikit-sedikit, ternyata telah
mengagumkan saya. Di waktu yang lalu, saya berpendapat bahwa tidak ada
sesuatu yang menandingi Bible. Sekarang ternyata bahwa perkiraan saya
itu salah besar. Sungguh Al-Qur’an itu penuh dengan kebenaran,
ajaran-ajarannya praktis dan bebas dari segala dogma dan ajaran-ajaran
yang samar-samar. Karena itulah, maka setiap hari berlalu telah semakin
mendekatkan saya kepada agama “aman dan cinta”, yakni agama Islam,
tentunya.
Persaudaraan Islampun tidak terlepas dari catatan, kekaguman dan
kesadaran saya. Jika orang ingin melihat pelaksanaan yang nyata tentang
ajaran “Sukailah untuk saudaramu apa yang kau sukai untuk dirimu
sendiri”, dia akan hanya menemukannya dalam “persaudaraan Islam”, yang
merupakan persatuan yang terbesar dan sungguh-sungguh yang pernah ada di
dunia.
Apa yang telah menarik saya selanjutnya dalam Islam, ialah bahwa
Islam itu tidak dogmatis. Islam adalah ideal dan praktis, rasional dan
modern. Konsepsi Islam tentang Satu Tuhan dan segi-segi kerohaniannya
juga ideal.
Dengan demikian, maka Islam adalah satu-satunya agama yang baik buat
manusia seluruhnya; praktis dalam teori dan kepercayaannya, rasional dan
maju seperti majunya kehidupan manusia.
=================================================
Abdullah Uemura (Jepang)
Dalam soal iman, Islam meletakkan titik berat pada ke-Esaan Allah
s.w.t., kebangkitan dari alam kubur, kehidupan di akhirat dan
perhitungan amal atau hisab, disamping segala sesuatu yang penting atau
berguna untuk kemaslahatan hidup. Boleh dikatakan bahwa kebiasaan dan
ketekunan dalam mencari keridlaan Allah s.w.t. itu dalam kenyataannya
merupakan inti dari pada ajaran-ajaran Islam. Dan dalam pencarian saya
akan kebenaran, ternyata saya menemukannya dalam Islam.
Agama Kristen, atau lebih tegas Injil-Injilnya yang kita dapati
sekarang itu tidak lagi sebersih pada waktu diturunkannya dari Allah
s.w.t. Dia telah mengalami perubahan berkali-kali. Dengan demikian, maka
tidaklah mungkin bisa dikatakan bahwa agama Kristen itu masih asli.
Sedangkan Al-Qur’anul-Karim diturunkan dari Allah s.w.t. dan selalu
tetap seperti keadaannya semula, tanpa penggantian atau perubahan
sedikitpun. Agama Kristen yang sampai kepada kita, tidak lagi dalam
bentuk yang diturunkan dari Allah s.w.t. Dia hanya terdiri dari beberapa
kalimat fatwa Jesus Kristus dan biografmya, dan kedudukan Kristus itu
dalam agama Kristen sama seperti kedudukan Hadits dalam agama Islam.
Dengan demikian, maka apa yang diwahyukan Allah dalam agama Kristen itu
tidak langsung sampai kepada kita seperti halnya dalam agama Islam.
Yang paling kacau dalam agama Kristen ialah ajaran Trinitas yang
wajib diimani tanpa dapat dimengerti permasalahannya, karena tidak ada
tafsirannya yang bisa diterima oleh akal pikiran. Disamping itu ada yang
paling mengejutkan, yaitu bahwa pembebasan orang-orang yang berdosa itu
ialah kematian yang abadi yang didalamnya termasuk orang-orang yang
bukan Kristen, karena mereka itu dalam pandangan Kristen adalah
orang-orang yang berdosa, karena mereka tidak percaya kepada
ajaran-ajaran Kristen. Dan kalau orang-orang yang berdosa itu yakin atas
abadinya kematian mereka, tentulah reaksi alaminya mereka akan
tergelimang dalam segala keburukan dan kesenangan sekedar untuk
memuaskan hawa nafsu mereka sebelum sampainya ajal, sebab kematian itu
dalam pandangan mereka adalah penghabisan untuk selama-lamanya.
Agama Buddha Mahayana Jepang adalah campuran antara agama Buddha
Ortodox dan agama Buddha primitif. Buddha Mahayana serupa dengan
Brahmana, dan ajaran-ajarannya jelas menunjukkan keingkarannya kepada
Tuhan, karena Buddha tidak mengakui jiwa abadi atau Tuhan. Sedangkan
agama Brahmans, walaupun dalam hal keingkarannya kepada Tuhan sudah
jelas, tapi para pengikutnya tidak tahu hakikat Brahma yang sebenarnya.
Mereka berusaha untuk meletakkannya dalam pengertian philosofis, dan
dalam usahanya ini serta dalam penyelidikan mereka tentang hakikat
kebenaran melalui penglihatan dan pendengaran, mereka tetap lebih suka
menyembah makhluk ciptaan Tuhan, dari pada menyembah Tuhan itu sendiri.
Hanya Islam-lah satu-satunya agama yang menunjuki kita kepada Allah
s.w.t., Tuhan Yang Hidup, Yang Memiliki segala urusan dan segala
kekuasaan, yang bersih dari kebutuhan akan tempat, Yang tidak Melahirkan
tidak dilahirkan, Yang memiliki Kerajaan di langit tujuh dan di bumi,
Yang semua makhluk hanya tunduk kepada-Nya, hanya kepada-Nya semua
makhluk pada takut, dan hanya kepada-Nyalah semua makhluk tunduk dan
menyerah.
Agama Shinto7 di Jepang kekurangan nilai keutamaan, karena Shintoisme
itu tidak mementingkan akhlak atau moral secara khusus. Dalam
Shintoisme, tuhan itu banyak, persis agama berhala yang membolehkan
penyembahan beberapa patung berhala.
Islamlah satu-satunya jawaban terhadap jeritan jiwa yang mencari jalan hidup yang rasional dan kebenaran.
Catatan kaki:
7 Agama Shinto tersiar di Jepang sampai tahun 1945. Sesudah itu padam.
=========================================================
Ibrahim Voo (Malaysia)
Sebelum saya memeluk agama Islam, saya adalah penganut Katolik Roma.
Tapi berbarengan dengan ketidak yakinan saya atas kepercayaan Trinitas,
Hidangan Ketuhanan Suci (Holly Communion), ke-Rahiban dan lain-lain,
saya tidak kehilangan iman kepada Allah, dan tidak ada seorang Pendeta
Katolikpun yang mampu meyakinkan saya tentang semua kepercayaan itu
secara rasional. Satu-satunya jawaban mereka ialah: “Itu semua adalah
rahasia dan akan tetap rahasia. Yesus itu penutup para Nabi, sedangkan
Muhammad hanyalah seorang Dajjal.” Na’udzu-billah!!
Keimanan saya kepada agama Katolik telah merosot, sampai akhirnya
saya bergaul dengan banyak orang Islam Malaya. Saya telah berbicara
dengan mereka tentang agama, dan sewaktu-waktu perdebatan kami menjadi
hangat. Secara berangsur-angsur saya menjadi yakin bahwa Islam adalah
agama yang rasional, dan Islam sepengetahuan saya adalah benar.
Beribadat dalam ajaran Islam hanya kepada Allah, tidak kepada yang lain,
sehingga dalam mesjid itu tidak terdapat gambar, patung atau lain-lain.
Sembahyang dalam mesjid atau-di mana saja itulah yang telah merebut
perhatian saya.
==================================================
Mahmud Gunnar Erikson (Sweden)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam bagi Rasul-Nya yang mulia.
Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah satu-satunya, tanpa
sekutu, dan Saya bersaksi bahwa Muhammad itu hamba-Nya dan Utusan-Nya.
Hubungan saya dengan Islam untuk pertama kali dimulai sejak lima
tahun yang lalu. Seorang sahabat baik saya telah membacakan Kitab Suci
Al-Qur’an karena beberapa alasan. Saya tidak akan melupakan Kitab Suci
ini yang oleh sahabat saya telah diberitahukan sebahagian isinya.
Kemudian saya berusaha untuk mendapatkan terjemahannya dalam bahasa
Swedia. Saya telah berhasil mendapatkannya lebih dahulu dari sahabat
.saya itu, dan mulailah saya membacanya. Dan karena saya mendapatkannya
sebagai pinjaman dari sebuah perpustakaan umum, maka saya tidak dapat
memegangnya lebih dari dua minggu. Karena itulah maka saya terpaksa
meminjamnya kembali berulang-ulang, dan setiap kali saya membacanya,
bentambahlah keyakinan saya bahwa isi Al-Qur’an itu benar, sampai pada
suatu hari bulan Nopember tahun 1950 saya memutuskan untuk memeluk agama
Islam.
Satu atau dua tahun telah berlalu dalam keadaan saya sebagai penganut
Islam, tapi tidak lebih dari itu. Sampai pada suatu hari saya datang ke
perpustakaan umum pusat di Stockholm. Saya teringat kembali bahwa saya
seorang Muslim. Lalu saya berusaha mencari perpustakaan yang menyimpan
buku-buku tentang agama Muhammad s.a.w. Saya bergembira ketika saya
mendapatkan satu di antaranya, lalu saya meminjamnya sebentar dan saya
membacanya dengan penuh perhatian bersama terjemahan Al-Qur’an dari
Muhammad Ali. Sekarang saya menjadi lebih yakin tentang kebenaran Islam,
dan sejak itulah saya mulai melaksanakannya dalam praktek.
Kemudian dalam satu kesempatan, saya menggabungkan diri dengan
Jema’ah Islam Swedia, dan saya melakukan Sembahyang ‘Id untuk pertama
kalinya di Stockholm pada tahun 1952. Inilah posisi saya ketika saya
pergi ke Inggris, tepat beberapa minggu sebelum hari ‘Idul-Fithry tahun
1372 H. Pada liari pertama saya sampai di sana, saya pergi ke Mesjid
Woking, di mana saya dianjurkan supaya mengumumkan ke-Islaman saya pada
hari raya ‘Id. Dan hal itu telah saya laksanakan.
Sesungguhnya apa yang mengagumkan saya dalam Islam dan tidak
habis-habisnya mengagumkan saya, ialah ajarannya yang rasional. Islam
tidak akan minta kepada anda supaya mempercayai sesuatu sebelum anda
mengerti dan mengetahui sebab-sebabnya. Al-Qur’an telah memberikan
contoh-contoh kepada kita mengenai adanya Allah secara tidak berlebih
dan memang tidak bisa dilebih-lebihkan.
Segi lainnya dalam Islam yang mengagumkan saya, ialah sifatya yang
menyeluruh meliputi segala pelosok dunia dan segala bangsa. Al-Qur’an
tidak menyebut Allah itu sebagai Tuhannya bangsa Arab atau bangsa lain
tertentu. Tidak! Bahkan tidak juga Islam menyebutkan Allah sebagai Tuhan
dunia ini, akan tetapi Tuhannya seluruh alam (Rabbul-’alamin).
Sedangkan Kitab Suci yang lain menyebutnya sebagai “Tuhan Bani Israil”
dan sebagainya. Lebih dari itu, malah Islam memerintahkan supaya kita
beriman kepada semua Rasul, baik yang tertulis dalam Al-Qur’an maupun
yang tidak.
Akhirnya saya telah menemukan dalam kitab-kitab wahyu yang terdahulu
beberapa keterangan yang banyak sekali tanpa keraguan tentang akan
diutusnya Muhammad s.a.w. Dalam hal ini, Al-Qur’an menyatakan:
Hari ini telah Aku sempurnakan agama kamu, dan Aku sempurnakan
nikmat-Ku buat kamu, dan Aku rela Islam sebagai agama kamu. — Al-Maaidah
3.
Dan:
Sesungguhnya agama yang diridlai Allah ialah Islam –. Ali Imran 19.
=========================================================
Penutup
Islam adalah petunjuk Allah kepada alam kemanusiaan. Islam bukan hanya
untuk satu golongan atau bangsa tertentu, bukan pula hanya untuk satu
negeri tertentu. Semua Nabi Tuhan pada setiap zaman telah mendakwahkan
Islam, dan yang terakhir dan tersempurna ialah yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad bangsa Arab. Beliau telah memenuhi amanat yang dibebankan
atas pundaknya dengan cara yang sebaik-baiknya, dan beliau telah menbina
kebudayaan atas dasar ajaran Islam. Bangsa Arab adalah pemikul amanat
pertama dari agama ini, sehingga berkat keutamaan Islam mereka telah
dapat. keluar dari keadaan yang terlupakan untuk kemudian menjadi satu
kekuatan dunia yang harus diperhitungkan olelh manusia seluruhnya.
Agama ini muncul di jazirah Arabia, kemudian menyebar ke
negara-negara dan bangsa-bangsa lain. Sesudah bangsa Arab
mengkesampingkan kewajibannya terhadap Tuhan Al-Khalik, tampillah
bangsa-bangsa lain memikul bendera Islam. Bangsa-bangsa Mesir, Spanyol,
Seljuk, Kurdi. Barbar, Turki, India, Monggol dan lain-lain telah masuk
Islam dan telah memikul bendera perjuangan Islam serta menjalankan
dakwahnya. Semua bangsa-bangsa itu terangkat namanya, sebabnya ialah
karena Islam itu bukan agama yang khusus untuk sesuatu bangsa, tetapi
agama manusia seutuhnya.
Barangsiapa yang mengerti, bangsa mana saja, baik dari Timur maupun
dari Barat, pasti akan memeluk Islam dan menjadi tangan kekuatan Islam
dalam merintis kebangunan dunia abad ke-20 ini.
Marilah angkatan baru,
umumkan perjuangan untuk kebenaran,
tegakkan bendera kepercayaan yang tak terkalahkan,
bangunlah jembatan penghubung dunia,
yang dipisahkan oleh kedengkian.
Dan majulah terus …
Pendahuluan
Bismillaahir Rahmaanir Rohim
Masih banyak kalangan masyarakat yang belum memahami benar akan letak
dari hakekat kebenaran Islam dan akan hikmah-hikmah ajarannya yang cocok
dan serasi dengan fitrah manusia, seolah-olah terdapat tabir tebal
dimukanya dalam memandangi ajaran Islam. Bahkan tidak sedikit
orang-orang Islam sendiri terdapat di antara mereka yang tertutup tabir
kegelapan itu.
Apabila orang Islam yang menemukan dan mengemukakan hakekat kebenaran
ajaran Islam dan keserasiannya dalam mengatur kehidupan manusia pribadi
dan masyarakat, maka hal itu sudah sewajarnya akan tetapi mungkin juga
dinilainya terlalu subjektip dan memihak karena mereka dianggap intern
Islam yang selalu memuji agamanya sendiri. Sebaliknya apabila penilaian
terhadap Islam itu dilakukan dan dinyatakan oleh orang-orang di luar
Islam atau oleh orang-orang yang karena keinginannya mencari kebenaran
dan melakukan penyelidikan akan ajaran Islam lalu menemui keindahan dan
kebenaran ajaran Isalm, maka sungguh pengakuan dan hasil penemuannya itu
sulit dnngkari kebenaran dan kejujurannya serta patut dihargai
pendapat-pendapatnya yang jujur dan ikhlas itu untuk dijadikan bahan
berharga terutama bagi cerdik pandai dalam mencari kebenaran bagi
pedoman tata kehidupannya.
Tulisan-tulisan pengakuan dan ungkapan para sarjana dan cerdik pandai
dari segala kalangan, bangsa dan agama yang dikumpulkan ke dalam Buku
terbitan Rabithah Alam Islamy Mekkah Mukarromah dengan judul aslinya
“Islam is Our Choice” dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan
judul “Limadzaa Aslamnaa” sangatlah menarik perhatian Dewan Pusat
Organisasi Islam Internasional (OII) dan kiranya sangat berfaedah
apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia untuk dapatnya menambah
perbendaharaan ilmu pengetahuan bangsa Indonesia, dengan harapan dan
kepercayaan semoga mereka memperoleh Hidayah dan Taufiq Allah Subhanahu
Wa Ta’alaa, hingga menjadi manusia yang taat dan sadar akan kebenaran
dan kemuliaan ajaran Islam dan akan memperjuangkannya menjadi tatanan
hidup ummat manusia.
Kepada Sdr. HT Bachtiar Affandie yang dengan ikhlas memenuhi
permintaan kami untuk menterjemahkan buku tersebut dan kepada Direksi
P.T. Al Ma’arif Bandung yang bersedia membantu pencetakan buku ini, kami
sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya dengan
iringan do’a semoga amal baik mereka selalu mendapat limpahan pahala dan
anugerah dari Tuhan Allah Robul Alamin.
Jakarta 28 Romadhon 1396 H., 22 September 1976 M.
Dewan Pusat Organisasi Islam Internasional, Ketua, H.A. Sjaichu
==============================================================
Kata Pengantar
Al-Ustadh Ibrahim Ahmad Bawani
Orang tidak perlu memiliki kecerdasan yang luar biasa untuk
mengetahui bahwa dunia luar Islam, pada waktu ini telah lebih maju dari
dunia Islam, karena mereka telah bekerja lebih bersemangat dan lebih
efisien dari pada dunia Islam. Mereka telah mampu menggali sumber-sumber
kekayaan alam dan menggunakannya dalam memenuhi kebutuhan ummat
manusia, dengan cara yang tidak pernah dimimpikan oleh orang-orang yang
terdahulu. Merekapun telah pula dapat memberantas sebagian besar dari
tiga kelompok “musuh”, yaitu kemiskinan, penyakit dan kebodohan. Mereka
telah dapat mencapai puncak kehidupan dengan langkah-langkah yang
menggetarkan.
Akan tetapi, apakah kemajuan dunia modern sekarang ini mampu
menempatkan manusia di atas jalan kehidupan yang sempurna? Dan apakah
dunia modern telah berhasil menolong ummat manusia untuk dapat mencapai
tujuan hidupnya yang sebenarnya? Apakah dunia modern telah berhasil
mendatangkan kesejahteraan dan kebahagiaan yang telah lama didambakan
oleh hati nurani ummat manusia dari abad ke abad? Apakah dunia modern
mampu mengangkat derajat ummat manusia, sehingga lebih terjamin
kebutuhan hidupnya, lebih baik keadaannya dan lebih halus perasaannya?
Dan apakah dunia modern berhasil mengangkat derajat ummat manusia dari
lembah kehidupan hewan?
Memang ada segelintir orang penduduk dunia Islam yang berhubungan
dengan dunia Barat, boleh jadi karena letaknya yang jauh atau karena
pandangan yang keliru, terpengaruh jalan pikiran lama dan perasaan
rendah diri, telah merasa silau dengan cemerlangnya kemajuan dunia
Barat. Yang lebih mengherankan ialah pandangan sebagian mereka,
seolah-olah itulah puncak kemajuan yang mungkin dapat dicapai oleh
uniniat manusia. Pandangan yang keliru itulah yang telah menyebabkan
mereka kehilangan keyakinan atas agama mereka dan dasar-dasar ajarannya.
Dan timbullah di kalangan mereka kata-kata sanjungan yang membabi-buta
terhadap segala apa yang datang dari dunia Barat, sekaligus
mengkesampingkan cara hidup yang nampak tidak cocok dengan cara hidup
orang Barat. Mereka mengira bahwa agama merekalah yang telah menyebabkan
kemunduran, tidak mengikuti kemajuan zaman. Agama, menurut pandangan
mereka yang menganggap dirinya intelek, adalah sekumpulan dogma yang
tidak masuk akal dan takhayul. Sebaliknya, mereka memandang kemajuan
Barat itu sebagai hasil kemajuan akal pikiran, tanpa mereka sendiri
menggunakan otaknya untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Kalau saja ada di antara mereka, orang yang mau berpikir tentang
persoalan yang sebenarnya, pastilah dia menyadari bahwa pendapat
sedemikian itu, biarpun umpamanya cocok dengan agama lain, namun tidak
cocok dengan agama Islam yang telah dibina di atas pikiran yang sehat
dan murni. Kenyataan membuktikan bahwa revolusi yang dicetuskan oleh
Rasulullah s.a.w. dalam sejarah berpikir keagamaan telah dimenangkannya
bukan dengan cara-cara yang ajaib, akan tetapi dengan
keterangan-keterangan yang rasional meyakinkan. Al-Qur’an tidak
membiarkan otak manusia menjadi beku dan lumpuh, bahkan Al-Qur’an
menunjukkan jalan ke arah pandangan yang luas dalam cara berpikir. Kalau
saja manusia mau, membebaskan akal pikirannya dari belenggu hawa nafsu,
niscayalah dengan petunjuk Allah dia akan sampai kepada kenyataan alam
yang telah dipersiapkan untuk membuktikan kebenaran yang dicarinya.
Sebab segala yang ada di alam raya ini, pergantian siang dan malam,
keajaiban langit dan bumi yang tersusun dan teratur rapi mempersonakan,
semua itu menunjukkan bahwa kejadian alam semesta ini bukan hal yang
kebetulan, tapi atas kehendak Allah Yang Maha Suci. Sedangkan akal
manusia yang dapat mencapai pengertian yang sebenarnya, hanyalah akal
yang murni dan suci, bukan akal yang diliputi nafsu kehewanan yang
rendah. Sungguh kebudayaan sekarang ini berbahaya bagi kemanusiaan;
kebudayaan yang membiarkan ummat manusia berpikir secara bebas mencari
kebenaran, suatu bahaya yang merusak dan menyesatkan, malah menyebabkan
alam pikiran manusia tunduk kepada nafsu-nafsu kehewanan.
Kemajuan dunia modern tidak mau ambil pusing terhadap segala sesuatu
yang akan membawa akibat buruk. Papan-papan reklame yang terpancang di
sepanjang jalan, penuh dengan tulisan-tulisan yang dilihat secara moral
adalah rendah dan murah. Film-film yang memperlihatkan permainan cinta
gila-gilaan, hubungan bebas antara pria dan wanita, taman-taman ria
dengan dekorasi yang mempersonakan penuh dengan adegan-adegan tari yang
membangkitkan birahi, dimana penari-penari wanita mempertontonkan
tubuhnya yang telanjang, dengan cara menanggalkan pakaian secara
berangsur-angsur di muka para penonton. Pertunjukan-pertunjukan semacam
itu banyak, bertebaran di tempat-tempat hiburan dunia modern, yang
kesemuanya mengakibatkan berkecamuknya wabah hubungan bebas antara dua
jenis kelamin.
Dalam suasana yang penuh dengan nafsu kehewanan itu, boleh dikatakan
tidak mungkin dapat diharapkan ada pemikiran yang bebas dari pengaruh
buruk, dan tidak nanti mereka mampu menggunakan pikiran yang sesuai
dengan panggilan hati nurani yang dianugerahkan Tuhan. Akan tetapi di
balik itu ternyata masih saja ada segolongan manusia yang tetap mau
mendengar panggilan akalnya yang sehat dan hati nuraninya yang murni.
Mereka memuja ketangkasan berpikir yang memungkinkan mereka dapat
menemukan kebenaran di tengah-tengah suasana kehidupan modern yang
nampak gemerlapan ini. Mereka hidup bukan dalam lingkungan Islam, di
mana Islam serta ajarannya merupakan hal yang sangat asing. Akan tetapi
mereka terhindar dari pengaruh kehidupan modern a la Barat yang telah
menyebabkan banyak orang-orang kita sendiri teperdaya. Sedangkan mereka
telah berhasil mendapatkan jalan keluar dari kegelisahan jiwa; mereka
telah dapat menemukan jalan yang lurus, yaitu Islam!
Berhubung dengan itulah, maka buku ini diterbitkan dengan harapan
dapat membantu mereka yang sungguh-sungguh berusaha mencari kebenaran.
24 Pebruari 1961
===============================================================
Mukaddimah
oleh Al-Ustadh Khursyid Ahmad
Islam adalah agama dari Tuhan, berisi tuntunan hidup yang diwahyukan
kepada hambaNya untuk seluruh ummat manusia. Karena untuk tegaknya
kehidupan manusia di atas planet bumi ini diperlukan dua hal:
Pertama: Terpenuhinya kebutuhan pokok berikut sumber-sumbernya untuk
menjamin kelangsungan hidup, dan kecukupan material yang dibutuhkan oleh
perseorangan dan masyarakat.
Kedua: Mengetahui dasar-dasar pengetahuan tentang tata-cara hidup
perseorangan dan masyarakat-masyarakat, agar terjamin berlakunya
keadilan dan ketentraman dalam masyarakat dan kebudayaan.
Allah Rabbul-’alamin telah menyediakan kedua macam kebutuhan itu
secukupnya untuk manusia. Untuk kebutuhan pertama, Allah s.w.t. telah
menyediakan sumber-sumber alam dan menyerahkannya kepada manusia untuk
digali dan diolah. Dan untuk kebutuhan kedua, yakni kebutuhan
kejiwaan/rohani, kemasyarakatan dan kebudayaan, Allah s.w.t. telah
memilih dan mengangkat para Rasul yang diberi wahyu tentang peraturan
hidup yang dapat membimbing manusia menempuh jalan hidup yang lurus dan
benar. Peraturan hidup itu ialah yang dinamakan ISLAM, agama yang dibawa
oleh semua Rasul.1 Semua Rasul itu telah mengajak manusia ke jalan
Tuhan al-Khaliq, yakni jalan tunduk kepada Allah s.w.t. Semua Rasul
telah menyampaikan risalah yang sama dan dakwah yang sama, yaitu Islam.
Islam dalam bahasa Arab, berarti tunduk dan menyerah atau taat.
Sebagai satu agama, Islam berdiri di atas dasar menyerahan diri
sepenuhnya dan taat kepada AIlah s.w.t. Itulah pula sebabnya, makanya
agama ini dinamakan Islam.
Islam juga berarti selamat dan sejahtera. Pengertian ini menunjukkan
bahwa, manusia tidak akan dapat mencapai keselamatan dan kesejahteraan
yang sebenarnya, kecuali dengan jalan menyerahkan diri sepenuhnya kepada
Allah s.w.t. Cara hidup seperti inilah, yang tetap di bawah naungan
ketaatan kepada Allah s.w.t., hidup yang selalu diliputi ketenangan jiwa
bagi perseorangan dan kesejahteraan/ketentraman bagi masyarakat.
Orang-orang yang beriman, yang berhati tenang dengan ingat kepada
Allah. Ingatlah bahwa hati akan tenang dengan mengingat Allah.
Orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, kebahagiaanlah untuk mereka
dan tempat kembali (Surga) yang baik. (Ar-Ra’d, 28 – 29)
Itulah pokok seruan semua Rasul Allah untuk membawa alam kemanusiaan
kepada jalan kehidupan yang lurus. Tetapi manusia tidak selalu berada
dalam jalan yang benar. Mereka kadang-kadang menyimpang dari bimbingan
yang diberikan oleh para Rasul itu. Itulah sebabnya, maka ada beberapa
Rasul yang diutus guna memberikan kembali seruan/risalah yang asli dan
membawa manusia ke jalan yang benar. Rasul yang terakhir ialah Muhammad
s.a.w. yang telah memberikan bimbingan Allah s.w.t. dalam bentuknya yang
final dan sempurna untuk segala zaman. Bimbingan inilah yang sekarang
dikenal sebagai Islam, terkandung dalam Kitab Suci Al-Qur’an dan contoh
kehidupan Rasulullah s.a.w.
Dasar-dasar kepercayaan Islam
Konsep yang pokok dalam Islam ialah bahwasanya seluruh alam ini,
Tuhanlah yang telah menjadikan, menguasai dan mengawasinya, bahwasanya
Dia adalah Maha Tunggal, tidak ada yang menyertai dalam kesucian-Nya.
Dia telah menciptakan manusia dan menentukan ajalnya, dan bahwasanya
Allah s.w.t. telah menyediakan untuk seluruh alam jalan hidup yang
lurus, sekaligus memberikan kebebasan mutlak kepada hamba-Nya untuk
mengikuti atau mengingkarinya. Barang siapa yang mengikuti jalan Allah,
maka mereka itu adalah orang-orang Muslimin dan Mukminin, dan
barangsiapa yang tidak mengikutinya, maka mereka itu adalah orang-orang
yang kafir yang mengingkari kebenaran.
Orang telah memeluk Islam, apabila ia telah menyaksikan dengan
sepenuh keimanan atas ke-Esaan Allah dan bahwa Muhammad s.a.w. adalah
Rasulullah. Kedua kepercayaan ini tersimpul dalam kalimat:
Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah Utusan Allah.
Bagian pertama kalimat ini memberikan konsep Tauhid (ke-Esaan Tuhan),
dan bagian kedua adalah kesaksian atas kerasulan Muhammad s.a.w.
Tauhid adalah akidah revolusioner yang menjiwai seluruh ajaran Islam;
akidah yang meyakinkan bahwasanya seluruh alam ini kepunyaan Tuhan Yang
Maha Esa dan seluruhnya berada di bawah kekuasaan-Nya, Dzat yang Azaly,
tiada permulaan dalam wujudnya, tidak dibatasi tempat dan waktu,
mengatur seluruh dunia dengan segenap manusia yang ada di atasnya.
Sesungguhnya, adalah benar-benar merupakan keajaiban, apabila orang
memperhatikan tentang penciptaan alam yang tidak ada henti-hentinya
dengan pengaturan yang pasti, terarah dan serasi, serta kemampuannya
untuk mempertahankan apa yang bermanfaat dan menghukum apa yang
berbahaya bagi kemanusiaan. Semua itu memberikan kesimpulan bahwa
dibalik alam ini ada satu Kekuatan yang terus menerus aktif menciptakan
perkembangan alam tanpa pengumuman! Itu bintang-bintang yang memenuhi
angkasa luas dan pemandangan alam yang memikat hati, perputaran matahari
dan bulan yang menakjubkan, pergantian musim, pergantian siang dan
malam, sumber-sumber air yang tak kunjung kering, bunga-bunga yang halus
dan cahaya bintang-bintang yang gemerlapan. Bukankah semua itu
menunjukkan adanya Dzat Yang Maha Kuasa yang telah menjadikannya dan
menguasai segala keadaan? Kalau kita perhatikan alam ini secara
keseluruhan, ternyatalah kepada kita adanya tata-cara yang teratur.
Apakah yang demikian itu tidak menunjukkan atas adanya Tuhan? Dapatkah
semua itu terjadi secara kebetulan?
Sungguh benar firman Allah s.w.t.:
Hai sekalian manusia! Sembahlah Tuhan kamu yang telah menjadikan kamu
dan orang-orang yang sebelum kamu, supaya kamu dapat menjaga diri.
Tuhan yang telah menjadikan buat kamu bumi yang menghampar dan langit
yang memayung, dan Dia telah menurunkan air dan langit, lalu dengan air
itu Dia mengeluarkan buah-buahan sebagai rizqi buat kamu. Maka oleh
karena itu, janganlah kamu menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah,
padahal kamu mengetahui. (Al-Baqarah 21-22)
Itulah akidah asasi (kepercayaan pokok) yang diserukan oleh Muhammad
s.a.w. kepada seluruh ummat manusia, supaya menjadi pegangan hidupnya.
Akidah ini logis dan menyeluruh, dapat memecahkan segala persoalan alam,
dan menunjukkan bahwa alam ini tunduk di bawah satu hukum kekuasaan
tertinggi. Akidah ini memberikan gambaran umum yang sesuai dengan
kenyataan bahwa seluruh isi alam ini satu sama lain saling melengkapi;
berbeda sepenuhnya dengan pandangan yang sepotong-potong dari ilmuwan
dan para filsuf, dan dapat menyingkap tabir rahasia/hakikat yang
sebenarnya.
Setelah berabad-abad lamanya manusianberada dalam kegelapan, mulailah
sekarang manusia dapat menemukan hakikat itu sedikit demi sedikit
berdasarkan konsep akidah ini, dan pikiran ilmiah modern pun terus
bergerak kearah ini.2 Akidah ini bukan sekedar konsep metaphisic atau
kumpulan kata-kata yang tidak berarti. Akidah ini adalah suatu
kepercayaan yang dynamis dan doktrin yang revolusioner. Akidah ini
mengandung pengertian bahwa semua manusia adalah ciptaan Allah dan semua
mereka adalah sama. Sikap-sikap diskriminatif berdasarkan warna kulit,
kelas-kelas sosial, suku bangsa, bangsa atau daerah asal kelahiran itu
tidak ada dasarnya, dan sikap atau pandangan seperti itu adalah warisan
zaman jahiliyah yang telah mengikat manusia kepada perbudakan.
Manusia seluruhnya merupakan satu keluarga yang diurus Allah s.w.t.,
sehingga tidaklah sepatutnya ada dinding pemisah di antara sesama
mereka. Manusia semuanya sama, tidak ada perbedaan golongan borjuis atau
proletar, kulit putih atau kulit hitam, bangsa Aria atau bukan Aria,
orang Barat atau orang Timur. Islam telah memberikan konsep revolusioner
tentang kesatuan ummat manusia. Dan kebangkitan Rasulullah s.a.w. itu
tidak lain hanya untuk mempersatukan seluruh alam di bawah kalimat
Allah, dan untuk membangkitkan kehidupan baru di dunia yang sudah mati.
Firman Allah s.w.t.:
Berpegang teguhlah kamu sekalian kepada agama Allah dan janganlah
kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepada kamu, tatkala kamu
bermusuh-musuhan, lalu Allah melembutkan hati kamu semua sehingga atas
karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ali Imran 103)
Akidah ini juga menjelaskan tentang hakikat kedudukan manusia dalam alam
ini. Allah telah menciptakan alam serta memeliharanya, dan manusia
adalah khalifah atau wakil-Nya di atas planet bumi ini. Dengan demikian,
maka derajat manusia itu cukup tinggi, seharusnya mempunyai pimpinan
dunia modern, pasti dia berhasil menyelesaikan segala persoalannya
dengan cara yang dapat membawa dunia kepada kesejahteraan dan
kebahagiaan. Saya berani meramalkan, bahwa akidah yang dibawa oleh
Muhammad akan diterima baik oleh Eropa di kemudian hari, sebagaimana
sekarang sudah mulai.3
Pertama: Mudah, Rasional dan Praktis
Islam adalah agama yang tidak dicampuri mitologi. Ajaran-ajarannya
mudah dimengerti. Islam bebas dari takhayul dan setiap kepercayaan yang
bertentangan dengan akal yang sehat. Ke-Esaan Tuhan, ke-Rasulan Muhammad
s.a.w. dan konsep kehidupan sesudah mati adalah dasar pokok akidah
Islam. Semua itu beralasan kuat dan logis. Dan seluruh ajaran Islam
adalah lanjutan dari dasar-dasar kepercayaan ini, semuanya mudah
difahami dan lurus. Dalam Islam tidak ada kekuasaan pendeta, tidak ada
yang samar-samar dan tidak ada upacara-upacara atau peribadatan yang
sulit. Semua orang dapat membaca langsung Kitabullah (Al-Qur’an) dan
melaksanakannya dalam praktek. Islam selalu menganjurkan supaya orang
berpikir, mempertimbangkan setiap urusan sebelum dilaksanakan, membahas
keadaan yang sebenarnya dan berusaha mendapatkan ilmu pengetahuan yang
luas dan mendalam. Al-Qur’an menganjurkan supaya orang berdo’a:
Tuhanku! Tambahlah ilmu pengetahuanku! (Toha 114)
Al-Qur’an menyatakan bahwa orang yang berpengetahuan itu tidak sama dengan orang yang tidak berpengetahuan:
Katakanlah: Apakah orang-orang yang berpengetahuan sama dengan
orang-orang yang tidak berpengetahuan amalnya dalam keadaan terbuka.
(Aku katakan): Bacalah buku amal kamu. Cukuplah kamu sendiri
menghitungnya hari ini. (Al-Isra’ 13-14)
Barangsiapa yang datang dengan kebajikan, maka baginya pahala sepuluh
kali lipat, dan barangsiapa yang datang dengan keburukan, maka dia hanya
dibalas dengan hukuman yang seimbang. Mereka tidak dianiaya. (Al-An’am
160)
Dengan demikian, maka dapatlah dikatakan bahwa pokok asasi akidah Islam itu ada tiga, yaitu:
Iman atau percaya atas ke-Esaan Allah.
Iman atau percaya bahwa Muhammad itu Utusan Allah.
Iman atau percaya akan adanya kehidupan akhirat dan adanya hisab pada hari kiamat.
Maka barang siapa yang beriman kepada tiga pokok tersebut, dia adalah orang Muslim, dan kesemuanya dituangkan dalam kalimat:
“LAA ILAAHA ILLALLAAH, MUHAMMADUR-RASULULLAAH”
Beberapa watak pokok Islam
Bernard Shaw berkata: “Saya selalu memandang tinggi agama Muhammad,
karena vitalitasnya yang mengagumkan. Agama Muhammad adalah satu-satunya
agama yang jelas bagi saya membuktikan kemampuannya yang besar dapat
menyesuaikan dirinya dengan keadaan yang berubah-rubah dan
menyebabkannya sesuai untuk segala masa. Saya telah mempelajari
kehidupan orang ini4, orang yang mengagumkan dan menurut pikiran saya
jauh dari bersifat anti Kristus, dia mestinya mendapat gelar Juru
Selamat Kemanusiaan. Saya yakin, jika seorang seperti dia diserahi
tujuan hidup yang luhur, yakni melaksanakan kehendak Allah di muka bumi.
Inilah satu-satunya penyelesaian atas segala persoalan sulit yang
dihadapi manusia dalam hidupnya dan sekaligus membina tatanan baru,
berupa persamaan, keadilan dan keamanan, sehingga berbahagialah dunia
dengan keselamatan dan kemakmuran.
Titik tolak kepercayaan Islam ialah percaya atas ke-Esa-an Allah,
yakni Tauhid, dan bahwa Allah swt. Tidak menjadikan manusia untuk
dibiarkan begitu saja, tanpa petunjuk yang menerangi jalan hidup mereka.
Untuk itu Allah swt. Telah mengutus para Rasul yang membawa agama Allah
untuk keselamatan mereka, dan Muhammad saw. adalah Rasul-Nya yang
terakhir. Dan Iman kepada Rasul itu menuntut supaya juga beriman
terhadap risalahnya serta taat kepada ajaran-ajarannya, menerima
ketentuan hukum yang telah ditetapkannya, mengenai perjalanan hidup yang
harus ditempuh. Dengan demikian, maka landasan kedua dalam Islam adalah
beriman kepada risalah yang disampaikan melalui Muhammad saw. dan
memeluk agama yang dibawanya, berikut melaksanakan segala ajarannya. Dan
ini akan membawa kita kepada pokok Islam yang ketiga yaitu percaya atas
adanya kehidupan akhirat.
Adapun dunia ini, menurut pandangan Islam, adalah tempat ujian.
Manusia akan dituntut pertanggungan jawab atas segala amal perbuatannya,
dan pasti akan datang hari penghabisan hidupnya di dunia, untuk
kemudian dibangkitkan kembali di alam yang baru, dimana manusia akan
mendapat balasan atas segala perbuatannya yang baik maupun yang buruk.
Maka orang-orang yang taat kepada Allah di dunia ini, akan mendapat
kebahagiaan yang kekal di alam akhirat, dan sebaliknya orang-orang
durhaka kepada Allah di dunia ini, kelak di akhirat akan mendapat
balasan buruk, sesuai dengan firman Allah swt. Dalam al-Qur’anul-karim:
Dan setiap manusia Aku ikatkan amalnya di kuduknya, dan Aku keluarkan
baginya pada hari kiamat buku catatan. Orang-orang yang mengambil
pelajaran itu hanyalah mereka yang berakal sehat. (Az-Zumar 9)
Al-Qur’an juga mencela orang-orang yang tidak mau berpikir tentang makhluk Allah dan menganggapnya lebih sesat daripada hewan:
Dan sungguh telah Aku jadikan untuk isi Jahannam banyak jin dan
manusia yang punya hati tidak digunakan untuk mengerti, punya mata tidak
digunakan untuk melihat dan punya telinga tidak untuk mendengar. Mereka
tida berbeda dengan hewan ternak, bahkan lebih sesat. Mereka itulah
orang-orang yang lupa. (Al-A’raf 179)
Sebaliknya, Al-Qur’an menilai orang-orang yang percaya atas ayat-ayat Allah sebagai orang-orang yang mengerti,
Aku telah menjelaskan ayat-ayat-Ku bagi orang-orang yang mengerti. (Al-An’am 97).
Mereka juga dinilai sebagai orang yang berpikir:
Aku telah menjelaskan ayat-ayat-Ku bagi orang-orang yang berpikir. (Al-An’am 98).
Dijelaskan pula bahwa orang-orang dikaruniai hikmah (ilmu kebijaksanaan)
bahwa mereka itu telah dikaruniai kebaikan yang banyak dan berakal
sehat:
Dan barangsiapa yang diberi hikmah, maka dia telah diberi kebaikan
yang banyak, dan tidaklah menerima petunjuk selain orang yang berakal
sehat. (Al-Baqarah 269)
Ilmu yang luas dan badan yang sehat adalah termasuk sifat orang-orang
yang dipilih Allah untuk memimpin/memerintah sesama manusia. Hal itu
diterangkan dalam hikayat Al-Qur’an tentang Thalut yang diangkat Raja
atas kaumnya:
Nabi mereka berkata: ‘Sesungguhnya Allah telah mengutus Thalut
sebagai Raja buat kamu.’ Mereka bertanya: “Bagamana dia mendapatkan
kerajaan atas kami, pada hal kamu lebih berhak atas kerajaan dari pada
dia dan juga dia tidak kaya?” Jawab Nabi: ‘Sesungguhnya Allah telah
memilih dia atas kamu dan telah menambah dia ilmu yang luas dan badan
yang sehat/kuat. Dan Allah memberikan kerajaan-Nya kepada orang yang Dia
kehendaki. Allah itu Maha luas ilmunya dan Maha Mengetahui.”
(Al-Baqarah 247)
Al-Qur’an juga menyatakan bahwa manusia lebih mulia dari pada Malaikat
karena ilmu, sehingga manusia diberi hak mengatur dunia sebagai Khalifah
Allah:
Dan ingatlah, ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang Khalifah di bumi. Para Malaikat
bertanya: “Apakah Engkau akan menjadikan orang yang akan berbuat
kerusakan di bumi dan menumpahkan darah? Pada hal kami ini bertasbih
dengan selalu memuji dan mensucikan Engkau?” Tuhanmu berfirman:
Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak tahu. Lalu Tuhanmu
mengajari Adam tentang semua nama-nama. Kemudian ditunjukkan-Nya kepada
para Malaikat dengan firman-Nya: Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama
semua itu, jika kamu memang betul (dalam pengakuanmu)! Para Malaikat
menjawab: “Maha Suci Engkau. Kami tidak tahu selain apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui dan Maha
Bijaksana.” Firman Tuhanmu: Adam! Terangkanlah kepada mereka nama-nama
semua itu! Maka sesudah Adam memberitahukan semua nama, Tuhanmu
berfirman: Tidakkah Aku katakan kepada kamu bahwa Aku mengetahui
kegaiban langit tujuh dan bumi dan mengetahui apa yang kamu tunjukkan
dan apa yang kamu sembunyikan? (Al-Baqarah 30-33)
Rasul Islam telah pula bersabda:
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap orang Islam, pria dan wanita. – Riwayat Ibnu Abdil-Barr dari Anas.
Barangsiapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia itu dalam jalan
Allah, sampai waktunya dia kembali – Riwayat At-Turmudzy dari Anas.
Pelajarilah oleh kamu ilmu, sebab mempelajari ilmu itu memberikan
rasa takut kepada Allah, menuntutnya merupakan ibadah,
mengulang-ulangnya merupakan tasbih, pembahasannya merupakan jihad,
mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahuinya merupakan sadakah
dan menyerahkannya kepada ahlinya merupakan “pendekatan diri” kepada
Allah – Riwayat Ibn ‘Abdil-Barr.
Demikianlah Islam telah mengeluarkan manusia dari alam khurafat dan
kegelapan dan membawa mereka ke dunia ilmu yang terang benderang.
Kemudian Islam adalah agama yang praktis, tidak hanya merupakan teori
yang kosong, bukan hanya akidah yang harus diimani semata-mata, akan
tetapi juga harus dijadikan sumber praktek hidup sehari-hari, sehingga
jiwa yang berisi Iman itu mengalir dalam arus amal perbuatan, seperti
mengalirnya air di atas bumi yang subur. Agama Islam tidak hanya berupa
kata-kata yang berulang-ulang, berupa dzikir dan puji kepada Allah
s.w.t. saja, tetapi harus menjiwai kehidupan manusia seluruhnya. Dalam
hal ini Al-Qur’an menyatakan:
Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik – Ar-Ra’d 29.
Dan sabda Rasulullah saw.:
Sesungguhnya Allah swt. tidak menerima amal kecuali yang dilakukan
dengan ikhlas, karena Dia dan dimaksudkan untuk keridlaan-Nya – Riwayat
An-Nasa’iy.
Kedua: Bersatunya Benda dan Rohani
Islam tidak memberikan garis pemisah antara benda dan rohani. Islam
memandang hidup ini sebagai satu kesatuan yang mencakup kedua-duanya,
sehingga Islam tidak merupakan penghalang antara manusia dan kepentingan
hidupnya, bahkan Islam mengatur seluruh urusan hidup. Islam tidak
mengakui adanya larangan dan tidak menuntut supaya orang menjauhi
kehidupan materi. Bahkan Islam menunjukkan jalan ke arah kesempurnaan
rohani bukan dengan jalan menjauhi kehidupan materi. Bahkan Islam
menunjukkan jalan ke arah kesempurnaan rohani bukan dengan jalan
menjauhkan diri dari kehidupan duniawi, tetapi dengan jalan taqwa kepada
Allah dalam seluruh kebutuhan hidup yang beraneka-ragam, sebagaimana
dihikayatkan dalam Al-Qur’an mengenai hamba-hamba Allah yang saleh:
Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Tuhan-Ku! Berikanlah
kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jagalah kami
dari siksa neraka. Mereka itulah yang mendapat bagian (pahala) dari apa
yang mereka lakukan, dan Allah itu cepat hisab-Nya — Al-Baqarah 201-202.
Malah Al-Qur’an mencela orang-orang yang tidak memanfaatkan ni’mat harta kurnia Allah:
Katakanlah, siapa yang melarang perhiasan Allah yang dikeluarkan-Nya
untuk hamba-hamba-Nya dan rizqi yang baik-baik. Katakanlah, itu untuk
orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khususnya pada hari
kiamat. Begitulah Aku menjelaskan ayat-ayat-Ku untuk orang-orang yang
mengetahui — Al-A’raf 32.
Akan tetapi dalam pada itu Islam menuntut supaya para penganutnya menjadi ummat yang sedang-sedang dalam kehidupan dunia:
Hai turunan Adam! Kenakanlah pakaian kamu pada setiap kali kamu
bersembahyang di mesjid dan makan minumlah kamu dan janganlah kamu
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak senang kepada orang-orang
yang suka berlebih-lebihan. – Al-A’raf 31.
Dan sabda Rasulullah saw.:
Orang mukmin yang bergaul dalam masyarakat dan tabah atas segala
rintangan adalah lebih baik daripada orang mukmin yang tidak bergaul dan
tidak tabah/tidak sabar atas rintangan. – Riwayat Bukhari.
Rasulullah saw. pernah bersabda yang ditujukan kepada Abdullah bin Umar bin ‘Ash:
Aku mendapat kabar bahwa engkau berpuasa tanpa berbuka dan melakukan
sembahyang sepanjang malam. Janganlah engkau berbuat begitu, sebab
matamu juga harus dapat bagian, dirimu harus dapat bagian dan istrimu
juga harus dapat bagian. Oleh karena itu, berpuasalah dan berbuka,
bersembahyanglah dan tidur. – Riwayat Muslim.
Dalam kesempatan lain, Rasulullah saw. bersabda:
Tiga perkara termasuk Iman, memberi nafkah tanpa terlalu
beririt-irit, mengusahakan keselamatan untuk semua orang dan menginsafi
dirimu sendiri. – Riwayat Muslim.
Jadi Islam itu tidak membuat garis pemisah antara kepentingan kebendaan
dan kepentingan kerohanian dalam kehidupan manusia, bahkan Islam
menjalin kedua-duanya, sehingga terbukalah jalan hidup yang sesuai
dengan kemampuan orang atas dasar yang shah dan baik. Islam mengajarkan
bahwa kebendaan dan kerohanian adalah dua hal yang selalu harus
berdampingan dan bahwasanya kesucian rohani dapat terhindar dari
keburukan, apabila sumber-sumber kebendaan dibaktikan untuk kepentingan
kemanusiaan. Kesucian rohani tidak akan tercapai dengan jalan menyiksa
diri, menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan menekan naluri
kemanusiaan. Dunia ini telah cukup menderita, akibat ajaran-ajaran yang
berat sebelah dari agama dan ideologi lain. Ada agama yang menekankan
ajarannya kepada segi kerohanian saja dalam hidup ini, dan bersikap masa
bodoh terhadap benda dan kehidupan duniawi. Mereka memandang dunia ini
sebagai khayalan penipuan dan perangkap. Di lain pihak, ada ideologi
materialistis yang sepenuhnya bersikap masa bodoh terhadap segi
kerohanian dan moral serta menganggapnya sebagai khayalan semata-mata.
Kedua macam ajaran/pendirian ini telah menimbulkan kerusakan/kehancuran.
Mereka telah merampas keamanan, kepuasan dan ketenangan manusia. Sampai
sekarang tetap menimbulkan ketidak seimbangan.
Seorang sarjana Perancis Dr. De Brogbi dengan tepat menyatakan:
“Bahaya yang mengancam kebudayaan yang terlalu menitik-beratkan
kebendaan ialah kehancuran kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan semacam
itu kalau tidak disusul dengan perkembangan kehidupan rohani, pasti
gagal membuat keseimbangan.”
Agama Kristen tersesat dengan terlalu menekankan ajarannya kepada salah
satu extrimitas, yakni kerohanian, sedangkan kebudayaan modern tersesat
pada extrimitas yang lain, yakni kebendaan. Seperti kata Lord Snell:
“Kita telah mendirikan bangunan yang lahirnya memang mewah dan megah,
tapi kita tidak memperhatikan tuntutan pokok yang harus menjadi isinya.
Kita dengan sepenuh perhatian membuat rencana, dekorasi dan membersihkan
semua bagian luar bangunan kita, akan tetapi bagian dalamnya penuh
dengan pemerasan dan pelanggaran. Kita telah mempergunakan kemajuan
pengetahuan dan kekuatan untuk mengatur kesenangan badan, tapi kita
telah meninggalkan segala kepentingan rohani.”
Agama Islam telah membina keseimbangan antara kedua segi kehidupan:
kebendaan dan kerohanian. Islam menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada
di dunia ini untuk manusia, akan tetapi manusia sendiri untuk mengabdi
kepada Tuhan; tugas kehidupannya ialah melaksanakan kehendak Tuhan.
Ajaran-ajaran Islam mendorong manusia ke arah kebersihan rohani, sama
seperti dorongannya untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya di dunia yang
bersifat sementara ini. Islam menyuruh manusia supaya membersihkan
jiwanya, sekaligus membentuk atau membangun kehidupan dunianya,
perseorangan maupun masyarakat, dan supaya membina hak/kebenaran atas
kekuasaan dan kebajikan atas kejahatan. Jadi, Islam itu berdiri di atas
jalan tengah.
Ketiga: Jalan Hidup yang Sempurna
Islam bukan satu agama yang hanya mempunyai ruang lingkup kehidupan
pribadi manusia, seperti yang disalahartikan oleh banyak orang. Islam
adalah satu jalan-hidup yang sempurna, meliputi semua lapangan hidup
kemanusiaan. Islam memberikan bimbingan untuk setiap langkah kehidupan
perorangan maupun masyarakat, material dan moral, ekonomi dan politik,
hukum dan kebudayaan, nasional dan internasional. Al-Qur’an
memerintahkan supaya manusia memeluk agama Islam secara keseluruhan,
tanpa pilih-pilih, dan mengikuti semua bimbingan Tuhan dalam segala
macam lapangan hidup. Kenyataan sekarang membuktikan bahwa ruang lingkup
agama itu dibatasi hanya pada kehidupan perseorangan, sedangkan peranan
sosial dan kebudayaannya ditinggalkan. Mungkin tidak ada faktor lain
lagi yang lebih penting dari itu yang telah menyebabkan kemerosotan
agama di abad modern sekarang ini. Salah seorang filosof modern berkata:
“Agama memerintahkan supaya kita memisahkan apa yang untuk Tuhan dan
apa yang untuk Kaisar. Pemisahan ini berarti niengurangi dua-duanya.
Mengurangi peranan dunia dan agama. Agama sangat kecil, kalau jiwa para
penganutnya tidak tergetar ketika awan gelap peperangan bergayutan di
atas kepala kita semua dan persaingan industri telah mengancam keamanan
masyarakat. Agama telah memperlemah naluri sosial kemanusiaan dan
kepekaan moral dengan jalan pemisahan apa yang untuk Tuhan dari apa yang
untuk Kaisar.” Islam menolak sepenuhnya konsep pemisahan agama seperti
itu, dan jelas menyatakan bahwa tujuannya ialah menyempurnakan jiwa dan
membentuk masyarakat.
Sungguh Aku telah mengutus Rasul-rasul-Ku dengan membawa penjelasan,
dan Aku telah menurunkan bersama mereka Kitab dan keadilan,5 supaya
manusia menegakkan keadilan, dan Aku telah menyediakan besi yang
mengandung bahaya besar dan manfaat yang banyak bagi manusia, dan supaya
Allah mengetahui siapa yang menolong agama-Nya dan rasul-Nya, walaupun
agama itu ghaib. Sesungguhnya Allah itu Maha Kuat dan Maha Perkasa. –
Al-Hadid 25.
Dan
Apa yang kamu sembah selain Allah itu hanya sebutan-sebutan yang kamu
berikan saja, kamu dan leluhur kamu. Allah tidak memberikan kekuasaan
untuk itu. Kekuasaan itu hanya pada Allah. Dia memerintahkan bahwa
hendaklah kamu tidak menyembah kepada selain Dia. Itulah agama yang
lurus, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. – Yusuf 40.
Mengenai orang-orang yang berhak mendapat pertolongan Allah swt., Al-Qur’an menyatakan:
Orang-orang yang kalau Aku tempatkan mereka di bumi, mereka melakukan
sembahyang, membayar zakat, memerintahkan/menganjurkan kebaikan dan
melarang/memperingatkan keburukan. Dan kepada Allah-lah kembalinya
segala urusan. – Al-Haj 41.
Dan Rasulullah saw. bersabda:
Semua kamu adalah pemimpin dan semua kamu akan diminta
pertanggungjawabannya. Sebab, Imam adalah pemimpin, dan dia diminta
pertanggungjawabannya. Seorang suami adalah pemimpin dalam lingkungan
keluarganya, dan dia akan diminta pertanggungjawabannya. Seorang isteri
adalah pemimpin dalam rumah suaminya, dan dia akan diminta
pertanggungjawabannya. Seorang pelayan adalah pemimpin dalam harta
kekayaan majikannya, dan dia akan diminta pertanggungjawabannya. Jadi
semua kamu itu pemimpin dan semua kamu itu akan diminta
pertanggungjawabannya. – Muttafaq Alaih.
Saya kira orang tidak perlu mempelajari secara mendalam tentang
ajaran-ajaran Islam, kalau sekedar untuk mengetahui bahwa Islam itu
adalah suatu agama yang menyeluruh, meliputi segala lapangan hidup
manusia, dan tidak membiarkan satu lapanganpun untuk dimasuki oleh
kekuatan buruk syaitan.
Keempat: Ada keseimbangan antara perorangan dan kemasyarakatan
Ada satu keistimewaan yang bersifat unik bagi Islam, yaitu bahwa
agama ini membina keseimbangan antara kepentingan perorangan dan
kepentingan kemasyarakatan. Islam percaya adanya kepribadian manusia dan
menentukan bahwa setiap orang secara sendiri-sendiri bertanggung jawab
terhadap Tuhan. Islam menjamin hak-hak azasi manusia dan tidak
membenarkan siapapun juga untuk merobek-robek atau menguranginya. Islam
juga menjamin perkembangan yang baik kepribadian manusia, sebagai salah
satu tujuan utama dari kebijaksanaan pendidikannya.
Islam tidak setuju dengan pandangan bahwa manusia harus melenyapkan
kepribadiannya, meleburkan diri dalam masyarakat atau negara.
Al-Qur’an menyatakan:
… dan bahwa manusia tidak akan mendapat selain apa yang dia usahakan. — An-Najm 39.
Dan musibah apa yang menimpa kamu itu disebabkan perbuatan kamu. — Asy-Syura 30.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, kecuali jika mereka sendiri mau mengubah keadaannya. – Ar-Ra’d 11.
Bermanfaat bagi seseorang apa yang dia usahakan, dan berbahaya baginya apa yang dia lakukan. — Al-Baqarah 286.
Mengenai sikap seorang Mukmin dalam menghadapi ajakan kaum musyrikin, Tuhan mengajarkan:
Bagi kami bermanfaat amal perbuatan kami dan bagi kamu amal perbuatan kamu. — Al-Qashash 55.
Semua itu mengenai soal-soal perseorangan.
Di lain pihak, Islam selalu menanamkan dalam jiwa manusia rasa
tanggung jawab sosial, mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat dan
negara, dan mengikutsertakan setiap orang dalam usaha menegakkan
kemaslahatan umum.
Sembahyang dalam Islam dilakukan secara bersama-sama (berjama’ah),
salah satu cara untuk menanam rasa disiplin sosial di kalangan ummat
Islam. Setiap orang diwajibkan nnembayar zakat, sekurang-kurangnya zakat
fithrah.
Al-Qur’an menyatakan:
Dan dalam harta kekayaan mereka ada bagian hak yang dibutuhkan oleh yang meminta dan miskin. — Adz-Dzariyat 19.
Jadi zakat itu adalah sebagian harta yang menjadi hak masyarakat. Dan
jihad (berjuang) dalam Islam itu wajib. Ini berarti bahwa setiap orang
diharuskan berkorban, sampai dengan jiwanya sekalipun, untuk
mempertahankan kejayaan Islam dan negaranya. Dalam hal ini Rasulullah
s.a.w. bersabda:
Semua kamu adalah pemimpin dan semua kamu akan diminta
pertanggungjawabannya. Sebab, Imam adalah pemimpin, dan dia diminta
pertanggungjawabannya. Seorang suami adalah pemimpin dalam lingkungan
keluarganya, dan dia akan diminta pertanggungjawabannya. Seorang isteri
adalah pemimpin dalam rumah suaminya, dan dia akan diminta
pertanggungjawabannya. Seorang pelayan adalah pemimpin dalam harta
kekayaan majikannya, dan dia akan diminta pertanggungjawabannya. Jadi
semua kamu itu pemimpin dan semua kamu itu akan diminta
pertanggungjawabannya. – Muttafaq Alaih.
Sabdanya pula:
Kamu jangan berprasangka, sebab prasangka itu adalah ucapan yang
paling bohong. Dan janganlah kamu saling selidik menyelidik kesalahan,
jangan saling bermegahan, jangan saling benci, jangan saling belakangi.
Jadilah kamu –hamba Allah– bersaudara, sebagaimana yang diperintahkan
Allah kepada kamu. — Riwayat Bukhari dan Muslim.
Dan:
Tidaklah beriman kepadaku orang yang tidur dengan perut kenyang,
sedangkan tetangganya kelaparan, dan dia mengetahui hal itu. — Riwayat
Al-Bazar.
Dan:
Orang Mukmin itu ialah orang yang boleh dipercaya atas harta dan diri/jiwa orang lain. — Riwayat Ibnu Majah.
Singkatnya, Islam tidak hanya menegakan hak-hak perseorangan atau hanya
mengakui hak-hak masyarakat saja. Islam membina keserasian dan
keseimbangan antara keduanya, dengan memberikan batas-batas yang teliti
untuk kebaikan dua-duanya.
Kelima: Universal dan Kemanusiaan.
Risalah Islam adalah untuk seluruh ummat manusia. Tuhan, dalam ajaran Islam, adalah Tuhan seluruh alam. Firman Allah:
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang mengurus seluruh alam. — Al-Fatihah 2.
Dan Nabi Muhammad s.a.w. adalah seorang Rasul untuk seluruh kemanusiaan. Al-Qur’an menyatakan:
Katakanlah: Hai sekalian manusia! Sesungguhnya aku ini adalah Utusan Allah kepada kamu sekalian. — Al-A’raf 158.
Dan firman-Nya:
Maha Tinggi Tuhan yang telah menurunkan Al-Qur’an kepada hamba-Nya, supaya menjadi peringatan bagi seluruh alam. — Al-Furqan 1.
Dan firiman-Nya lagi:
Tidaklah Aku mengutus engkau, melainkan sebagai rahmat untuk seluruh alam. — Al-Anbiya 107.
Menurut ajaran Islam, manusia itu semuanya sama, walaupun berlainan
warna kulit, bahasa, keturunan dan kebangsaannya. Hal itu adalah
bimbingan Allah kepada naluri kemanusiaan, dan Dia tidak mengakui adanya
perbedaan keturunan/kebangsaan, kedudukan sosial atau kekayaan. Tidak
bisa dibantah bahwa dalam kenyataan, semua perbedaan itu masih ada dalam
zaman kita yang mengaku abad ilmu dan kemajuan ini. Akan tetapi Islam
tidak mengakuinya. Malah Islam menetapkan/mengakui bahwa semua manusia
itu satu keluarga, Tuhannya ialah Allah s.w.t. Dalam hal ini Nabi
Muhammad s.a.w. bersabda:
Semua makhluk itu keluarga Allah, maka mereka yang paling disenangi
Allah ialah yang paling bermanfaat untuk keluarga-Nya. — Riwayat
Al-Bazar.
Dan do’a Rasulullah s.a.w.:
Ya Tuhanku! Tuhan yang mengurus segala sesuatu dan Yang Memilikinya!
Aku bersaksi bahwa hamba-hamba itu semuanya bersaudara. — Riwayat Ahmad
dan Abu Dawud.
Jadi, Islam itu berpandangan internasional dan tidak mengakui adanya
garis-garis pemisah dan perbedaan-perbedaan seperti pada zaman
jahiliyah. Islam menginginkan adanya kesatuan seluruh kemanusiaan di
bawah satu bendera, dan dalam dunia yang telah dirusak dengan
persaingan-persaingan dan permusuhan-permusuhan kebangsaan ini Islam
merupakan tuntunan hidup dan harapan kebahagiaan di hari yang akan
datang.
Keenam: Stabil dan Berkembang
Justice Cardoza dengan tegas menyatakan: “Kebutuhan terbesar zaman kita
sekarang adalah satu falsafah yang bisa menengahi antara
tuntutan-tuntutan yang saling bertentangan mengenai stabilitas dan
kemajuan dan memenuhi prinsip perkembangan.” Islam memberikan satu
ideologi yang memuaskan tuntutan-tuntutan stabilitas dan
perkembangan/perubahan sekaligus.
Kenyataan membuktikan bahwa memang hidup itu tidak semata-mata stabil
dalam arti tidak berkembang, tidak pula berkembang dan berubah secara
keseluruhan. Sebab soal-soal pokok kehidupan itu tetap, akan tetapi
cara-cara penyelesaian dan tehnik penanganannya berbeda-beda, sesuai
dengan perkembangan zaman. Islam menjamin kedua hal itu berjalan secara
teratur. Al-Qur’an dan Sunnah mengandung petunjuk-petunjuk abadi dari
Tuhan Rabul’alamin, Tuhan yang tidak dibatasi oleh zaman dan tempat
memberi petunjuk-petunjuk yang bertalian dengan kepentingan perorangan
maupun yang bertalian dengan masyarakat, sesuai sepenuhnya dengan alam
yang diciptakan Allah s.w.t. Dengan demikian maka petunjuk-petunjuk itu
bersifat azali dan abadi (kekal). Akan tetapi Tuhan hanya merumuskan
dasar-dasar dan pokok-pokoknya, sedangkan manusia diberi kebebasan untuk
melaksanakannya sesuai dengan perkembangan zaman yang berbeda-beda,
jiwa dan kondisinya. Untuk itu manusia melakukan ijtihad yang dilakukan
oleh tokoh-tokoh ahli setiap zaman, untuk menerapkan petunjuk-petunjuk
Tuhan dalam menghadapi segala bentuk kehidupan pada zamannya.
Jadi dasar dan pokok ajaran itu tetap tidak berubah, hanya cara-cara
pelaksanaannya mungkin berubah, sesuai dengan kebutuhan hidup pada
setiap zaman. Itulah rahasianya, mengapa Islam itu tetap segar dan
modern, sesuai dengan perkembangan zaman yang mana dan kapanpun.
Ketujuh: Ajaran-ajaran Terpelihara dari Perubahan.
Dan akhirnya, masih ada satu rahasia penting, ialah bahwa ajaran-ajaran
Islam dalam Al-Qur’an tetap atas dasar dan nash-nya yang semula
sebagaimana yang diturunkan Allah, Tuhan semesta alam.
Manusia tetap memperoleh petunjuk-petunjuk di dalamnya, sebagai yang
dikehendaki Allah, tanpa perubahan atau pergantian sedikitpun. Al-Qur’an
tetap sebagaimana yang diturunkan Allah dan tetap berada di
tengah-tengah kita, hampir 14 abad lamanya. Kalimat Allah tetap kalimat
Allah, dalam bentuknya yang semula. Dan keterangan terperinci tentang
kehidupan Nabi Islam dan ajaran-ajarannya telah dikenal berabad-abad
dalam bentuknya yang orisinal. Hal itu diakui oleh para kritikus non
Muslim. Profesor Reynold A. Nicholson dalam bukunya “Literary History of
the Arabs” menyatakan:
“Al-Qur’an adalah suatu dokumen kemanusiaan yang luar biasa,
menerangkan setiap phase hubungan Muhammad dengan segala kejadian yang
dihadapinya selama hidupnya, sehingga kita mendapat bahan yang unik dan
tahan uji keasliannya, sehingga kita dapat mengikuti perkembangan Islam
sejak permulaannya sampai sekarang. Semua itu tidak ada bandingannya
dalam agama-agama Buddha atau Kristen, maupun dalam agama-agama
lainnya.” (hal. 413).
Semua itu hanyalah sebahagian saja dari tanda-tanda yang dengan jelas
dan kuat menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang paling sempurna bagi
kemanusiaan, dahulu, sekarang dan di kemudian hari. Segi-segi itulah
yang telah menarik beratus-ratus juta ummat manusia ke dalamnya. Mereka
semua yakin bahwa Islam adalah agama yang hak dan benar, jalan hidup
yang lurus yang seharusnya dilalui oleh manusia. Hal itu akan tetap
menarik mereka di waktu-waktu yang akan datang. Manusia dengan jiwanya
yang bersih dan ikhlas mencari kebenaran, akan selalu mengucapkan:
AKU BERSAKSI BAHWA TIDAK ADA YANG PATUT DISEMBAH KECUALI ALLAH YANG
SATU DAN TIDAK ADA YANG MENYEKUTUINYA DAN AKU BERSAKSI BAHWA MUHAMMAD
ADALAH HAMBANYA DAN UTUSAN-NYA.
Berikut ini adalah keterangan dan kesan-kesan beberapa tokoh ahli
pikir dan cendekiawan terkemuka mengenai sejarah keimanannya kepada
Islam.
Catatan kaki:
1 Allah telah mengundangkan Agama buat kamu, seperti apa yang Dia
wasiatkan kepada Nuh dan yang Aku wahyukan kepadamu (Muhammad), dan yang
Aku wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan ‘Isa, bahwa hendaklah kamu
tegakkan Agama dan janganlah kamu bercerai-berai di dalamnya.
(Asy-Syura. 13)
2 Francies Mason. (Fd) “The Great Design,” Duckworth, London.
3 George Bernard Shaw dalam The Genuine Islam, Singapure, Vol. 1, No.
8. 1936. Pada waktu terjemahan Indonesia ini sedang dikerjakan justru
di London sedang berlangsung pameran kebudayaan Islam, dan dibuka oleh
Ratu Elisabeth II sendiri.
4 Nabi Muhammad saw.
==========================================================
Miss Mas’udah Steinmann (Inggris)
Saya tidak menemukan agama lain yang diakui oleh masyarakat luas,
mudah dimengerti dan bersemangat. Tidak ada jalan lain yang lebih dekat
kepada ketenangan pikiran dan kepuasan hidup, dan tidak ada harapan yang
lebih besar dari pada Islam untuk mencari keselamatan hidup di akhirat.
Alam kemanusiaan ini adalah bagian dari keseluruhan. Manusia tidak
bisa merasa lebih dari sebuah partikel dalam alam yang sempurna dan
mengagumkan ini. Manusia hanya mampu sekedar membuktikan tujuan hidupnya
dengan cara memenuhi tugasnya dalam hubungan dirinya dengan alam
sebagai keseluruhan dan dalam hubungan dengan kenyataan-kenyataan hidup
yang lain. Itulah tata hubungan yang serasi antara bagian dan
keseluruhan yang bisa membuat kehidupan ini dapat mencapai tujuannya,
membawa kehidupan kepada kesempurnaan dan membantu alam kemanusiaan
untuk mencapai kepuasan dan kebahagiaan. Di manakah letak posisi agama
dalam hubungan antara Allah Al-Khalik dan makhluk-Nya? Di bawah ini
adalah pikiran beberapa orang tentang agama:
“Agama seseorang itu adalah kenyataan pokok yang diakuinya, suatu
kepercayaan yang dilaksanakan dalam kenyataan hidupnya, sesuatu yang
menguasai seluruh isi hatinya. Dia tahu pasti bahwa yang
mengatur/menyusun hubungan dirinya dengan alam dan menentukan kewajiban
dan tuiuannya itu adalah agama.” –Thomas Carlyle dalam bukunya “Heroes
and Heroworship”.
“Agama adalah kenyataan akhir tentang pengertian apa saja yang orang
jumpai dalam hidupnya sendiri atau dalam hidupnya sesuatu yang lain dari
dirinya.” — G.K.Chesterton -dalam bukunya “Come to think of it.”
“Agama adalah anak harapan dan kekuatiran, menjelaskan alam gaib.” – Ambrose Bierce dalam bukunya “The Devil’s Dictionary”.
“Bentuk agama yang benar itu pasti terdiri dari kesetiaan kepada
kehendak Tuhan yang Menguasai alam, dalam mempercayai Risalah-Nya dan
dalam meniru kesempurnaan-Nya.” – Edmun Burke dalam bukunya “Reflections
on the revolution in France”.
“Semua agama berhubungan dengan kehidupan, dan kehidupan beragama
ialah berbuat baik.” – Swedenborg dalam bukunya “Doctrine of Life.”
“Semua orang memiliki semacam rasa beragama, sewaktu ketakutan atau untuk hiburan.” – James Harrington dalam bukunya “Oceana.”
Sewaktu-waktu setiap orang menemukan dirinya berhadapan dengan Yang
Gaib, Yang Tidak dimengerti dan dengan tujuan hidupnya!! Pertanyaan
dalam dirinya tentang hal itu menimbulkan kepercayaan dan keyakinan atau
“agama” dalam artinya yang pahng luas.
Mengapa saya berpendapat bahwa Islam adalah agama yang paling sempurna?
Pertama dan sebelum segala sesuatu, agama ini memperkenalkan kepada kita Penguasa Tunggal, Tuhan Al-Khalik:
Dengan nama Allah yang Pengasih lagi Penyayang. Katakanlah: Dia itu
Allah Yang Esa, Allah yang menjadi tempat semua makhluk bergantung; Dia
tidak melahirkan anak dan tidak dilahirkan sebagai anak, dan tidak ada
satu apapun yang menyamai Nya. — Al-Ikhlash 1-4.
Kepada Allah-lah kamu akan kembali dan Dia berkuasa atas segala sesuatu. – Hud 4.
Dan di beberapa tempat Al-Qur’an menuturkan kepada kita tentang
ke-Esaan Al-Khalik yang tidak bisa terlihat dengan mata kepala; Yang
Berilmu, Yang Maha Kuat, Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Kekal, Yang
Penyayang, Yang Pengasih, Yang Pemaaf dan Pengampun, Yang Maha Bijaksana
dan Maha Adil.
Tuhan Penguasa Tunggal terbukti dalam kenyataan, dan kita berulang
kali disuruh supaya membina kesempurnaan dalam hubungan antara Dia dan
kita.
Ketahuilah oleh kamu, bahwa Allah menyuburkan bumi sesudah
gersangnya. Sungguh telah Aku jelaskan kepada kamu beberapa ayat, supaya
kamu mengerti. — Al-Hadid 7.
Ucapkanlah!Aku berlindung kepada Tuhan yang mengurus manusia. — An-Nas 1.
Orang boleh berdebat bahwa untuk membuktikan pengakuan dan iman
kepada Allah, dan supaya bisa hidup bahagia dalam masyarakat itu perlu
beriman dan menjalankan perintah Tuhan. Tidakkah kita lihat seorang
bapak memberi petunjuk-petunjuk kepada anak-anaknya? Tidakkah kita lihat
seorang bapak menyusun dan mengatur kehidupan keluarganya? Sehingga
setiap anggota keluarganya hidup bersama-sama secara harmonis?
Islam telah membuktikan dirinya sebagai agama yang sah dan memperkuat
kebenaran yang dibawa oleh agama-agama yang terdahulu. Islam juga
mengakui bahwa bimbingan yang diberikan Al-Qur’an itu jelas dan bisa
diterima akal. Al-Qur’an memberi bimbingan ke arah kemajuan hubungan
antara Al-Khalik dan makhluk-Nya, menimbulkan kerjasama antara
kekuatan-kekuatan rohaniah dan jasmaniah guna menciptakan keseimbangan
lahir dan batin dalam membina kehidupan yang aman dan damai dengan diri
kita sendiri, faktor yang sangat penting dalam membina keserasian antara
orang yang satu terhadap yang lain dan syarat mencapai kesempurnaan.
Sedangkan agama Kristen, perhatian utamanya itu hanya bidang
kerohanian. Agama Kristen mendakwahkan semacam cinta kasih yang
memberatkan pertanggungan jawab para pemeluknya. Cinta kasih yang
sempurna pasti menghadapi kegagalan, jika untuk mencapainya berada di
luar kemampuan tabiat manusia dan bertentangan dengan akal dan
pengertian. Seorangpun tidak akan ada yang mampu mendekati tingkat
ajaran cinta kasih seperti yang didakwahkan oleh agama Kristen. Hanya
orang yang memiliki pengetahuan yang mendalam tentang konflik-konflik
kemanusiaan berpadu dengan rasa simpati, pengertian serta rasa tanggung
jawab yang mungkin bisa sampai mendekati kesempurnaan prinsip agama
Kristen. Akan tetapi untuk itu dia harus melepaskan diri dari
pertimbangan akalnya.
Kata S.T.Coleridge dalam bukunya “Aid to Reflection”: “Orang yang
mulai menjalankan kecintaan secara Kristen melebihi cintanya kepada
kebenaran, hal itu akan membawanya kepada cinta golongannya atau
Gerejanya melebihi cintanya kepada ke-Kristenan sendiri. Kemudian akan
berakhir pada cinta dirinya sendiri melebihi segala-galanya.”
Islam mengajarkan supaya kita menghargai Tuhan dan tunduk kepada
hukum-Nya, sekaligus menyerukan dan menggalakkan kita supaya
mempergunakan akal/logika disertai penjagaan athifah cinta kasih dan
saling pengertian. Al-Qur’an memerintahkan, sebagai pesan Al-Khalik,
kepada semua makhluk-Nya yang berbeda-beda bangsa, golongan dan
kedudukannya dalam masyarakat:
Katakanlah (olehmu Muhammad)!: Hai sekalian manusia! Kebenaran telah
datang kepada kamu dari Tuhan kamu. Barangsiapa yang menerima petunjuk,
maka dia memperoleh petunjuk untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang
sesat, maka dia menyesatkan dirinya sendiri pula. Dan tidaklah aku
menguasai kamu. — Yunus 108.
Saya tidak pernah menemukan agama lain yang bisa diterima akal dan
menarik begitu banyak manusia serta mempunyai jumlah pengikut yang
begitu besar. Dan jelaslah bagi saya bahwa tidak ada yang lebih dekat
kepada pennldran dan akal dan kerelaan dalam hidup, dan tidak ada
harapan yang lebih besar dari pada Islam untuk mencapai kebahagiaan
hidup di akhirat.
================================================
Navis B. Jolly (Inggris)
Saya lahir dalam lingkungan masyarakat Kristen, dan saya dibaptis
dalam Gereja Inggris serta mengikuti sekolah Gereja, di mana sewaktu
saya masih berumur belasan tahun telah membaca kisah Yesus Kristus,
seperti yang terdapat dalam Injil-injil. Hal itu menumbuhkan pengaruh
emosional yang mendalam pada jiwa saya, seperti juga saya merasakan hal
yang sama pada waktu setiap kali saya datang ke Gereja, melihat altar
yang tinggi yang dipenuhi dengan lilin menyala, kemenyan dan para
pendeta dengan selendang-selendang adatnya, dan saya mendengar nyanyian
misterious di waktu sembahyang.
Saya yakin bahwa pada tahun-tahun yang hanya sebentar itu, saya
adalah seorang Kristen yang bersemangat. Kemudian berbareng dengan
kemajuan saya dalam belajar dan hubungan saya yang tetap dengan Injil
serta segala sesuatu yang bersangkutan dengan ke-Kristenan,
terbentanglah luas di hadapan saya kesempatan berpikir mengenai apa yang
saya baca dan saya saksikan, mengenai apa yang saya lakukan dan saya
percayai. Segeralah saya mulai merasa tidak puas mengenai beberapa hal.
Pada waktu itu juga saya meninggalkan sekolah gereja dan saya menjadi
seorang atheis tulen, tidak mau percaya kepada agama.
Tapi kemudian saya mulai lagi mempelajari agama-agama lain yang
penting-penting di dunia. Saya mulai mempelajari agama Buddha. Saya
pelajari dengan sungguh-sungguh itu jalan yang delapan, dan ternyata
memang tujuannya baik, tapi kurang memberi petunjuk dan kurang
terperinci.
Dalam agama Hindu saya dihadapkan bukan hanya kepada tiga, tetapi
kepada beberapa ratus Tuhan yang masing-masing memiliki kisah sejarah
yang sangat fantastik dan tidak mungkin bisa diterima oleh akal saya.
Kemudian saya membaca sedikit tentang agama Yahudi, tapi sebelum itu
saya telah cukup banyak membaca tentangnya dalam Perjanjian Lama yang
menunjukkan bahwa agama Yahudi itu tidak dapat memenuhi beberapa nilai
yang mesti dimiliki oleh sesuatu agama.
Dengan bimbingan seorang sahabat, saya mulai mempelajari soal-soal
ilmu kerohanian, dan untuk itu saya harus menghadiri majelisnya yang
dikuasai oleh roh-roh orang yang sudah mati. Tapi saya tidak meneruskan
praktek ini lebih lama, karena saya yakin sepenuhnya bahwa hal itu tidak
lebih dari sekedar dorongan kejiwaan, dan saya menjadi takut untuk
melanjutkannya.
Sehabis perang dunia, saya berhasil mendapat pekerjaan pada sebuah
kantor di London. Akan tetapi pekerjaan itu tidak mengurangi perhatian
saya terhadap soal-soal agama. Pada suatu hari sebuah surat kabar lokal
memuat sebuah artikel yang saya sanggah dengan sebuah tulisan, yaitu
mengenai ketuhanan Yesus sebagaimana tersebut dalam Injil. Sanggahan
saya itu menghasilkan banyak hubungan antara saya dengan para pembaca
yang di antaranya terdapat seorang Muslim. Mulai saya berbicara dan
berdiskusi tentang Islam dengan kenalan saya yang baru ini. Dan pada
setiap tinjauan saya tentang macam-macam segi dari agama ini saya
terjatuh. Walaupun saya pikir hal itu tidak mungkin, saya harus mengakui
bahwa yang sempurna telah sampai kepada kita melalui seorang manusia
biasa, sedangkan pemerintah-pemerintah yang paling baikpun di abad ke-20
ini tidak mampu melebihi perundang-undangan yang diberikan wahyu itu,
bahkan negara-negara maju itu selalu mengutip susunannya dari susunan
Islam.
Pada waktu itu saya bertemu dengan beberapa orang kaum Muslimin dan
beberapa orang gadis Inggris yang meninggalkan agama mereka (Kristen)
dan dengan segala kemampuan mereka membantu saya dalam mengatasi segala
kesulitan yang saya hadapi. Hal itu terjadi karena memang kami
muncul/lahir dalam satu lingkungan. Tenaga/ bantuan mereka dicurahkan
tanpa pamrih.
Saya telah membaca banyak buku-buku. Saya ingat di antaranya ialah
buku “The Relegion of Islam”, “Mohammad and Christ” dan “The Sources of
Christianity”. Buku yang terakhir ini banyak menunjukkan persamaan
antara agama Kristen dan cerita-cerita khayal zaman penyembahan berhala
purba. Ini sangat mengesankan saya Yang terpenting dari semua itu ialah
bahwa saya telah membaca Al-Qur’an. Pada pertama kali, nampak kepada
saya seakan-akan kebanyakan isi Al-Qur’an itu berulang-ulang dan saya
belum percaya sepenuhnya atas semua isinya. Akan tetapi saya merasa
bahwa isi Al-Qur’an itu telah meresap ke dalam jiwa saya secara sedikit
demi sedikit. Selang beberapa malam, saya menemukan keinginan dalam jiwa
saya untuk tidak melepaskan lagi Al-Qur’an dari tangan saya. Kebanyakan
yang menarik perhatian saya ialah itu persoalan yang ajaib, bagamana
bisa terjadi bahwa petunjuk yang demikian sempurna itu sampai kepada
alam kemanusiaan melalui manusia yang bersifat kekurangan. Kaum Muslimin
sendiri selalu mengatakan bahwa Nabi Muhxtnmad s.a.w. itu manusia
biasa.
Sungguh saya mengerti bahwa menurut Islam, Rasul-rasul itu adalah
orang-orang yang tidak pernah berbuat dosa dan bahwa wahyu bukan perkara
baru, sebab dahulu wahyu pernah diturunkan kepada para Nabi Yahudi dan
bahwa Isa (Yesus) adalah Nabi terakhir dari kalangan bangsa Yahudi. Akan
tetapi sebuah teka-teki selalu menggoda pikiran saya: Mengapa wahyu itu
tidak diturunkan kepada Rasul-rasul abad kedua puluh?! Jawabnya, saya
pikir ialah apa yang diterangkan oleh Al-Qur’an bahwa Muhammad s.a.w
adalah Rasul Allah dan Nabi penutup. Hal itu jawaban yang sempurna dan
tidak bisa dibantah, karena bagamana bisa jadi diutus lagi Rasul-rasul
sesudah Muhammad s.a.w., sedangkan Al-Qur’anul-Majid adalah sebuah Kitab
yang komplit yang menjelaskan segala sesuatu dan membenarkan segala
yang ada di hadapan kita, dan bahwa Al-Qur’an itu kekal untuk
selama-lamanya tanpa penggantian dan perubahan, sebagaimana dinyatakan
oleh Al-Qur’an dan diperkuat dengan kenyataan:
Sesungguhnya Aku telah menurunkan Al-Qur’an dan Aku menjaganya. — Al-Hijr 9.
Tidak bisa diragukan bahwa sesudah itu tidak akan ada kebutuhan lagi
kepada Rasul-rasul dan Kitab-kitab baru. Hal itu tertanam kuat dalam
lubuk hati saya.
Saya baca bahwa Al-Qur’an itu petunjuk bagi mereka yang berpikir dan
Al-Qur’an menantang kepada setiap orang yang ragu-ragu, supaya mereka
membuat satu surat saja yang serupa dengan Surat Al-Qur’an:
Jika kamu berada dalam keraguan mengenai apa yang telah Aku turunkan
kepada hamba-Ku, datangkanlah satu surat yang semacamnya dan panggillah
berhala-berhala kamu, jika memang kamu benar. — Al-Baqarah 23.
Saya berpikir keras, jika ternyata pengaturan Al-Qur’an tentang hidup
diberikan kepada seorang yang lahir pada tahun 570 Masehi, maka saya
merasa pasti bahwa kita yang hidup pada tahun 1944 ini akan mampu untuk
mencapai ajaran yang lebih baik dari itu. Mulailah saya pelajari
kemungkinan ini, tapi ternyata saya gagal dalam segala lapangan.
Saya yakin, bahwa saya telah pernah terpengaruh dengan apa yang saya
dengar dari atas mimbar-mimbar Kristen yang menentang Islam dalam soal
poligami. Saya mengira bahwa saya dapat melancarkan kritik mengenai
masalah itu, karena waktu itu saya yakin bahwa teori Barat tentang
monogami itu lebih baik dari pada teori kolot yang menyerukan poligami.
Soal itu saya bicarakan dengan sahabat saya, orang Islam itu yang dengan
kontan mengemukakan bantahan yang meyakinkan bahwa bolehnya poligami
itu dalam batas-batas tertentu. Poligami itu hanya satu usaha untuk
mengatasi apa yang sekarang terjadi di dunia Barat, yaitu meluasnya
hubungan-hubungan gelap antara dua jenis manusia yang berbeda, dalam
bentuk yang semakin beraneka-ragam. Keterangan sahabat saya itu
diperkuat dengan berita-berita yang tersiar dalam surat-surat kabar yang
menjelaskan sedikitnya jumlah orang-orang yang mencukupkan diri dalam
praktek dengan satu isteri saja di Inggris.
Saya sendiri melihat bahwa sesudah selesainya perang, jumlah kaum
wanita dalam usia tertentu menjadi lebih banyak dari pada pria. Keadaan
ini mengakibatkan ,tidak sedikit kaum wanita yang menghadapi kesulitan
untuk menemukan kesempatan bersuami. Apakah memang Allah s.w.t.
menciptakan wanita semata-mata untuk menghadapi kesulitan?
Saya selalu ingat, bahwa dalam program siaran radio yang dikenal
dengan nama “Dear Sir”, seorang gadis Inggris yang belum pernah kawin
mengajukan tuntutan supaya diadakan undang-undang yang membolehkan
poligami. Dia mengatakan bahwa dirinya lebih baik hidup dalam ikatan
perkawinan bersama dengan istri-istri lain dari pada hidup menyendiri
secara liar yang seolah-olah menjadi ketentuan takdir buat dirinya.
Dalam Islam tidak ada kewajiban berpoligami, tapi jelas bahwa tanda
agama yang sempurna itu ialah memberikan kesempatan untuk itu.
Kemudian kepada sahabat saya orang Islam itu saya kemukakan masalah
sembahyang wajib yang saya kira merupakan titik kelemahan Islam, sebab
melakukan sembahyang berulang-ulang sampai 5 kali itu setiap hari dan
malam itu mesti hanya merupakan kebiasaan yang tidak ada artinya. Akan
tetapi sahabat saya itu kontan menjawab dengan jelas. Dia berkata:
“Bagamana dengan praktek memetik alat-alat musik? Bukankah anda
menghabiskan waktu setengah jam setiap hari untuk mengulanginya? Apakah
jiwa anda terpengaruh atau tidak? Hal itu pasti hilang keindahannya,
jika hanya sekedar kebiasaan saja. Yang mempengaruhi jiwa kita itu ialah
pikiran kita tentang apa yang kita kerjakan. Demikian juga halnya dalam
soal musik. Sebenarnya, memetik saja tanpa pikiran sudah cukup
berpengaruh ke dalam jiwa kita, dari pada tidak memetik sama sekali.
Begitu juga dalam hal sembahyang. Melakukan sembahyang tanpa pikiran
yang khusyuk saja sudah cukup baik pengaruhnya dalam jiwa kita, dari
pada tidak sembahyang sama sekali.”
Setiap orang yang mempelajari musik mengakui kebenaran ini. Apalagi
jika kita tahu bahwa sembahyang Islam itu hanya berguna bagi orang yang
melakukannya sebagai latihan rohani, melebihi hikmah faedahnya yang
banyak. Sedangkan Allah Rabbul-’alamin tidak butuh kepada sembahyang
makhluk-makhluk ini.
Sesudah itu, mulailah jiwa saya menjadi tenang dan berangsur-angsur
dapat menerima kebenaran yang dibawa oleh Islam. Lalu saya umumkan
keimanan saya, dan saya memeluk Islam. Saya lakukan itu dengan penuh
kepuasan, dan saya buktikan bahwa hal itu bukan sekedar tindakan
emosional, tapi hasil pemikiran yang lama, terakhir hampir menghabiskan
waktu dua tahun, selama mana saya berusaha melawan segala hawa nafsu
yang selalu ingin membelokkan saya ke jalan yang lain.
==========================================================
Lady Evelyn Zeinab Cobbold (Inggris)
Pertanyaan terbanyak yang saya terima, ialah: Kapan dan mengapa saya memeluk agama Islam’!
Saya hanya bisa menjawab bahwa tidak mungkin saya dapat memastikan
secara persis detik-detik yang menentukan, sewaktu cahaya ke-Islaman
memancar masuk ke dalam jiwa saya. Yang jelas ialah bahwa saya sudah
menjadi orang Islam. Kejadian ini bukan satu keanehan, jika orang ingat
bahwa Islam itu adalah agama fithrah (natural religion). Ini berarti
bahwa seorang bayi itu akan tumbuh menjadi seorang pemuda Islam jika dia
dibiarkan hidup di atas fitrahnya sendiri. Seorang kritikus Barat
pernah membenarkannya dengan perkataan: “Islam is the relegion of common
sense” atau “Islam adalah agama akal.” Setiap bacaan dan pelajaran saya
tentang Islam bertambah, bertambah pulalah keyakinan saya bahwa Islam
itu adalah suatu agama yang paling praktis dan paling mampu
menyelesaikan segala kesulitan dunia dan membawa alam kemanusiaan ke
jalan keamanan dan kebahagiaan. Karena itulah maka saya tidak ragu-ragu
dalam kepercayaan saya bahwa Allah itu SATU/ESA, dan bahwa Musa, Isa dan
Muhammad s.a.w. serta Nabi-nabi lain yang sebelumnya itu adalah para
Nabi yang dituruni wahyu oleh Tuhan, bahwa kita manusia semua tidak
dilahirkan dalam dosa, dan kita tidak memerlukan seorang perantara dalam
menghadap Tuhan. Kita semua mampu menghubungkan jiwa kita dengan Dia
sembarang waktu, dan manusia itu, sampai Muhammad dan Isa sekalipun
tidak ada yang bisa menjamin apa-apa untuk kita dari Allah s.w t., dan
bahwa keselamatan/kebahagiaan hidup kita itu tergantung kepada cara
hidup dan amal perbuatan kita sendiri.
“Islam” berarti tunduk dan menyerah kepada Allah. “Islam” juga
berarti selamat dan aman. Sedangkan seorang Muslim itu ialah orang yang
beriman dan melaksanakan ajaran-ajaran Allah, sehingga dia bisa hidup
dengan aman di hadapan Allah dan dalam lingkungan makhluk-Nya.
Islam berdiri di atas dua pokok. Pertama ialah ke-Esaan Allah, dan
kedua ialah persaudaraan yang meliputi seluruh alam kemanusiaan. Islam
bebas dari theologi dogmatis yang memberatkan. Lebih dari itu semua,
Islam adalah suatu agama yang positif.
Dalam ibadah Haji –suatu peribadatan yang tidak bisa dijelaskan
pengaruhnya dengan kata-kata– orang melihat dirinya sebagai satu anggota
dalam sebuah pergumulan besar dari seluruh dunia pada kesempatan suci
di tanah suci, untuk bersama-sama dengan segala kekhusyuan mengagungkan
Allah. Dengan demikian tumbuhlah dalam jiwanya kesan tentang agungnya
idealisme Islam, yakni terbukanya kesempatan baik untuk bersama-sama
masuk dalam kancah percobaan kerohanian yang dianugerahkan Allah s.w.t.
kepada alam kemanusiaan. Menziarahi tempat kelahiran Islam, bekas-bekas
perjuangan Rasulullah s.a.w. sewaktu beliau mengajak alam kemanusiaan
yang sesat supaya kembali kepada Allah s.w.t. Semua kehidupan yang penuh
berkah itu membangkitkan kesan dalam semua hati dan ingatan kepada
perjuangan lama makan banyak waktu, yang dijalankan oleh Muhammad s.a.w.
dalam tahun-tahun yang penuh pengorbanan. Semua itu berpengaruh dalam
jiwa dan melebur dalam semburat cahaya langit yang menerangi seluruh
jagat raya. Bukan itu saja, dalam ibadah Haji itu masih ada yang lebih
penting lagi, yaitu membuktikan adanya persatuan di kalangan kaum
Muslimin. Kalau ada suatu hal yang dapat mempersatukan kekuatan Ummat
Islam yang bercerai-berai dan memberinya corak persaudaraan dan semangat
kerjasama, maka ibadah Haji-lah yang dapat membuktikannya. Dalam
melaksanakan ibadah Haji terdapat kesempatan untuk mempertemukan semua
bangsa dari seluruh dunia untuk saling berkenalan dan bertukar pikiran
tentang hal-ihwal masing-masing, dan mempersatukan tenaga dalam usaha
kemaslahatan bersama dengan mengesampingkan soal-soal negeri tempat
tinggal, perbedaan golongan dan madzhab, warna kulit atau kebangsaan.
Semua bersatu dalam satu ikatan persaudaraan besar dalam akidah yang
mengilhami bahwa merekalah sebenamya yang pantas menjadi pewaris
keagungan.
=================================================
Mrs. Cecilia Mahmudah Cannolly (Australia)
Mengapa saya memeluk Islam?
Pertama-tama dan sebelum segala sesuatunya, saya ingin menyatakan bahwa
saya memeluk agama Islam, karena ternyata bahwa saya adalah seorang
Muslim dalam lubuk jiwa saya tanpa setahu saya.
Sudah sejak masih muda, saya telah kehilangan kepercayaan kepada
agama Kristen. Sebabnya banyak, dan yang terpenting ialah kalau saya
bertanya kepada orang-orang Kristen, baik tokoh-tokoh Gereja maupun
orang-orang Kristen biasa, tentang sesuatu yang tidak jelas bagi saya
mengenai ajaran-ajaran Gereja, saya selalu saja mendapat jawaban: “Nona
tidak akan bisa menggali ajaran-ajaran Gereja, tapi nona wajib
mempercayainya.” Waktu itu saya tidak mempunyai cukup keberanian untuk
mengatakan kepada mereka: “Saya tidak bisa mempercayai sesuatu yang saya
tidak mengerti.” Dan menurut hasil penelitian saya, tidak ada
seorangpun di kalangan mereka yang menyebut dirinya orang Kristen yang
mempunyai keberanian semacam itu.
Apa yang saya lakukan selanjutnya, ialah keluar dari Gereja Roma
Katolik serta ajaran-ajarannya dan memantapkan ke-Imanan saya kepada
Tuhan Yang Maha Esa, sebab beriman kepada-Nya itu lebih mudah dari pada
beriman kepada Tuhan Yang Tiga, seperti yang diajarkan oleh Gereja. Dan
berlawanan dengan ajaran-ajaran G,ereja yang tidak bisa dimengerti itu,
saya mulai menemukan kehidupan yang lebih luas, bebas dari segala dogma.
Setiap kali saya menghadapkan muka, saya menemukan bukti-bukti
kekuasaan Allah s.w.t. pada makhluknya, dan saya –juga orang lain yang
kecerdasannya lebih tinggi dari pada saya– tidak bisa memahami segala
mu’jizat yang terjadi di bawah mata saya. Saya tertegun memikirkan
segala kejadian/keajaiban makhluk Allah: pohon-pohon, bunga-bunga,
burung-burung dan hewan-hewan sampai anak-anak yang dilahirkan, semua
itu saya rasa merupakan mu’jizat yang maha gemilang. Tidak seperti yang
diajarkan oleh Gereja. Saya ingat di waktu saya masih kecil, jika saya
melihat bayi yang baru lahir yang digambarkan oleh Gereja sebagai
“tertutup dengan kehitaman dosa.” Sekarang tidak ada anggapan buruk
semacam itu lagi mendapat tempat dalam khayalan saya. Sekarang segala
sesuatu menjadi indah di muka mata saya.
Pada suatu hari, anak saya perempuan pulang ke rumah membawa sebuah
buku tentang Islam. Buku itu telah mempengaruhi jiwa saya untuk
memberikan perhatian kepada agama ini, sehingga sesudah selesai membaca
buku ini, saya terus membaca buku-buku yang lain lagi tentang Islam, dan
segeralah saya mengerti bahwa Islam itu adalah justru akidah yang cocok
dengan kepercayaan saya.
Pada waktu saya masih percaya kepada agama Kristen, saya terpengaruh
oleh apa yang dimasukkan ke dalam hati saya bahwa Islam itu tidak lebih
dari pada sebuah cerita lelucon. Akan tetapi sesudah saya membaca
buku-buku tersebut, hilanglah segala sangkaan buruk itu dari hati saya,
dan tidak lama kemudian saya menemui beberapa orang Islam untuk
menanyakan beberapa masalah yang belum begitu jelas sempurna bagi saya.
Ketika itulah tersingkap segala tirai yang menghalangi saya dari Islam.
Setiap kali saya kemukakan pertanyaan, setiap itu pula saya mendapat
jawaban yang meyakinkan. Berlainan sepenuhnya dengan apa yang
dilebih-lebihkan pada waktu saya masih menganut agama Kristen.
Sesudah membaca-baca dan mempelajari, saya dan anak saya perempuan
mengambil keputusan untuk memeluk agama Islam dengan nama Rasyidah dan
Mahmudah.
Kalau ada orang yang bertanya kepada saya tentang segi yang paling
menarik bagi saya dalam Islam, pasti akan saya jawab: Sembahyang. Karena
sembahyang dalam agama Kristen, tidak lebih dari pada do’a kepada Allah
(dengan perantaraan Yesus Al-Masih) agar Dia menganugerahi kita dengan
kebaikan di dunia. Sedangkan dalam Islam, sembahyang itu ialah
memanjatkan puji ke hadirat Allah s.w.t. dan bersyukur atas segala
ni’mat-Nya. Allah sendirian yang lebih mengetahui apa yang bermanfaat
bagi kita dan menganugerahi kita dengan apa yang kita perlukan tanpa
memintanya sedikitpun.
===============================================
Miss Fatima Kazue (Jepang)
Sejak terjadinya perang dunia ke-II, saya telah kehilangan
kepercayaan kepada agama kami, yakni sejak saya menjalankan kehidupan
secara Amerika. Saya merasa ada sesuatu yang terlepas dari jiwa saya,
akan tetapi saya bisa menentukan apa yang telah hilang itu, sedangkan
jiwa saya tetap menuntut supaya saya menentukan apa yang hilang itu.
Adalah nasib baik bagi saya kenal dengan seorang Muslim yang sudah
lama tinggal di Tokyo, dan cara hidup serta ibadahnya sungguh
mengagumkan saya. Lalu saya tanya dia tentang beberapa masalah yang
dijawabnya dengan jawaban yang cukup meyakinkan, memuaskan akal dan jiwa
sekaligus. Dia memberitahukan kepada saya tentang bagamana seharusnya
manusia hidup sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditentukan Allah
s.w.t. Saya tidak membayangkan sebelumnya bahwa pandangan manusia akan
berubah secepat apa yang saya alami dalam jiwa saya, ketika saya
mengikuti dan menjalankan kehidupan secara Islam. Saya merasa bahwa saya
setuju dengan Tuhan yang menciptakan saya.
Dengarlah penghormatan seorang Muslim: “Assalaamu ‘alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh”. Kalimat itu merupakan do’a memohonkan
keselamatan dari Allah, do’a mohon kebahagiaan yang abadi. Ini sangat
berbeda dengan kata-kata “good morning” dan “good afternoon”, suatu
penghormatan yang hanya secara sederhana mengharapkan kebaikan pagi dan
sore, di dalamnya tidak terkandung harapan yang kekal, tidak pula
mengandung do’a kepada Allah agar melimpahkan rahmat dan berkah-Nya.
Sahabat saya yang Muslim itu mengajarkan kepada saya tentang banyak
hal yang harus diimani oleh setiap Muslim serta peribadatan yang harus
ditunaikan. Saya.amat tertarik oleh cara hidup menurut ajaran Islam,
kebersihannya, keluasannya dan kebiasaannya mengucapkan salam.
Saya yakin sepenuhnya bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang bisa
menjamin keselamatan dan ketentraman hidup seseorang dan masyarakat
secara merata. Hanya Islam sajalah yang memberikan keselamatan hakiki
kepada alam kemanusiaan, berlaku dalam waktu yang lama dan membimbing
rnereka kepada keamanan.
Berbahagialah saya, bahwa saya setuju dengan jalan keselamatan, dan
saya sangat mengharap dapat menyebarluaskan Islam di kalangan bangsa
saya, manakala saya menemukan jalan untuk itu.
===================================================
Miss Amina Mosler (Jerman)
Saya mendengar anak saya menangis dengan air mata bercucuran
mengatakan. “Ibu! Saya tidak mau tetap sebagai orang Kristen sesudah
ini. Saya ingin menjadi orang Islam. Ibu juga, ya Bu, harus bersama saya
masuk agama yang baru ini.”
Kejadian itu adalah pada tahun 1928. Waktu itulah untuk pertama
kalinya saya merasa perlu mempelajari Islam. Lewat beberapa tahun,
sebelum saya menemui Imam Mesjid Berlin yang menjelaskan kepada saya
tentang agama ini, saya selalu meyakini bahwa Islam adalah agama yang
benar dan saya setujui.
Iman kepada Trinitas yang diajarkan oleh agama Kristen adalah suatu
hal yang mustahil bagi saya. Akhirnya pada waktu saya menginjak usia 20
tahun, dan sesudah saya mempelajari Islam, saya berpendapat untuk tidak
mengakui, tidak menganggap suci dan tidak mengakui kekuasaan Paus yang
tinggi, baptis dan lain-lain kepercayaan, jadilah saya seorang Muslimat.
Semua leluhur saya adalah orang-orang yang taat beragama. Saya
sendiri tumbuh dalam masyarakat. Karena itu saya membiasakan diri untuk
melihat hidup ini dari sudut pandangan keagamaan, dan hal itu
mengharuskan saya memeluk salah satu agama. Maka adalah nasib saya yang
baik serta menyenangkan bahwa saya mengambil keputusan untuk memeluk
agama Islam.
Sekarang saya merasa sangat berbahagia, dalam keadaan sudah menjadi
nenek, karena saya dapat membanggakan bahwa cucu saya telah melahirkan
seorang bayi Muslim. Dan Allah s.w.t. memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.
Mengapa orang-orang Kristen masuk Islam,karena mereka memahami agamanya dengan baik ? Hasilnya harus Islam.
Mengapa orang-orang Islam masuk Kristen, karena mereka TIDAK memahami
agamanya ? Dan dipengaruhi para pembohong yang tersesat yang
menyesatkan. Naudzubillah.
saudara-saudara ku yang terkasih dalam Yesus Kristus,
Hari sabat, adalah suatu hari yang di khusukan kepada setiap manusia
(tidak memandang agama), untuk berhenti dari segala aktifitas
sehari-hari dan pada hari sabat itulah manusia hanya di khususkan untuk
menyembah Allah. Hal ini ada di dalam 10 perintah Allah, atau hukum
taurat, dimana hukum ini, wajib kita taati. Pada jaman nabi2, 10
perintah Allah ini, belum tergenapi. Beberapa nabi, yang terdapat di
kitab suci, tidak dapat menggenapi ke sepuluh perintah Allah tersebut,
dan pada saat itu, manusia benar-benar sudah jauh dari Allah, dan banyak
sekali melakukan dosa. Baik pemuka agama maupun pemimpin pemerintahan
pada saat itu, mereka tidak melakukan isi dari perjanjian lama yang
tertulis di Alkitab.
Di dalam ayat di Alkitab YOH 3:16 dikatakan “KARENA BEGITU BESAR KASIH
ALLAH AKAN DUNIA INI, SEHINGGA IA TELAH MENGARUNIAKAN ANAK-NYA YANG
TUNGGAL, SUPAYA SETIAP ORANG YANG PERCAYA KEPADA-NYA TIDAK BINASA,
MELAIKAN BEROLEH HIDUP YANG KEKAL” dan dalam YOH 3:18 dikatakan “BARANG
SIAPA PERCAYA KEPADA-NYA, IA TIDAK AKAN DI HUKUM; BARANG SIAPA TIDAK
PERCAYA, IA TELAH BERADA DI BAWAH HUKUMAN, SEBAB IA TIDAK PERCAYA DALAM
ANAK TUNGGAL ALLAH”. Di dalam ayat itu sudah jelas bahwa Yesus lahir
dari dara maria, dan datang ke dunia mempunyai misi untuk menyelamatkan
dan mendekatkan umat manusia ke jalan Allah dan kita harus PERCAYA. Di
dalam keberadaan Yesus di dunia, banyak sekali hal-hal yang dilakukan
Nya sebagai cermin Allah kepada manusia. Sepuluh Perintah Allah telah di
genapi, dan setiap hal yang dilakukannya baik adanya itulah Perjanjian
Baru. Di dalam perjajian baru, segala sesuatu yang menjadi hukum taurat
telah di genapi, dan telah di lakukan Yesus. Seperti menyembuhkan orang
di hari sabat (yang di dalam perjanjian lama hari sabat tidak boleh
bekerja, sekarang Yesus menggenapinya dengan perbuatan baik pada hari
sabat yaitu menyembuhkan orang dari penyakitnya).
Hari sabat yang sesungguhnya dalam perhitungan hari adalah hari sabtu
(sesuai kalender yunani). Namun Yesus datang ke dunia ini untuk
menyatakan karya Allah pada manusia, dimana harus ada satu hari yang di
kususkan oleh manusia untuk menyembah Allah. Dan hari itulah mereka
berkumpul dan bersama-sama beribadah. Jikalau kita sadari, beribadah
tidak harus hari sabat, tapi setiap kari, kapan pun, dimana pun,
bagaimanpun itu tidak masalah… dan hari minggu atau sabtu, itu tidak
merupakan suatu masalah bagi Allah untuk manusia beribadah. Yang di
lihat Allah bukan harinya, meliankan Iman seseorang dalam melakuakn
beribadah.
Hari minggu atau Sabtu, adalah hari-hari dimana saat terpenting
terjadi di dunia (sabtu adalah hari ke tujuh *kalender yunani*, dan di
hari ke tujuh Allah beristirahat setelah apa yang di ciptakannya di bumi
telah selesai, sedangkan hari minggu adalah hari dimana Yesus Kristus
bangkit mengalahkan maut dan kematian). Pada hari-hari itu adalah hari
yang baik adanya, Di hari itulah umat kristiani melaksakan ibadah
bersama-sama sebagai simbol untuk mengenang hari-hari itu.
Sesuangguhnya Jum’at adalah hari yang tidak baik, karena dalam
perhitungan hari bahwa di situlah Yesus di salibkan, dan jatuh ke dalam
kerajaan maut (Kematian). Namun karena pada hari itu lah Yesus wafat,
hari itu di sebut jum’at agung.. sedangkan sabtu suci dan minggu paskah…
Jadi menurut saya, Ibadah itu bisa di lakukan di mana saja, dalam keadaan apapun, tanpa terikat oleh waktu.
pesan saya kepada teman-teman seiman percayalah kepada Yesus, Sebeb
Yesus berkata “Tidak ada seorang pun masuk ke dalam surga tanpa melalui
aku, karena aku (YESUS) ada di dalam Bapaku (ALLAH) dan Bapaku (ALLAH)
ada di dalam aku”
Bacalah wahyu 14 tentang “Anak Domba dan pengikut-Nya yang ditebus-Nya”3
dan seperti kitab Wahyu 14 : 12 “Yang terpenting di sini ialah ketekunan
orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus”.
Kitab Yudas ayat 18 “Sebab mereka telah mengatakan kepada kamu ”
Menjelang akhir jaman akan tampil pengejek-pengejek yang akan hidup
menurut hawa nafsu keafasikan mereka”.
dan jika kita kaji menurut waktu, kitab ini ada sebelum agama lainnya di
bawah agama kristen ada. dan ayat ini hanya ada dalam Alkitab…,
jadi????
Semoga apa yang saya paparkan ini dapat menjadikan pedoman dalam kehidupan kita.
Tuhan memberkati kita, Amin…
Sayang 10 perintah itu telah banyak dilanggar oleh orang Kristen diantaranya dibawah ini:
1. Jangan ada padamu Allah lain dihadapan-Ku
> Jesus dipertuhan
2. Jangan membuat PATUNG
> Hampir setiap Gereja ada patung Jesus / Bunda Maria
3. Jangan menyebut nama Tuhan Allah-mu sembarangan
> Tuhan Allah dipanggil Bapa
4. Tetap ingat dan kuduskanlah hari Sabat
> Yang terjadi malah hari Minggu yang dikuduskan
5. Hormatilah ayah dan ibumu
6. Jangan membunuh
7. Jangan berzinah
8. Jangan mencuri
9. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu
10. Jangan mengingini istri sesamamu
Agama Kristen gak konsisten dengan kitabnya
Mengapa Kami Memilih Islam
Oleh Rabithah Alam Islamy Mekah
Alih bahasa: Bachtiar Affandie
Cetakan Ketiga 1981
Penerbit: PT. Alma’arif, Bandung
==========================
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Segala puji bagi Allah Subhanahu wata’ala. Kita memuji, memohan pertolongan dan meminta ampun kepadaNya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu wata’ala maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan barang siapa disesatkan oleh Allah maka tidak ada yang bisa menunjukinya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba dan RasulNya.
Ebook ini diambil dari buku MENGAPA KAMI MEMILIH ISLAM, Oleh Rabithah Alam Islamy Mekah
Semoga ebook ini bermanfaat bagi seluruh kaum muslimin.
————-
Compiled ebook by Akhukum Fillah
La Adri At Tilmidz
Hanya kepada Allah saya memohan petunjuk, taufik serta kekuatan untuk selalu menjauhi laranganNya, untuk diri saya sendiri dan untuk segenap umat Islam. Dan mudah-mudahan Dia menjauhkan kita dari hal-hal yang diharamkan serta menjaga kita dari hal-hal yang buruk, sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.
————-
MENEBAR ILMU DAN TEGAKKAN SUNNAH
http://www.sunny.wordpress.com
==========================================================================
H.F. Fellows (Inggris)
Saya telah menghabiskan sebagian besar hidup saya dalam Angkatan Laut Kerajaan Inggris (Royal Navy) dan saya turut serta dalam perang dunia pertama tahun 1914 dan perang dunia kedua tahun 1939.
Di lautan orang tidak mungkin dapat menghindarkan diri dari keganasan alam, ditambah dengan kekuatan dan kemampuan alat-alat perlengkapan perang yang efisien abad kedua puluh. Contoh yang mudah ialah kabut dan angin ribut, merupakan tambahan bahaya di waktu perang.
Pada kami ada sebuah buku yang bernama “Queen’s Regulations and Admiraly Instructions” : Buku ini berisi ketentuan-ketentuan buat opsir-opsir dan tentara bawahan, penjelasan mengenai penghargaan, baik dalam bentuk promosi atau tanda penghargaan berkelakuan baik, kepangkatan dan pensiun. Di dalamnya terdapat penjelasan-penjelasan terperinci tentang batas tertinggi hukuman-hukuman yang bisa dikenakan atas pelanggaran disiplin Angkatan Laut, termasuk di dalamnya segala hal yang bersangkutan dengan segala segi kehidupan selama bertugas di dalamnya. Dengan mengikuti/mentaati segala instruksi yang terkandung dalam buku tersebut, sebahagian besar para anggota Angkatan Laut telah digiring ke arah perangai yang teratur, cepat dan berkemauan tinggi.
Saya bisa mengatakan bahwa Al-Qur’anul-Karim adalah sesuatu yang sangat berharga, bahkan kalau boleh saya katakan, adalah satu-satunya Kitab yang bernilai paling tinggi, berisi ajaran-ajaran Allah Rabbul-’Alamin untuk semua orang, wanita dan anak-anak di muka bumi.
Sebelas tahun yang lalu saya bekerja sebagai tukang kebun. Pekerjaan ini juga membuktikan tentang ketergantungan manusia kepada Tuhan. Jika anda bekerja sesuai dengan perintah-perintah Tuhan, Dia akan menolong anda dan kebun anda akan berkembang dengan baik. Sebaliknya, jika anda tidak mengindahkan hukum-hukumNya, maka kegagalan menanti sebagai hadiahnya.
Ramalan-ramal;an para ahli cuaca dan iklim tidak selalu benar. Kalau dalam beberapa hal mereka benar, maka dalam hal-hal lain mereka tidak benar.
Saya percaya bahwa Al-Qur’anul-Karim itu adalah firman Allah s.w.t. dan sesungguhnya Allah s.w.t. telah memilih Rasul-Nya, Muhammad s.a.w. supaya menyampaikan Risalah ini kepada manusia semuanya.
Agama Islam cocok dengan kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang mudah dan luas, tidak mengandung peraturan-peraturan yang tidak bisa dimengerti. Dan peribadatan Islam dalam berbagai bentuknya akan menimbulkan keikhlasan yang mendalam.
Saya lahir dan dibesarkan sebagai orang Kristen di negara Kristen, dan kebiasaan-kebiasaan Kristen telah berakar kuat dalam jiwa saya, sehingga tidak mungkin mencabutnya atau melepaskan diri dari padanya, kecuali dengan adanya dorongan yang sangat kuat. Dalam hubungan ini saya harus menegaskan bahwa dorongan itu terpancar dari dalam jiwa saya sendiri. Dan walaupun segala persoalan saya dapat dijawab, tidak ada seorangpun yang menyarankan supaya saya memeluk agama Islam.
Dasar-dasar kepercayaan Islam dan Kristen itu sama, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuat jelasnya segala persoalan.
Disebabkan keyakinannya bahwa gereja Kristen ada mengandung banyak kepercayaan dan peribadatan-peribadatan keberhalaan, akhirnya Luther memulai pemberontakannya terhadap gereja yang berakibat adanya perubahan dan pembentukan dasar Protestan.
Ratu Elisabeth I pada waktu negaranya berada di bawah tekanan Gereja Katolik Roma di Spanyol, dan pada waktu bersamaan, negara-negara Eropa Tengah berada di bawah tekanan Kerajaan Usmaniah (Ottoman Empire), maka terbentuklah persamaan tujuan Islam dan Protestan melawan keberhalaan. Akan tetapi jelas bahwa Martin Luther tidak tahu atau pura-pura tidak tahu bahwa sebelum dia mulai dengan gerakannya, sembilan abad yang lalu, Rasulullah Muhanunad s.a.w. telah lahir untuk mengoreksi segala kepercayaan yang salah. Dan hal itu tidak hanya tertuju kepada agama Kristen saja, tapi juga terhadap semua agama langit yang terdahulu. Dalam pada itu, maka gerakan perbaikan yang dipimpin oleh Martin Luther itu tidak menghapuskan semua kepercayaan keberhalaan dan peribadatan dalam agama Kristen. Apa yang dikerjakannya hanya merupakan babak baru dari kekakuan dan fanatisme yang terus menerus tanpa batas sampai sekarang.
Baik juga dikemukakan bahwa pada waktu mahkamah-mahkamah Inkuisisi di Spanyol (Spanish Inquisition) sangat kaku dan menimbulkan pertumpahan darah, justru Islam menunjukkan toleransinya dan jauh dari fanatisme Chauvinisme. Malah orang-orang Yahudi yang merasa tertekan di Spanyol pada mengungsi ke Turki, sehingga mereka menjadi aman dan selamat.
Nabi Isa a.s. telah memerintahkan kepada kita supaya mengikuti Wasiat Sepuluh (The Ten Commandement) yang diturunkan kepada Musa a.s. di gunung Tursina. Wasiat pertama ialah: “Sesungguhnya Aku ini Allah, Tuhan kamu. Maka janganlah menjadikan Tuhan selain Aku.” Wasiat pertama ini dikompromikan dengan kepercayaan penebusan (Doctrine of Atonement), dimana terdapat pengertian bahwa kesetiaan kepada Kristus melebihi kesetiaan kepada Tuhan, karena Kristus akan memberi syafa’at (pembelaan) kepada kita pada hari kiamat. Dalam pada itu maka orang-orang Kristen percaya bahwa Kristus itu penjelmaan Tuhan (God Incarnate).
Saya selalu menggambarkan Tuhan itu sebagai penunjuk ummat manusia, bersifat pemaaf, pengasih dan adil
Berdasarkan kepercayaan inilah, maka manusia sanggup menenangkan dirinya menghadapi keadilan dan kasihnya, rahmat-Nya sambil melaksanakan segala tugas yang diberikan kepadanya.
Anda bertanggung jawab selama hidup tentang segala amat perbuatan anda sendiri. Jika anda seorang accountant dan anda menipu dalam cara anda menghitung, anda pasti akan dijebloskan ke penjara. Dan jika anda mengendarai mobil terlalu cepat di atas jalanan yang licin, mobil anda pasti slip dan mendapat kecelakaan. Dan sebagainya.
Semua itu adalah kesalahan anda, karena andalah yang melakukannya. Akan tetapi dengan sikap pengecut anda ingin melemparkan tanggung jawab kepada orang lain.
Saya tidak percaya bahwa kita (manusia) dilahirkan dalam keadaan berdosa, sebab hal itu bertentangan dengan athifah (sentimen) suci dari pada anak-anak. Pengalaman mengajarkan kepada saya bahwa salah satu tabi’at manusia yang normal ialah mempunyai keinginan menggembirakan orang lain, selama orang lain itu bukan orang yang tidak disukai, bahwa anak-anak itu menghormati pikiran-pikiran orang tua dan guru-guru mereka bahwa orang-orang dewasa menghormati pikiran dan pendapat atasan mereka dan mereka bergembira bila berkesempatan menolong tetangga mereka. Akan tetapi kadang-kadang kita merasakan, karena satu dan lain sebab, kemarahan yang sangat, sehingga terpaksalah kita menyiksa seseorang atau merusak sesuatu benda. Tingkat-tingkat perbuatan ini berbeda-beda berat atau ringannya, berbeda pula tenggang waktu terjadinya. Pada waktu kita memenuhi ajakan rasa marah itu, kita tambah berdosa. Sebagai misal ialah permainan olah raga. Jika seorang pemain menyalahi peraturan permainan, wasit tentu menghukum dia sebagai balasannya. Berdasarkan contoh ini, kita berpendapat bahwa kepercayaan yang mengatakan bahwa Kristus memikul dosa manusia itu adalah suatu kepercayaan yang berputar balik dan tidak masuk akal. Kita tidak mengerti kalau kita yang berbuat dosa, tapi Yesus yang harus disiksa!
Wasiat yang kedua (the second Commandement) dari yang sepuluh itu dimulai dengan kata-kata: “Janganlah engkau membuat patung berukir untuk dirimu.” Selanjutnya wasiat kedua ini menyatakan: “Janganlah membungkukkan diri dan menyembah kepadanya.” Akan tetapi banyak sekali gereja-gereja dan katedral-katedral yang memancangkan patung-patung itu di altarnya dan praktis orang-orang menyembahnya.
Saya sering merasa kaget, bagaimana Hidup, Wafat dan Kebangkitan Yesus itu tidak berpengaruh apa-apa secara langsung terhadap penduduk Palestina pada waktu itu yang terdiri dari orang-orang Yahudi, orang-orang Romawi dan lain-lain. Karena dari sejarah yang saya baca jelas bahwa riwayat hidup Yesus itu tidak berpengaruh apa-apa terhadap para penyerangnya. Dan waktu saya belajar di sekolah, saya tidak mempelajari selain ayat-ayat Injil, dan telah beberapa abad yang lalu agama Kristen menghadapi perlawanan, sampai akhirnya agama Kristen menjadi kuat dan terbesar. Di situlah juga saya mempelajari sejarah Hidup Muhammad Rasulullah s.a.w., kemenangan-kemenangannya dan kepercayaan Islam yang terbesar. Akan tetapi tidak ada keterangan tentang segi-segi kejiwaan Islam.
Antara tahun 1919 dan 1921 saya bertugas di Angkatan Laut dalam kapal-kapal yang ditempatkan di perairan Turki. Hal itu telah mendorong perhatian saya terhadap Islam. Pernyataan Syahadat pokok dalam agama ini berbunyi “Laa Ilaaha Illallah, Muhammadur-Rasulullah” telah menggugah perhatian saya terhadapnya. Lalu saya membeli beberapa buah buku tentang Islam, akan tetapi kebanyakan isinya saya lihat memberatkan Islam. Sebab cara hidup khalifah-khalifah Turki dalam tiga abad terakhir dan korupsi yang dilakukan oleh kaum politisi dan para pejabat pemerintahannya telah memberikan pandangan buruk terhadap Islam. Oleh karena itu maka perhatian saya terhadap Islam mulai luntur secara berangsur-angsur. Akan tetapi keimanan saya kepada Allah tetap, hanya saja keimanan yang pasif.
Sejak setahun yang lalu, perhatian saya terhadap Islam datang lagi dan kembali pula saya membahasnya. Saya mengirim surat kepada Missi Islam, sehingga saya dikiriminya beberapa buah buku yang dikarang oleh para pengarang Muslim. Buku-buku itu menunjukkan kekeliruan-kekeliruan orang-orang Barat dalam memahami Islam, pemalsuan dan perubahan yang mereka lakukan terhadap ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Saya baca dalam buku ini tentang kebangkitan kembali kaum Muslimin sesudah mereka tidur lelap beberapa abad lamanya, tentang gerakan-gerakan pembangunan yang aktif yang menunjukkan kembalinya Islam kepada kesuciannya dahulu di bawah sinar kemajuan zaman dan ilmu pengetahuan modern yang dengan mana Islam cocok sepenuhnya.
Baru-baru ini beberapa surat kabar melaporkan pernyataan-pernyataan para filosof dan pengarang yang pokoknya mengemukakan bahwa agama-agama sekarang telah ketinggalan zaman. Saya yakin bahwa kata-kata mereka seperti itu berasal dari keraguan orang-orang Barat terhadap agama Kristen. Mereka yang –menurut pengakuannya– pengatur pembangunan (reformers) sebenarnya telah terjatuh ke jurang kesalaban yang sama seperti yang telah dilakukan oleh Martin Luther sebelumnya. Sebab Islam adalah suatu agama yang telah membuktikan segala kegairahan pembangunan, berdiri tegak dan nyata di hadapan kita.
Adalah suatu paradox, jika anda tidak pernah datang ke gereja, orang tidak ambil pusing dan tidak berkata apa-apa tentang anda. Akan tetapi jika anda menjadi seorang Muslim, maka jadilah anda dalam pandangan mereka, paling sedikitnya, seorang yang aneh (eccentric).
Singkatnya cerita, saya telah memeluk agama Islam. baik dalam teori maupun dalam praktek dan dalam segala keadaan. Hilang lenyaplah segala keraguan dan pikiran-pikiran saya yang salah, dan tenanglah pikiran saya, bahwa sesungguhnya Islam itu –tanpa ragu-ragu-adalah jalan yang lurus (the right path) Kita mohon bimbingan Allah di atasnya dan bahwa Islam akan tetap untuk selamanya merupakan jalan yang lurus.
=====================================================
Muhammad Sulaiman Takeuchi
Ethnolog Jepang
Alhamdulillah saya telah menjadi seorang Muslim. Islam telah menarik perhatian saya karena tiga hal:
Persaudaraan dalam Islam dan isinya merupakan kekuatan pertahanan.
Penyelesaian praktis tentang beberapa masalah kehidupan manusia. Dalam Islam tidak ada pemisahan antara ibadat dan kehidupan manusia dalam masyarakat. Bahkan orang-orang Islam melakukan sembahyang secara bersama-sama (berjamaah), sama seperti kalau mereka melakukan tugas-tugas kemasyarakatan, karena mengharap keridlaan Allah s.w.t.
Islam adalah kombinasi material dan spiritual dalam kehidupan manusia.
Persaudaraan Islam itu tidak mengenal golongan, suku bangsa dan keturunan. Persaudaraan Islam menghimpun semua kaum Muslimin dari seluruh pelosok dunia. Lebih dari itu, Islam tidak khusus untuk segolongan tertentu, Islam adalah agama umum untuk semua manusia dari segala bangsa; apakah mereka orang-orang Pakistan atau orang-orang India; apakah mereka orang-orang Arab atau orang-orang Afganistan; China atau Jepang. Singkatnya Islam itu agama dunia untuk semua bangsa dan semua benua. Islam menjamin dapat memecahkan segala kesulitan hidup. Islam adalah agama langit satu-satunya yang menang terhadap segala tantangan zaman dan ajaran-ajarannya tetap asli sebagaimana yang diwahyukan kepada Rasulullah s.a.w. sejak 14 abad yang lalu. Islam adalah agama fithrah (natural religion), dan karena itulah maka Islam adalah agama yang fleksibel, sesuai dengan segala kebutuhan manusia dengan segala perbedaannya pada setiap zaman, sebagaimana Islam telah membuktikan peranannya yang penting dalam perkembangan sejarah kenegaraan dan kemasyarakatan dalam waktu yang relatif singkat. Islam mengatur susunan masyarakat dalam usahanya untuk menyelamatkan kemanusiaan, sebagaimana juga Islam bukan suatu agama yang berdiri di pinggir lapangan hidup manusia. Tidak seperti agama Buddha dan Kristen yang menganjurkan supaya mengkesampingkan segala hubungan duniawi dan menjauhkan diri dari masyarakat kemanusiaan. Sebagian penganut Buddha mendirikan kelenteng-kelenteng di kaki-kaki gunung yang, tidak bisa dicapai oleh manusia, kecuali dengan susah payah. Banyak contoh dalam kehidupan keagamaan orang-orang Jepang, di mana mereka menjadikan “tuhan” itu jauh dari jangkauan manusia.
Begitu juga halnya dengan orang-orang Kristen yang mendirikan tempat-tempat bersemedi (monasteries) di tempat-tempat yang yang terpencil. Kedua agama itu memisahkan kehidupan keagamaan dari kehidupan manusia yang biasa. Sedangkan Islam kita dapatkan sebaliknya. Kaum Muslimin mendirikan mesjid-mesjid di tengah-tengah kampung atau kota, atau di pusat-pusat perdagangan kota. Agama kita (Islam) menganjurkan supaya melakukan sembahyang bersama-sama dan supaya menjaga kemaslahatan masyarakat, dengan ketentuan bahwa hal itu termasuk bagian dari agama.
Kehidupan manusia adalah campuran antara jiwa dan benda, sebab Allah s.w.t. telah menciptakan kita dari ruh dan jasad, sehingga kalau kita memang menginginkan kesempurnaan dalam hidup, kita harus mempersatukan roh dan jasad, dan tidak memisahkan kehidupan rohani dari kehidupan kebendaan. Islam menganggap kedua-duanya (kerohanian dan kebendaan) itu penting, dan meletakkan keduanya pada tempatnya yang benar. Atas dasar inilah falsafah kehidupan Islam berdiri, mencakup semua segi kehidupan manusia.
Saya adalah orang yang baru saja memeluk Islam. Sejak saya memeluknya dua tahun yang lalu, saya telah menemukan Islam sebagai agama persaudaraan atas dasar akidah (kepercayaan) dan amal.
Jepang pada waktu ini adalah suatu negara yang paling maju dalam bidang industri, dan masyarakat Jepang telah berubahnya seluruhnya, sebagai akibat revolusi teknologi dengan akibatnya yang berupa corak kehidupan yang materialistis. Dan karena negeri ini miskin dengan sumber-sumber alam, maka bangsa Jepang harus bekerja keras siang dan malam untuk menutupi kebutuhan hidupnya dan menjaga keseimbangan perdagangan dan industrinya. Itulah sebabnya, makanya kami selalu sibuk dengan usaha-usaha mencari kekayaan untuk hidup yang tidak ada pengaruhnya dalam kehidupan rohani. Seluruh perhatian kami ditumpahkan untuk memperoleh keuntungan-keuntungan duniawi, karena kami tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memikirkan soal-soal yang bukan kebendaan.
Bangsa Jepang tidak mempunyai agama dan tidak mempunyai tujuan apa-apa. Bangsa Jepang hanya mengikuti pengaruh materialisme Eropa, dan mungkin inilah yang menambah kebekuan jiwa bangsa Jepang, sebab jasmani mereka yang telah mengecap kenikmatan makanan yang lezat dan pakaian yang bagus, tidak disertai dengan jiwa yang berbahagia.
Saya yakin bahwa momentum ini adalah kesempatan yang paling baik untuk menyiarkan agama Islam di kalangan bangsa Jepang. Sebab ketidak-tahuan yang menjalar di belakang benda duniawi telah menyebabkan bangsa-bangsa yang menyebut dirinya maju itu telah menjadi mangsa atau korban kekosongan jiwa. Dan Islam adalah satu-satunya agama yang sanggup mengisi kekosongan jiwa mereka, dan kalau langkah-langkah yang teratur dilakukan untuk dakwah Islam di Jepang sekarang, maka tidak akan lebih dari dua atau tiga turunan, seluruh bangsa ini telah masuk dalam agama ini. Saya menegaskan bahwa usaha serupa itu akan merupakan pertolongan yang besar buat Islam di Timur jauh, sekaligus merupakan nikmat terbesar bagi kemanusiaan di bagian dunia ini.
===================================================
S. A. Board (Amerika Serikat)
Pada tahun 1920, ketika saya sedang ada dalam sebuah kantor dari salah seorang dokter, saya melihat sebuah Majalah “African Times and Orient Review” yang terbit di London. Di dalamnya terdapat sebuah artikel tentang Islam, dimana terdapat sebuah keterangan yang telah menarik perhatian saya dan saya tidak akan pernah melupakannya, karena memang sudah menjadi sebagian dari diri saya sendiri. Keterangan itu berbunyi: Laa Ilaaha illallah, bahwa di seluruh alam raya ini hanya ada satu Tuhan. Ini adalah satu milik yang tidak ternilai harganya; satu kepercayaan yang tertanam dalam dada setiap orang Islam.
Segeralah sesudah itu saya menjadi seorang Muslim, dan saya telah memilih nama Shalahuddin. Saya yakin bahwa Islam adalah agama yang benar, karena. Islam tidak mempersekutukan Allah, dan Islam mengajarkan kepada kita bahwa manusia itu sendiri bertanggungjawab atas segala dosanya, sehingga seseorang itu tidak menanggung dosa orang lain. Islam juga sesuai dengan fithrah (nature) yang menunjukkan kepada kita bahwa tidak mungkin ada dua penanggung jawab atas satu perbuatan, apakah perbuatan itu pada ladang, padang rumput, kota, pemerintahan, ummat/bangsa atau dunia seluruhnya. Kenyataan lain yang meyakinkan saya atas benarnya Risalah Islam, ialah bahwa Islam telah membangunkan bangsa Arab dan mengeluarkannya dari kegelapan padang pasir, menjadi satu bangsa yang tegak kuat, sehingga mereka menjadi penjelajah dunia dengan bangunan Kerajaan baru dan mengumandangkan nyanyian cinta dan kemenangan di lembah Andalusia. Pada waktu kaum Muslimin datang di Spanyol, negeri ini masih merupakan “hutan belantara”, kemudian mereka mengubahnya menjadi “kebun mawar” yang indah. Saya mengucap puji dan syukur ke hadirat Allah s.w.t. yang telah menunjukkan kebenaran melalu tulisan orang seperti John W. Draper yang dalam “The Intelectual Development of Europe”nya telah menunjukkan kepada dunia tentang peranan Islam yang besar dalam membangun kebudayaan modern. Dia telah menyingkapkan ta’bir pemalsuan yang dilakukan oleh para penulis sejarah Kristen untuk menutupi jasa Islam terhadap kemajuan Eropa.
Berikut ini tulisannya teniang keadaan orang-orang Eropa pada abad-abad pertengahan yang ditemui oleh kaum Muslimin:
“Dari barbarismenya orang-orang Eropa yang hampir tidak seorangpun bisa disebut telah meningkat maju dari tingkat biadab, badan mereka kotor, akal mereka dungu, tempat tinggal mereka berupa dangau dengan lantai beralaskan rumput dan berdinding jerami. Makanan mereka terdiri dari sayur-sayuran, kacang-kacangan, pucuk-pucuk daun dan bahkan umbi-umbian. Badan mereka berbalut kulit binatang tanpa disamak dan selendang buruk/tua, yang jauh dari terpeliharanya kehormatan pribadi.”
Eropa banyak berhutang budi kepada Arab Muslim mengenai kebahagiaan pribadi. Kebersihan secara Islam, dan kaum Muslimin tidak bisa mengenakan apa yang digunakan sebagai selendang oleh orang-orang Eropa waktu itu, selembar kulit binatang yang tetap melindungi dirmya sampai tua, kumal dan berkoyak-koyak, tidak sedap dipandang mata, berbau busuk dan penuh kutu-kutu. Bangsa Arab yang telah mampu menerangi jalan hidup ummat manusia dan melepaskan mereka dari keputus-asaan serta kegelapan dan khurafat, dan yang telah menyebabkan keturunan mereka menjadi pemimpin ummat manusia dan berkedudukan tinggi di dunia. Itulah orang-orang Arab. Allah mesti bersama mereka. Kehendak Allah s.w.t. mengubah wajah sejarah dunia dengan jalan mengutus Muhanumad s.a.w. dan menurunkan Al-Qur’an. Tanpa semua itu tidak mungkin ilmu pengetahuan modern dapat menemukan cahaya kemajuan.
======================================================
B. Davis (Inggris)
Saya lahir pada tahun 1931. Sesudah saya berumur 6 tahun, saya memasuki sekolah lokal untuk selama 7 tahun, kemudian saya masuk sekolah lanjutan. Saya tumbuh sebagai seorang Methodist, kemudian menjadi seorang Anglican, dan akhimya menjadi seorang Anglo Catholic.
Dalam semua perjalanan hidup keagamaan ini, saya merasa bahwa agama itu terpisah dari kehidupan biasa, seakan-akan agama itu hanya semacam pakaian yang hanya dikenakan pada setiap hari Minggu. Dan saya perhatikan banyak orang yang melepaskan diri dari ke-Kristenan, terutama angkatan mudanya, sehingga nampak dengan jelas bahwa agama Kristen tidak berdaya mengatasi krisis masyarakat sekarang. Lalu Kristen berusaha menarik para pengikutnya dengan setanggi yang berminyak wangi, cahaya-cahaya lampu yang gemerlapan, pakaian-pakaian para pendeta yang berwarna-warni dan jubah-jubah panjang dan lain-lain cara Romanisme, tanpa berusaha mengikut sertakan dirinya pada apa yang sedang berlangsung di luar Gereja. Semua itu telah cukup menyebabkan saya keluar dari agama Kristen dan menjadi seorang Komunis dan Facist.
Dalam komunisme saya berusaha mengetahui. Kebaikan-kebaikan masyarakat tanpa klas. Akan tetapi cerita-cerita yang terus menerus dari orang-orang yang melarikan diri dari “demokrasi baru” telah menyebabkan saya tahu bahwa komunisme itu alat Rusia untuk mencapai tujuannya menguasai dunia. Kemudian saya memalingkan muka ke arah yang berlawanan, yakni fascisme. Doktrin fascisme memberikan janji segala-galanya untuk manusia. Di bawah naungan fascisme saya berusaha untuk memenuhi jiwa saya dengan kebencian terhadap semua orang yang berlainan ras dan warna kulitnya. Dalam tempo beberapa bulan saja saya sebagai penyokong Musolini, saya teringat kepada perang dunia ke-2 dengan segala kejadiannya yang berupa siksaan-siksaan yang dilakukan oleh orang-orang Nazi. Lalu saya berusaha untuk melupakan saja pikiran ini. Kenyataannya, selama saya menjadi orang fascist, saya selalu tidak merasa ada ketenangan dalam hati kecil saya, akan tetapi saya tetap mengkhayalkan bahwa hanya dengan fascisme-lah segala kesulitan bisa diatasi.
Pada waktu hal itu menjadi puncak pikiran saya, tiba-tiba saya melihat majalah “Islamic Review” di sebuah lorong buku. Saya tidak tahu apa yang menyebabkan saya mau membayar 2 Shilling dan 6 pence untuk membayar satu majalah yang membahas satu kepercayaan yang dikatakan oleh orang-orang Kristen, orang-orang Komunis dan orang-orang fascist sebagai kepercayaan yang tanggung dan hanya dianut oleh orang-orang perampok dan bandit-bandit. Tapi bagamanapun juga saya telah membeli dan membacanya, kemudian saya membacanya berulang-ulang. Hasilnya ialah bahwa ternyata Islam itu meliputi segala apa yang saya anggap baik dalam Kristen, dalam komunisme dan lain-lain, bahkan melebihi semuanya.
Waktu itu juga saya telah menjadi langganan majalah itu untuk setahun, dan hanya dalam beberapa bulan saja saya telah menjadi seorang Muslim. Saya merasakan adanya kebahagiaan yang meliputi jiwa saya; sejak saya beroleh petunjuk-petunjuk dari kepercayaan yang baru ini dan saya bercita-cita ingin belajar bahasa Arab nanti bilamana saya mampu. Saya sekarang sedang belajar bahasa-bahasa Latin, Perancis dan Spanyol.
========================================================
Thomas Muhammad Clayton (Amerika Serikat)
Matahari telah melintasi garis tengah bumi, ketika kami berjalan melalui jalan tanah dalam udara yang panas, kami mendengar suara nyaring dengan gaya lagu yang bagus monoton memenuhi angkasa di sekitar kami. Kami melintasi satu daerah yang penuh pohon-pohonan, ketika tiba-tiba kami melihat suatu pemandangan yang mengherankan yang hampir mata kami tidak mempercayainya. Seorang Arab yang buta, mengenakan pakaian yang bersih berserban putih, berdiri di atas menara kayu yang nampak baru, seakan-akan dia menghadapkan suaranya ke langit. Tanpa kami sadari, kami terduduk, seakan-akan langgam suaranya itu secara hipnotis telah menyihir kami. Adapun kata-katanya yang sedikitpun tidak kami mengerti ialah: ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR !!! LAA ILAAHA ILLALLAH !!!
Segala sesuatu di sekitar kami tenang, tidak ada yang memperdulikan pandangan kami. Akan tetapi sesudah suara itu berakhir, kami melihat banyak orang berdatangan dan berkumpul terdiri dari berbagai tingkat usia dan berbagai macam pakaian, dan jelas kelihatan bahwa mereka terdiri dari berbagai macam tingkat sosial. Mereka berbondong-bondong dengan sikap tenang dan khusyuk, lalu mereka menggelar tikar. Orang banyak berdatangan ke tempat itu, sehingga kami menjadi bertanya-tanya kapankan selesainya pertemuan ini?
Mereka pada membuka sandal dan duduk berjejer dalam barisan-barisan yang panjang, yang satu di belakang yang lain. Tidak habis-habisnya keheranan kami dan tetap diam membisu, karena tidak ada sesuatu tanda tentang tujuan pertemuan ini, yang banyak menghimpun banyak orang kulit putih, kulit kuning dan kulit hitam, orang-orang fakir miskin, orang-orang kaya, peminta-minta dan pedagang; yang satu duduk berdampingan dengan yang lain, tanpa membeda-bedakan unsur kemanusiaan atau kedudukan sosial. Tanpa kami perhatikan bahwa seseorang di antara yang berkumpul ini mengangkat matanya di atas orang banyak yang ada di mukanya.
Jiwa persaudaraan yang meliputi pertemuan orang dengan segala perbedaannya ini telah meninggalkan kesan yang tidak mungkin terhapus dari jiwa kami. Dan sekarang, setelah lewat kurang lebih tiga tahun sejak peristiwa itu yang dua tahun di antaranya saya telah menjadi seqrang Muslim, saya tidak habis-habisnya menemukan jiwa saya terbangun dari tidur di tengah malam untuk mendengar lagi suara dan seruan yang indah dan menarik itu, dan selalu saya melihat pertemuan orang banyak yang nampak semua berwajah utama menghadap dengan sepenuh hati mereka yang dalam kepada Tuhan Al-Khalik.
===================================================
J.W. Lovegrove (Inggris)
Dalam tulisan yang pendek ini, saya dengan kerendahan hati berusaha untuk menjawab beberapa pertanyaan yang saya terima dari berbagai pihak tentang mengapa saya memeluk agama Islam. Saya tidak memandang dalam posisi sebagai pembela agama ini, akan tetapi agama ini sendiri mempunyai keistimewaan-keistimewaan, yakni agama ini kekal sepanjang sejarah dan ajaran-ajaran yang diberikannya kepada dunia adalah merupakan satu kepribadian dalam sejarah.
Sepengetahuan saya, agama-agama yang lain sedikit sekali ajaran-ajarannya yang asli, karena yang sampai kepada kita hanya cerita-cerita yang mengandung sedikit dasar-dasar moral yang merupakan pokok-pokok yang memang tidak bisa dikesampingkan. Sedangkan sejarah hidup guru-gurunya sendiri tetap tertutup kabut rahasia, suatu hal yang tidak akan menolong kita dapat membaca ajaran-ajaran mereka sendiri dalam bentuk perbuatan-perbuatan mereka yang nyata.
Adapun agama Islam sepenuhnya bertentangan dengan semua itu. Seorangpun tidak akan bisa meragukan keaslian ajaran-ajarannya yang tersiar dari sumbernya yang asli. Kitab Suci Islam, Al-Qur’an yang sekarang ini sama seperti yang diturunkan kepada Rasulullah s.a.w. Dan Sunnah Rasul yang berupa perbuatan dan ucapan, yang merupakan penjelasan Al-Qur’an dan tafsir hukum-hukumnya telah sampai kepada kita semurni keadaannya dahulu. Saya telah menemukan di dalamnya obat pelipur jiwa yang tidak pemah saya temukan dalam ajaran-ajaran agama lain. Saya menginginkan agama yang mudah, praktis dan bebas dari segala dogma yang tidak bisa saya terima tanpa membunuh akal saya.
Sesungguhnya melakukan kewajiban terhadap Tuhan dan tetangga adalah merupakan objek pokok dalam setiap sistem agama apapun. Akan tetapi hanya Islam sajalah yang telah menempatkan ajaran-ajaran dasar itu dalam bentuk yang praktis. Kita membutuhkan dasar-dasar ajaran dan contoh-contoh yang baik untuk menghadapi soal-soal duniawi yang terdiri dari bermacam-macam kebutuhan yang terus menerus dan soal-soal yang baru muncul. Kita juga memerlukan bimbingan ke jalan hidup yang lurus menghadapi segala tantangan hidup. Semua itu saya temukan dalam Islam.
===============================================
T.H. McBarkli (Irlandia)
Saya hidup dalam lingkungan para penganut aliran Protestan, dan sejak kecil saya merasa tidak puas dengan ajaran-ajaran ke-Kristenan. Maka sesudah saya masuk universitas, keraguan saya itu menjadi kenyataan, sebab agama Kristen –seperti yang saya lihat– sedikit sekali artinya, atau bahkan bukan apa-apa buat saya. Dalam keputusasaan saya untuk menemukan kepercayaan yang mengandung segala nilai yang saya cita-citakan, saya telah mencoba memberi kepuasan kepada jiwa saya dengan cara menggambarkan suatu kepercayaan yang tidak begitu jelas memancar dari dalam jiwa saya.
Pada suatu hari saya mendapat sebuah buku yang berjudul ‘Islam and Civilization.’ Belum selesai saya membaca buku itu, sudah ternyata bagi saya bahwa aliran yang ditunjukkan oleh buku itu hampir semuanya mengandung apa yang telah saya khayalkan mengenai kepercayaan.
Toleransi Islam bertentangan dengan fanatisme aliran-aliran Kristen, ilmu pengetahuan dan kemajuan negeri-negeri Islam pada abad pertengahan berlawanan dengan kebodohan dan khurafat yang merajai negeri-negeri lain pada waktu yang sama, dan teori logis dari Islam mengenai pembalasan atau hukuman terhadap segala amal perbuatan manusia merupakan tantangan terhadap teori penebusan dosa manusia yang diajarkan oleh Kristen. Semua itu merupakan soal-soal yang meyakinkan saya.
Akhirnya saya yakin atas kebenaran ajaran Islam yang luas meliputi seluruh alam kemanusiaan, untuk yang kaya dan yang miskin secara sama rata, bisa dan mampu melenyapkan segala rintangan yang ada antara segala aliran dan warna kulit.
==============================================
Devil Warrington Fry (Australia)
Islam telah masuk ke dalam jiwa saya seperti cemerlangnya musim semi yang telah memecah kegelapan musim dingin. Islam telah menghangatkan jiwa saya dan telah menutupi badan saya dengan ajaran-ajarannya yang indah cemerlang. Alangkah jelas dan segarnya ajaran-ajaran Islam itu, dan alangkah logisnya kalimat “Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah.”
Mungkinkah ada yang lebih tinggi dan lebih bersih dan suci dari itu? Nonsens dengan ajaran kepercayaan: “Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Ruhul-Kudus” yang telah merajai hati orang, tapi tidak bisa diterima oleh akal yang sehat.
Islam cocok sepenuhnya dengan jiwa abad modem dan bisa dipraktekkan di dunia sekarang. Ambillah saja misalnya ajaran “persamaan antara manusia” yang merupakan ajaran yang digembar-gemborkan oleh gereja-gereja Kristen sendiri. Akan tetapi teori ini tidak ada dalam praktek mereka. Sebab Paus, para archbishop, bishop dan lain-lain selalu berusaha untuk memusatkan segala kekuasaan mereka dengan mengatas-namakan Tuhan.
Alangkah bedanya hai itu dengan Islam dengan ajaran-ajarannya yang benar yang diwahyukan Allah s.w.t. kepada Muhammad s.a.w.:
Hai sekalian orang yang beriman! Nafkahkanlah sebagian yang baik dari yang kamu usahakan dan dari yang Aku tumbuhkan buat kamu di bumi. Dan janganlah kamu memilih dari padanya yang buruk untuk kamu nafkahkan, pada hal kamu sendiri tidak akan mau menerimanya kecuali dengan memicingkan mata terhadapnya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah itu Maha Kaya dan Maha Terpuji. — Al-Baqarah 267.
==============================================
Farouk B. Karai (Zanzibar)
Saya memeluk agama Islam sebagai buah dorongan jiwa saya sendiri dan karena besarnya kecintaan dan penghargaan saya kepada Rasul Islam Muhammad s.a.w. Hati saya telah dicengkeram oleh perasaan-perasaan itu sejak lama secara spontan. Tambahan lagi, saya tinggal di Zanzibar, di mana banyak sahabat-sahabat saya yang beragama Islam telah memberi kesempatan kepada saya untuk mempelajari dan mengerti Islam secukupnya. Maka secara diam-diam saya telah membaca sebahagian tulisan tentang Islam, karena takut ketahuan oleh keluarga saya. Pada bulan Desember 1940 saya telah menemukan diri saya telah siap menghadapi dunia, lalu saya umumkan ke-Islaman saya. Sejak waktu itu mulailah terjadi pemboikotan dan tentangan dari pihak keluarga maupun orang lain dalam masyarakat Persi yang sebelumnya memang saya tergolong dari padanya. Lama sekali kisah kesulitan-kesulitan yang harus saya lalui. Keluarga saya dengan keras menentang saya memeluk agama Islam, dan mereka telah mempergunakan berbagai cara yang dikiranya dapat menyulitkan saya.
Akan tetapi sejak cahaya iman tumbuh dalam jiwa saya, tidak ada satupun kekuatan yang mampu menghalangi saya untuk menempuh agama yang halus yang telah saya pilih, yakni jalan iman kepada Allah yang Satu dan kepada Rasul-Nya, Muhammad s.a.w. Saya tegak keras bagaikan batu-batu Gibraltar menghadapi segala musibah dan kesulitan yang disebabkan oleh famili saya berulang kali. Ke-Imanan saya kepada Allah, kepada kebijaksanaanNya dan kepada takdir-Nya telah memantapkan langkah-langkah saya menerobos segala kesulitan itu.
Saya telah mempelajari tafsir Al-Qur’an dalam bahasa Gujarti yang telah banyak menolong saya, dan saya dapat mengatakan tanpa satu ketakutanpun bahwa tidak ada satupun Kitab dari agama lain yang dapat menandinginya. Al-Qur’an adalah satu-satunya Kitab Suci yang sempurna.
Ajaran-ajarannya mudah dan menyerukan kecintaan, persaudaraan, persamaan dan kemanusiaan. Sungguh Al-Qur’an itu suatu Kitab Suci yang mengagumkan, dan mengikuti ajaran-ajarannya merupakan jaminan kejayaan kaum Muslilmin untuk selama-lamanya.
=============================================
Mu’min Abdurrazzaque Selliah (Srilangka)
Pernah pada satu waktu saya memandang agama Islam sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, dan saya tidak punya sahabat dari kalangan kaum Muslimin seorangpun, bahkan saya tidak berusaha untuk berhubungan dengan mereka, karena saya tidak senang kepada agama mereka. Pernah sedikit saya memimpikan bahwa membaca buku-buku tentang Islam akan menjadikan diri saya orang yang lain. Mulailah saya merasa mencintai Islam, ketika ternyata bahwa jalan hidup ke-Islaman itu lurus dan tidak samar-samar. Islam adalah agama kebersihan dan mudah. Di samping itu saya menemukan dalam Islam banyak ajaran yang cermat dan mendalam, suatu hal yang telah menyebabkan saya merasa dengan cepat dekat kepada Islam.
Kitab Suci Al-Qur’an telah saya baca sedikit-sedikit, ternyata telah mengagumkan saya. Di waktu yang lalu, saya berpendapat bahwa tidak ada sesuatu yang menandingi Bible. Sekarang ternyata bahwa perkiraan saya itu salah besar. Sungguh Al-Qur’an itu penuh dengan kebenaran, ajaran-ajarannya praktis dan bebas dari segala dogma dan ajaran-ajaran yang samar-samar. Karena itulah, maka setiap hari berlalu telah semakin mendekatkan saya kepada agama “aman dan cinta”, yakni agama Islam, tentunya.
Persaudaraan Islampun tidak terlepas dari catatan, kekaguman dan kesadaran saya. Jika orang ingin melihat pelaksanaan yang nyata tentang ajaran “Sukailah untuk saudaramu apa yang kau sukai untuk dirimu sendiri”, dia akan hanya menemukannya dalam “persaudaraan Islam”, yang merupakan persatuan yang terbesar dan sungguh-sungguh yang pernah ada di dunia.
Apa yang telah menarik saya selanjutnya dalam Islam, ialah bahwa Islam itu tidak dogmatis. Islam adalah ideal dan praktis, rasional dan modern. Konsepsi Islam tentang Satu Tuhan dan segi-segi kerohaniannya juga ideal.
Dengan demikian, maka Islam adalah satu-satunya agama yang baik buat manusia seluruhnya; praktis dalam teori dan kepercayaannya, rasional dan maju seperti majunya kehidupan manusia.
=================================================
Abdullah Uemura (Jepang)
Dalam soal iman, Islam meletakkan titik berat pada ke-Esaan Allah s.w.t., kebangkitan dari alam kubur, kehidupan di akhirat dan perhitungan amal atau hisab, disamping segala sesuatu yang penting atau berguna untuk kemaslahatan hidup. Boleh dikatakan bahwa kebiasaan dan ketekunan dalam mencari keridlaan Allah s.w.t. itu dalam kenyataannya merupakan inti dari pada ajaran-ajaran Islam. Dan dalam pencarian saya akan kebenaran, ternyata saya menemukannya dalam Islam.
Agama Kristen, atau lebih tegas Injil-Injilnya yang kita dapati sekarang itu tidak lagi sebersih pada waktu diturunkannya dari Allah s.w.t. Dia telah mengalami perubahan berkali-kali. Dengan demikian, maka tidaklah mungkin bisa dikatakan bahwa agama Kristen itu masih asli. Sedangkan Al-Qur’anul-Karim diturunkan dari Allah s.w.t. dan selalu tetap seperti keadaannya semula, tanpa penggantian atau perubahan sedikitpun. Agama Kristen yang sampai kepada kita, tidak lagi dalam bentuk yang diturunkan dari Allah s.w.t. Dia hanya terdiri dari beberapa kalimat fatwa Jesus Kristus dan biografmya, dan kedudukan Kristus itu dalam agama Kristen sama seperti kedudukan Hadits dalam agama Islam. Dengan demikian, maka apa yang diwahyukan Allah dalam agama Kristen itu tidak langsung sampai kepada kita seperti halnya dalam agama Islam.
Yang paling kacau dalam agama Kristen ialah ajaran Trinitas yang wajib diimani tanpa dapat dimengerti permasalahannya, karena tidak ada tafsirannya yang bisa diterima oleh akal pikiran. Disamping itu ada yang paling mengejutkan, yaitu bahwa pembebasan orang-orang yang berdosa itu ialah kematian yang abadi yang didalamnya termasuk orang-orang yang bukan Kristen, karena mereka itu dalam pandangan Kristen adalah orang-orang yang berdosa, karena mereka tidak percaya kepada ajaran-ajaran Kristen. Dan kalau orang-orang yang berdosa itu yakin atas abadinya kematian mereka, tentulah reaksi alaminya mereka akan tergelimang dalam segala keburukan dan kesenangan sekedar untuk memuaskan hawa nafsu mereka sebelum sampainya ajal, sebab kematian itu dalam pandangan mereka adalah penghabisan untuk selama-lamanya.
Agama Buddha Mahayana Jepang adalah campuran antara agama Buddha Ortodox dan agama Buddha primitif. Buddha Mahayana serupa dengan Brahmana, dan ajaran-ajarannya jelas menunjukkan keingkarannya kepada Tuhan, karena Buddha tidak mengakui jiwa abadi atau Tuhan. Sedangkan agama Brahmans, walaupun dalam hal keingkarannya kepada Tuhan sudah jelas, tapi para pengikutnya tidak tahu hakikat Brahma yang sebenarnya. Mereka berusaha untuk meletakkannya dalam pengertian philosofis, dan dalam usahanya ini serta dalam penyelidikan mereka tentang hakikat kebenaran melalui penglihatan dan pendengaran, mereka tetap lebih suka menyembah makhluk ciptaan Tuhan, dari pada menyembah Tuhan itu sendiri. Hanya Islam-lah satu-satunya agama yang menunjuki kita kepada Allah s.w.t., Tuhan Yang Hidup, Yang Memiliki segala urusan dan segala kekuasaan, yang bersih dari kebutuhan akan tempat, Yang tidak Melahirkan tidak dilahirkan, Yang memiliki Kerajaan di langit tujuh dan di bumi, Yang semua makhluk hanya tunduk kepada-Nya, hanya kepada-Nya semua makhluk pada takut, dan hanya kepada-Nyalah semua makhluk tunduk dan menyerah.
Agama Shinto7 di Jepang kekurangan nilai keutamaan, karena Shintoisme itu tidak mementingkan akhlak atau moral secara khusus. Dalam Shintoisme, tuhan itu banyak, persis agama berhala yang membolehkan penyembahan beberapa patung berhala.
Islamlah satu-satunya jawaban terhadap jeritan jiwa yang mencari jalan hidup yang rasional dan kebenaran.
Catatan kaki:
7 Agama Shinto tersiar di Jepang sampai tahun 1945. Sesudah itu padam.
=========================================================
Ibrahim Voo (Malaysia)
Sebelum saya memeluk agama Islam, saya adalah penganut Katolik Roma. Tapi berbarengan dengan ketidak yakinan saya atas kepercayaan Trinitas, Hidangan Ketuhanan Suci (Holly Communion), ke-Rahiban dan lain-lain, saya tidak kehilangan iman kepada Allah, dan tidak ada seorang Pendeta Katolikpun yang mampu meyakinkan saya tentang semua kepercayaan itu secara rasional. Satu-satunya jawaban mereka ialah: “Itu semua adalah rahasia dan akan tetap rahasia. Yesus itu penutup para Nabi, sedangkan Muhammad hanyalah seorang Dajjal.” Na’udzu-billah!!
Keimanan saya kepada agama Katolik telah merosot, sampai akhirnya saya bergaul dengan banyak orang Islam Malaya. Saya telah berbicara dengan mereka tentang agama, dan sewaktu-waktu perdebatan kami menjadi hangat. Secara berangsur-angsur saya menjadi yakin bahwa Islam adalah agama yang rasional, dan Islam sepengetahuan saya adalah benar. Beribadat dalam ajaran Islam hanya kepada Allah, tidak kepada yang lain, sehingga dalam mesjid itu tidak terdapat gambar, patung atau lain-lain. Sembahyang dalam mesjid atau-di mana saja itulah yang telah merebut perhatian saya.
==================================================
Mahmud Gunnar Erikson (Sweden)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam bagi Rasul-Nya yang mulia. Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah satu-satunya, tanpa sekutu, dan Saya bersaksi bahwa Muhammad itu hamba-Nya dan Utusan-Nya.
Hubungan saya dengan Islam untuk pertama kali dimulai sejak lima tahun yang lalu. Seorang sahabat baik saya telah membacakan Kitab Suci Al-Qur’an karena beberapa alasan. Saya tidak akan melupakan Kitab Suci ini yang oleh sahabat saya telah diberitahukan sebahagian isinya. Kemudian saya berusaha untuk mendapatkan terjemahannya dalam bahasa Swedia. Saya telah berhasil mendapatkannya lebih dahulu dari sahabat .saya itu, dan mulailah saya membacanya. Dan karena saya mendapatkannya sebagai pinjaman dari sebuah perpustakaan umum, maka saya tidak dapat memegangnya lebih dari dua minggu. Karena itulah maka saya terpaksa meminjamnya kembali berulang-ulang, dan setiap kali saya membacanya, bentambahlah keyakinan saya bahwa isi Al-Qur’an itu benar, sampai pada suatu hari bulan Nopember tahun 1950 saya memutuskan untuk memeluk agama Islam.
Satu atau dua tahun telah berlalu dalam keadaan saya sebagai penganut Islam, tapi tidak lebih dari itu. Sampai pada suatu hari saya datang ke perpustakaan umum pusat di Stockholm. Saya teringat kembali bahwa saya seorang Muslim. Lalu saya berusaha mencari perpustakaan yang menyimpan buku-buku tentang agama Muhammad s.a.w. Saya bergembira ketika saya mendapatkan satu di antaranya, lalu saya meminjamnya sebentar dan saya membacanya dengan penuh perhatian bersama terjemahan Al-Qur’an dari Muhammad Ali. Sekarang saya menjadi lebih yakin tentang kebenaran Islam, dan sejak itulah saya mulai melaksanakannya dalam praktek.
Kemudian dalam satu kesempatan, saya menggabungkan diri dengan Jema’ah Islam Swedia, dan saya melakukan Sembahyang ‘Id untuk pertama kalinya di Stockholm pada tahun 1952. Inilah posisi saya ketika saya pergi ke Inggris, tepat beberapa minggu sebelum hari ‘Idul-Fithry tahun 1372 H. Pada liari pertama saya sampai di sana, saya pergi ke Mesjid Woking, di mana saya dianjurkan supaya mengumumkan ke-Islaman saya pada hari raya ‘Id. Dan hal itu telah saya laksanakan.
Sesungguhnya apa yang mengagumkan saya dalam Islam dan tidak habis-habisnya mengagumkan saya, ialah ajarannya yang rasional. Islam tidak akan minta kepada anda supaya mempercayai sesuatu sebelum anda mengerti dan mengetahui sebab-sebabnya. Al-Qur’an telah memberikan contoh-contoh kepada kita mengenai adanya Allah secara tidak berlebih dan memang tidak bisa dilebih-lebihkan.
Segi lainnya dalam Islam yang mengagumkan saya, ialah sifatya yang menyeluruh meliputi segala pelosok dunia dan segala bangsa. Al-Qur’an tidak menyebut Allah itu sebagai Tuhannya bangsa Arab atau bangsa lain tertentu. Tidak! Bahkan tidak juga Islam menyebutkan Allah sebagai Tuhan dunia ini, akan tetapi Tuhannya seluruh alam (Rabbul-’alamin). Sedangkan Kitab Suci yang lain menyebutnya sebagai “Tuhan Bani Israil” dan sebagainya. Lebih dari itu, malah Islam memerintahkan supaya kita beriman kepada semua Rasul, baik yang tertulis dalam Al-Qur’an maupun yang tidak.
Akhirnya saya telah menemukan dalam kitab-kitab wahyu yang terdahulu beberapa keterangan yang banyak sekali tanpa keraguan tentang akan diutusnya Muhammad s.a.w. Dalam hal ini, Al-Qur’an menyatakan:
Hari ini telah Aku sempurnakan agama kamu, dan Aku sempurnakan nikmat-Ku buat kamu, dan Aku rela Islam sebagai agama kamu. — Al-Maaidah 3.
Dan:
Sesungguhnya agama yang diridlai Allah ialah Islam –. Ali Imran 19.
=========================================================
Penutup
Islam adalah petunjuk Allah kepada alam kemanusiaan. Islam bukan hanya untuk satu golongan atau bangsa tertentu, bukan pula hanya untuk satu negeri tertentu. Semua Nabi Tuhan pada setiap zaman telah mendakwahkan Islam, dan yang terakhir dan tersempurna ialah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad bangsa Arab. Beliau telah memenuhi amanat yang dibebankan atas pundaknya dengan cara yang sebaik-baiknya, dan beliau telah menbina kebudayaan atas dasar ajaran Islam. Bangsa Arab adalah pemikul amanat pertama dari agama ini, sehingga berkat keutamaan Islam mereka telah dapat. keluar dari keadaan yang terlupakan untuk kemudian menjadi satu kekuatan dunia yang harus diperhitungkan olelh manusia seluruhnya.
Agama ini muncul di jazirah Arabia, kemudian menyebar ke negara-negara dan bangsa-bangsa lain. Sesudah bangsa Arab mengkesampingkan kewajibannya terhadap Tuhan Al-Khalik, tampillah bangsa-bangsa lain memikul bendera Islam. Bangsa-bangsa Mesir, Spanyol, Seljuk, Kurdi. Barbar, Turki, India, Monggol dan lain-lain telah masuk Islam dan telah memikul bendera perjuangan Islam serta menjalankan dakwahnya. Semua bangsa-bangsa itu terangkat namanya, sebabnya ialah karena Islam itu bukan agama yang khusus untuk sesuatu bangsa, tetapi agama manusia seutuhnya.
Barangsiapa yang mengerti, bangsa mana saja, baik dari Timur maupun dari Barat, pasti akan memeluk Islam dan menjadi tangan kekuatan Islam dalam merintis kebangunan dunia abad ke-20 ini.
Marilah angkatan baru,
umumkan perjuangan untuk kebenaran,
tegakkan bendera kepercayaan yang tak terkalahkan,
bangunlah jembatan penghubung dunia,
yang dipisahkan oleh kedengkian.
Dan majulah terus …
Bismillaahir Rahmaanir Rohim
Masih banyak kalangan masyarakat yang belum memahami benar akan letak dari hakekat kebenaran Islam dan akan hikmah-hikmah ajarannya yang cocok dan serasi dengan fitrah manusia, seolah-olah terdapat tabir tebal dimukanya dalam memandangi ajaran Islam. Bahkan tidak sedikit orang-orang Islam sendiri terdapat di antara mereka yang tertutup tabir kegelapan itu.
Apabila orang Islam yang menemukan dan mengemukakan hakekat kebenaran ajaran Islam dan keserasiannya dalam mengatur kehidupan manusia pribadi dan masyarakat, maka hal itu sudah sewajarnya akan tetapi mungkin juga dinilainya terlalu subjektip dan memihak karena mereka dianggap intern Islam yang selalu memuji agamanya sendiri. Sebaliknya apabila penilaian terhadap Islam itu dilakukan dan dinyatakan oleh orang-orang di luar Islam atau oleh orang-orang yang karena keinginannya mencari kebenaran dan melakukan penyelidikan akan ajaran Islam lalu menemui keindahan dan kebenaran ajaran Isalm, maka sungguh pengakuan dan hasil penemuannya itu sulit dnngkari kebenaran dan kejujurannya serta patut dihargai pendapat-pendapatnya yang jujur dan ikhlas itu untuk dijadikan bahan berharga terutama bagi cerdik pandai dalam mencari kebenaran bagi pedoman tata kehidupannya.
Tulisan-tulisan pengakuan dan ungkapan para sarjana dan cerdik pandai dari segala kalangan, bangsa dan agama yang dikumpulkan ke dalam Buku terbitan Rabithah Alam Islamy Mekkah Mukarromah dengan judul aslinya “Islam is Our Choice” dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan judul “Limadzaa Aslamnaa” sangatlah menarik perhatian Dewan Pusat Organisasi Islam Internasional (OII) dan kiranya sangat berfaedah apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia untuk dapatnya menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan bangsa Indonesia, dengan harapan dan kepercayaan semoga mereka memperoleh Hidayah dan Taufiq Allah Subhanahu Wa Ta’alaa, hingga menjadi manusia yang taat dan sadar akan kebenaran dan kemuliaan ajaran Islam dan akan memperjuangkannya menjadi tatanan hidup ummat manusia.
Kepada Sdr. HT Bachtiar Affandie yang dengan ikhlas memenuhi permintaan kami untuk menterjemahkan buku tersebut dan kepada Direksi P.T. Al Ma’arif Bandung yang bersedia membantu pencetakan buku ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya dengan iringan do’a semoga amal baik mereka selalu mendapat limpahan pahala dan anugerah dari Tuhan Allah Robul Alamin.
Jakarta 28 Romadhon 1396 H., 22 September 1976 M.
Dewan Pusat Organisasi Islam Internasional, Ketua, H.A. Sjaichu
==============================================================
Kata Pengantar
Al-Ustadh Ibrahim Ahmad Bawani
Orang tidak perlu memiliki kecerdasan yang luar biasa untuk mengetahui bahwa dunia luar Islam, pada waktu ini telah lebih maju dari dunia Islam, karena mereka telah bekerja lebih bersemangat dan lebih efisien dari pada dunia Islam. Mereka telah mampu menggali sumber-sumber kekayaan alam dan menggunakannya dalam memenuhi kebutuhan ummat manusia, dengan cara yang tidak pernah dimimpikan oleh orang-orang yang terdahulu. Merekapun telah pula dapat memberantas sebagian besar dari tiga kelompok “musuh”, yaitu kemiskinan, penyakit dan kebodohan. Mereka telah dapat mencapai puncak kehidupan dengan langkah-langkah yang menggetarkan.
Akan tetapi, apakah kemajuan dunia modern sekarang ini mampu menempatkan manusia di atas jalan kehidupan yang sempurna? Dan apakah dunia modern telah berhasil menolong ummat manusia untuk dapat mencapai tujuan hidupnya yang sebenarnya? Apakah dunia modern telah berhasil mendatangkan kesejahteraan dan kebahagiaan yang telah lama didambakan oleh hati nurani ummat manusia dari abad ke abad? Apakah dunia modern mampu mengangkat derajat ummat manusia, sehingga lebih terjamin kebutuhan hidupnya, lebih baik keadaannya dan lebih halus perasaannya? Dan apakah dunia modern berhasil mengangkat derajat ummat manusia dari lembah kehidupan hewan?
Memang ada segelintir orang penduduk dunia Islam yang berhubungan dengan dunia Barat, boleh jadi karena letaknya yang jauh atau karena pandangan yang keliru, terpengaruh jalan pikiran lama dan perasaan rendah diri, telah merasa silau dengan cemerlangnya kemajuan dunia Barat. Yang lebih mengherankan ialah pandangan sebagian mereka, seolah-olah itulah puncak kemajuan yang mungkin dapat dicapai oleh uniniat manusia. Pandangan yang keliru itulah yang telah menyebabkan mereka kehilangan keyakinan atas agama mereka dan dasar-dasar ajarannya. Dan timbullah di kalangan mereka kata-kata sanjungan yang membabi-buta terhadap segala apa yang datang dari dunia Barat, sekaligus mengkesampingkan cara hidup yang nampak tidak cocok dengan cara hidup orang Barat. Mereka mengira bahwa agama merekalah yang telah menyebabkan kemunduran, tidak mengikuti kemajuan zaman. Agama, menurut pandangan mereka yang menganggap dirinya intelek, adalah sekumpulan dogma yang tidak masuk akal dan takhayul. Sebaliknya, mereka memandang kemajuan Barat itu sebagai hasil kemajuan akal pikiran, tanpa mereka sendiri menggunakan otaknya untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Kalau saja ada di antara mereka, orang yang mau berpikir tentang persoalan yang sebenarnya, pastilah dia menyadari bahwa pendapat sedemikian itu, biarpun umpamanya cocok dengan agama lain, namun tidak cocok dengan agama Islam yang telah dibina di atas pikiran yang sehat dan murni. Kenyataan membuktikan bahwa revolusi yang dicetuskan oleh Rasulullah s.a.w. dalam sejarah berpikir keagamaan telah dimenangkannya bukan dengan cara-cara yang ajaib, akan tetapi dengan keterangan-keterangan yang rasional meyakinkan. Al-Qur’an tidak membiarkan otak manusia menjadi beku dan lumpuh, bahkan Al-Qur’an menunjukkan jalan ke arah pandangan yang luas dalam cara berpikir. Kalau saja manusia mau, membebaskan akal pikirannya dari belenggu hawa nafsu, niscayalah dengan petunjuk Allah dia akan sampai kepada kenyataan alam yang telah dipersiapkan untuk membuktikan kebenaran yang dicarinya. Sebab segala yang ada di alam raya ini, pergantian siang dan malam, keajaiban langit dan bumi yang tersusun dan teratur rapi mempersonakan, semua itu menunjukkan bahwa kejadian alam semesta ini bukan hal yang kebetulan, tapi atas kehendak Allah Yang Maha Suci. Sedangkan akal manusia yang dapat mencapai pengertian yang sebenarnya, hanyalah akal yang murni dan suci, bukan akal yang diliputi nafsu kehewanan yang rendah. Sungguh kebudayaan sekarang ini berbahaya bagi kemanusiaan; kebudayaan yang membiarkan ummat manusia berpikir secara bebas mencari kebenaran, suatu bahaya yang merusak dan menyesatkan, malah menyebabkan alam pikiran manusia tunduk kepada nafsu-nafsu kehewanan.
Kemajuan dunia modern tidak mau ambil pusing terhadap segala sesuatu yang akan membawa akibat buruk. Papan-papan reklame yang terpancang di sepanjang jalan, penuh dengan tulisan-tulisan yang dilihat secara moral adalah rendah dan murah. Film-film yang memperlihatkan permainan cinta gila-gilaan, hubungan bebas antara pria dan wanita, taman-taman ria dengan dekorasi yang mempersonakan penuh dengan adegan-adegan tari yang membangkitkan birahi, dimana penari-penari wanita mempertontonkan tubuhnya yang telanjang, dengan cara menanggalkan pakaian secara berangsur-angsur di muka para penonton. Pertunjukan-pertunjukan semacam itu banyak, bertebaran di tempat-tempat hiburan dunia modern, yang kesemuanya mengakibatkan berkecamuknya wabah hubungan bebas antara dua jenis kelamin.
Dalam suasana yang penuh dengan nafsu kehewanan itu, boleh dikatakan tidak mungkin dapat diharapkan ada pemikiran yang bebas dari pengaruh buruk, dan tidak nanti mereka mampu menggunakan pikiran yang sesuai dengan panggilan hati nurani yang dianugerahkan Tuhan. Akan tetapi di balik itu ternyata masih saja ada segolongan manusia yang tetap mau mendengar panggilan akalnya yang sehat dan hati nuraninya yang murni. Mereka memuja ketangkasan berpikir yang memungkinkan mereka dapat menemukan kebenaran di tengah-tengah suasana kehidupan modern yang nampak gemerlapan ini. Mereka hidup bukan dalam lingkungan Islam, di mana Islam serta ajarannya merupakan hal yang sangat asing. Akan tetapi mereka terhindar dari pengaruh kehidupan modern a la Barat yang telah menyebabkan banyak orang-orang kita sendiri teperdaya. Sedangkan mereka telah berhasil mendapatkan jalan keluar dari kegelisahan jiwa; mereka telah dapat menemukan jalan yang lurus, yaitu Islam!
Berhubung dengan itulah, maka buku ini diterbitkan dengan harapan dapat membantu mereka yang sungguh-sungguh berusaha mencari kebenaran.
24 Pebruari 1961
===============================================================
Mukaddimah
oleh Al-Ustadh Khursyid Ahmad
Islam adalah agama dari Tuhan, berisi tuntunan hidup yang diwahyukan kepada hambaNya untuk seluruh ummat manusia. Karena untuk tegaknya kehidupan manusia di atas planet bumi ini diperlukan dua hal:
Pertama: Terpenuhinya kebutuhan pokok berikut sumber-sumbernya untuk menjamin kelangsungan hidup, dan kecukupan material yang dibutuhkan oleh perseorangan dan masyarakat.
Kedua: Mengetahui dasar-dasar pengetahuan tentang tata-cara hidup perseorangan dan masyarakat-masyarakat, agar terjamin berlakunya keadilan dan ketentraman dalam masyarakat dan kebudayaan.
Allah Rabbul-’alamin telah menyediakan kedua macam kebutuhan itu secukupnya untuk manusia. Untuk kebutuhan pertama, Allah s.w.t. telah menyediakan sumber-sumber alam dan menyerahkannya kepada manusia untuk digali dan diolah. Dan untuk kebutuhan kedua, yakni kebutuhan kejiwaan/rohani, kemasyarakatan dan kebudayaan, Allah s.w.t. telah memilih dan mengangkat para Rasul yang diberi wahyu tentang peraturan hidup yang dapat membimbing manusia menempuh jalan hidup yang lurus dan benar. Peraturan hidup itu ialah yang dinamakan ISLAM, agama yang dibawa oleh semua Rasul.1 Semua Rasul itu telah mengajak manusia ke jalan Tuhan al-Khaliq, yakni jalan tunduk kepada Allah s.w.t. Semua Rasul telah menyampaikan risalah yang sama dan dakwah yang sama, yaitu Islam.
Islam dalam bahasa Arab, berarti tunduk dan menyerah atau taat. Sebagai satu agama, Islam berdiri di atas dasar menyerahan diri sepenuhnya dan taat kepada AIlah s.w.t. Itulah pula sebabnya, makanya agama ini dinamakan Islam.
Islam juga berarti selamat dan sejahtera. Pengertian ini menunjukkan bahwa, manusia tidak akan dapat mencapai keselamatan dan kesejahteraan yang sebenarnya, kecuali dengan jalan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah s.w.t. Cara hidup seperti inilah, yang tetap di bawah naungan ketaatan kepada Allah s.w.t., hidup yang selalu diliputi ketenangan jiwa bagi perseorangan dan kesejahteraan/ketentraman bagi masyarakat.
Orang-orang yang beriman, yang berhati tenang dengan ingat kepada Allah. Ingatlah bahwa hati akan tenang dengan mengingat Allah. Orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, kebahagiaanlah untuk mereka dan tempat kembali (Surga) yang baik. (Ar-Ra’d, 28 – 29)
Itulah pokok seruan semua Rasul Allah untuk membawa alam kemanusiaan kepada jalan kehidupan yang lurus. Tetapi manusia tidak selalu berada dalam jalan yang benar. Mereka kadang-kadang menyimpang dari bimbingan yang diberikan oleh para Rasul itu. Itulah sebabnya, maka ada beberapa Rasul yang diutus guna memberikan kembali seruan/risalah yang asli dan membawa manusia ke jalan yang benar. Rasul yang terakhir ialah Muhammad s.a.w. yang telah memberikan bimbingan Allah s.w.t. dalam bentuknya yang final dan sempurna untuk segala zaman. Bimbingan inilah yang sekarang dikenal sebagai Islam, terkandung dalam Kitab Suci Al-Qur’an dan contoh kehidupan Rasulullah s.a.w.
Dasar-dasar kepercayaan Islam
Konsep yang pokok dalam Islam ialah bahwasanya seluruh alam ini, Tuhanlah yang telah menjadikan, menguasai dan mengawasinya, bahwasanya Dia adalah Maha Tunggal, tidak ada yang menyertai dalam kesucian-Nya. Dia telah menciptakan manusia dan menentukan ajalnya, dan bahwasanya Allah s.w.t. telah menyediakan untuk seluruh alam jalan hidup yang lurus, sekaligus memberikan kebebasan mutlak kepada hamba-Nya untuk mengikuti atau mengingkarinya. Barang siapa yang mengikuti jalan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang Muslimin dan Mukminin, dan barangsiapa yang tidak mengikutinya, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir yang mengingkari kebenaran.
Orang telah memeluk Islam, apabila ia telah menyaksikan dengan sepenuh keimanan atas ke-Esaan Allah dan bahwa Muhammad s.a.w. adalah Rasulullah. Kedua kepercayaan ini tersimpul dalam kalimat:
Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah Utusan Allah.
Bagian pertama kalimat ini memberikan konsep Tauhid (ke-Esaan Tuhan), dan bagian kedua adalah kesaksian atas kerasulan Muhammad s.a.w.
Tauhid adalah akidah revolusioner yang menjiwai seluruh ajaran Islam; akidah yang meyakinkan bahwasanya seluruh alam ini kepunyaan Tuhan Yang Maha Esa dan seluruhnya berada di bawah kekuasaan-Nya, Dzat yang Azaly, tiada permulaan dalam wujudnya, tidak dibatasi tempat dan waktu, mengatur seluruh dunia dengan segenap manusia yang ada di atasnya.
Sesungguhnya, adalah benar-benar merupakan keajaiban, apabila orang memperhatikan tentang penciptaan alam yang tidak ada henti-hentinya dengan pengaturan yang pasti, terarah dan serasi, serta kemampuannya untuk mempertahankan apa yang bermanfaat dan menghukum apa yang berbahaya bagi kemanusiaan. Semua itu memberikan kesimpulan bahwa dibalik alam ini ada satu Kekuatan yang terus menerus aktif menciptakan perkembangan alam tanpa pengumuman! Itu bintang-bintang yang memenuhi angkasa luas dan pemandangan alam yang memikat hati, perputaran matahari dan bulan yang menakjubkan, pergantian musim, pergantian siang dan malam, sumber-sumber air yang tak kunjung kering, bunga-bunga yang halus dan cahaya bintang-bintang yang gemerlapan. Bukankah semua itu menunjukkan adanya Dzat Yang Maha Kuasa yang telah menjadikannya dan menguasai segala keadaan? Kalau kita perhatikan alam ini secara keseluruhan, ternyatalah kepada kita adanya tata-cara yang teratur. Apakah yang demikian itu tidak menunjukkan atas adanya Tuhan? Dapatkah semua itu terjadi secara kebetulan?
Sungguh benar firman Allah s.w.t.:
Hai sekalian manusia! Sembahlah Tuhan kamu yang telah menjadikan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, supaya kamu dapat menjaga diri. Tuhan yang telah menjadikan buat kamu bumi yang menghampar dan langit yang memayung, dan Dia telah menurunkan air dan langit, lalu dengan air itu Dia mengeluarkan buah-buahan sebagai rizqi buat kamu. Maka oleh karena itu, janganlah kamu menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (Al-Baqarah 21-22)
Itulah akidah asasi (kepercayaan pokok) yang diserukan oleh Muhammad s.a.w. kepada seluruh ummat manusia, supaya menjadi pegangan hidupnya. Akidah ini logis dan menyeluruh, dapat memecahkan segala persoalan alam, dan menunjukkan bahwa alam ini tunduk di bawah satu hukum kekuasaan tertinggi. Akidah ini memberikan gambaran umum yang sesuai dengan kenyataan bahwa seluruh isi alam ini satu sama lain saling melengkapi; berbeda sepenuhnya dengan pandangan yang sepotong-potong dari ilmuwan dan para filsuf, dan dapat menyingkap tabir rahasia/hakikat yang sebenarnya.
Setelah berabad-abad lamanya manusianberada dalam kegelapan, mulailah sekarang manusia dapat menemukan hakikat itu sedikit demi sedikit berdasarkan konsep akidah ini, dan pikiran ilmiah modern pun terus bergerak kearah ini.2 Akidah ini bukan sekedar konsep metaphisic atau kumpulan kata-kata yang tidak berarti. Akidah ini adalah suatu kepercayaan yang dynamis dan doktrin yang revolusioner. Akidah ini mengandung pengertian bahwa semua manusia adalah ciptaan Allah dan semua mereka adalah sama. Sikap-sikap diskriminatif berdasarkan warna kulit, kelas-kelas sosial, suku bangsa, bangsa atau daerah asal kelahiran itu tidak ada dasarnya, dan sikap atau pandangan seperti itu adalah warisan zaman jahiliyah yang telah mengikat manusia kepada perbudakan.
Manusia seluruhnya merupakan satu keluarga yang diurus Allah s.w.t., sehingga tidaklah sepatutnya ada dinding pemisah di antara sesama mereka. Manusia semuanya sama, tidak ada perbedaan golongan borjuis atau proletar, kulit putih atau kulit hitam, bangsa Aria atau bukan Aria, orang Barat atau orang Timur. Islam telah memberikan konsep revolusioner tentang kesatuan ummat manusia. Dan kebangkitan Rasulullah s.a.w. itu tidak lain hanya untuk mempersatukan seluruh alam di bawah kalimat Allah, dan untuk membangkitkan kehidupan baru di dunia yang sudah mati.
Firman Allah s.w.t.:
Berpegang teguhlah kamu sekalian kepada agama Allah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepada kamu, tatkala kamu bermusuh-musuhan, lalu Allah melembutkan hati kamu semua sehingga atas karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ali Imran 103)
Akidah ini juga menjelaskan tentang hakikat kedudukan manusia dalam alam ini. Allah telah menciptakan alam serta memeliharanya, dan manusia adalah khalifah atau wakil-Nya di atas planet bumi ini. Dengan demikian, maka derajat manusia itu cukup tinggi, seharusnya mempunyai pimpinan dunia modern, pasti dia berhasil menyelesaikan segala persoalannya dengan cara yang dapat membawa dunia kepada kesejahteraan dan kebahagiaan. Saya berani meramalkan, bahwa akidah yang dibawa oleh Muhammad akan diterima baik oleh Eropa di kemudian hari, sebagaimana sekarang sudah mulai.3
Pertama: Mudah, Rasional dan Praktis
Islam adalah agama yang tidak dicampuri mitologi. Ajaran-ajarannya mudah dimengerti. Islam bebas dari takhayul dan setiap kepercayaan yang bertentangan dengan akal yang sehat. Ke-Esaan Tuhan, ke-Rasulan Muhammad s.a.w. dan konsep kehidupan sesudah mati adalah dasar pokok akidah Islam. Semua itu beralasan kuat dan logis. Dan seluruh ajaran Islam adalah lanjutan dari dasar-dasar kepercayaan ini, semuanya mudah difahami dan lurus. Dalam Islam tidak ada kekuasaan pendeta, tidak ada yang samar-samar dan tidak ada upacara-upacara atau peribadatan yang sulit. Semua orang dapat membaca langsung Kitabullah (Al-Qur’an) dan melaksanakannya dalam praktek. Islam selalu menganjurkan supaya orang berpikir, mempertimbangkan setiap urusan sebelum dilaksanakan, membahas keadaan yang sebenarnya dan berusaha mendapatkan ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam. Al-Qur’an menganjurkan supaya orang berdo’a:
Tuhanku! Tambahlah ilmu pengetahuanku! (Toha 114)
Al-Qur’an menyatakan bahwa orang yang berpengetahuan itu tidak sama dengan orang yang tidak berpengetahuan:
Katakanlah: Apakah orang-orang yang berpengetahuan sama dengan orang-orang yang tidak berpengetahuan amalnya dalam keadaan terbuka. (Aku katakan): Bacalah buku amal kamu. Cukuplah kamu sendiri menghitungnya hari ini. (Al-Isra’ 13-14)
Barangsiapa yang datang dengan kebajikan, maka baginya pahala sepuluh kali lipat, dan barangsiapa yang datang dengan keburukan, maka dia hanya dibalas dengan hukuman yang seimbang. Mereka tidak dianiaya. (Al-An’am 160)
Dengan demikian, maka dapatlah dikatakan bahwa pokok asasi akidah Islam itu ada tiga, yaitu:
Iman atau percaya atas ke-Esaan Allah.
Iman atau percaya bahwa Muhammad itu Utusan Allah.
Iman atau percaya akan adanya kehidupan akhirat dan adanya hisab pada hari kiamat.
Maka barang siapa yang beriman kepada tiga pokok tersebut, dia adalah orang Muslim, dan kesemuanya dituangkan dalam kalimat:
“LAA ILAAHA ILLALLAAH, MUHAMMADUR-RASULULLAAH”
Beberapa watak pokok Islam
Bernard Shaw berkata: “Saya selalu memandang tinggi agama Muhammad, karena vitalitasnya yang mengagumkan. Agama Muhammad adalah satu-satunya agama yang jelas bagi saya membuktikan kemampuannya yang besar dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan yang berubah-rubah dan menyebabkannya sesuai untuk segala masa. Saya telah mempelajari kehidupan orang ini4, orang yang mengagumkan dan menurut pikiran saya jauh dari bersifat anti Kristus, dia mestinya mendapat gelar Juru Selamat Kemanusiaan. Saya yakin, jika seorang seperti dia diserahi tujuan hidup yang luhur, yakni melaksanakan kehendak Allah di muka bumi. Inilah satu-satunya penyelesaian atas segala persoalan sulit yang dihadapi manusia dalam hidupnya dan sekaligus membina tatanan baru, berupa persamaan, keadilan dan keamanan, sehingga berbahagialah dunia dengan keselamatan dan kemakmuran.
Titik tolak kepercayaan Islam ialah percaya atas ke-Esa-an Allah, yakni Tauhid, dan bahwa Allah swt. Tidak menjadikan manusia untuk dibiarkan begitu saja, tanpa petunjuk yang menerangi jalan hidup mereka. Untuk itu Allah swt. Telah mengutus para Rasul yang membawa agama Allah untuk keselamatan mereka, dan Muhammad saw. adalah Rasul-Nya yang terakhir. Dan Iman kepada Rasul itu menuntut supaya juga beriman terhadap risalahnya serta taat kepada ajaran-ajarannya, menerima ketentuan hukum yang telah ditetapkannya, mengenai perjalanan hidup yang harus ditempuh. Dengan demikian, maka landasan kedua dalam Islam adalah beriman kepada risalah yang disampaikan melalui Muhammad saw. dan memeluk agama yang dibawanya, berikut melaksanakan segala ajarannya. Dan ini akan membawa kita kepada pokok Islam yang ketiga yaitu percaya atas adanya kehidupan akhirat.
Adapun dunia ini, menurut pandangan Islam, adalah tempat ujian. Manusia akan dituntut pertanggungan jawab atas segala amal perbuatannya, dan pasti akan datang hari penghabisan hidupnya di dunia, untuk kemudian dibangkitkan kembali di alam yang baru, dimana manusia akan mendapat balasan atas segala perbuatannya yang baik maupun yang buruk. Maka orang-orang yang taat kepada Allah di dunia ini, akan mendapat kebahagiaan yang kekal di alam akhirat, dan sebaliknya orang-orang durhaka kepada Allah di dunia ini, kelak di akhirat akan mendapat balasan buruk, sesuai dengan firman Allah swt. Dalam al-Qur’anul-karim:
Dan setiap manusia Aku ikatkan amalnya di kuduknya, dan Aku keluarkan baginya pada hari kiamat buku catatan. Orang-orang yang mengambil pelajaran itu hanyalah mereka yang berakal sehat. (Az-Zumar 9)
Al-Qur’an juga mencela orang-orang yang tidak mau berpikir tentang makhluk Allah dan menganggapnya lebih sesat daripada hewan:
Dan sungguh telah Aku jadikan untuk isi Jahannam banyak jin dan manusia yang punya hati tidak digunakan untuk mengerti, punya mata tidak digunakan untuk melihat dan punya telinga tidak untuk mendengar. Mereka tida berbeda dengan hewan ternak, bahkan lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lupa. (Al-A’raf 179)
Sebaliknya, Al-Qur’an menilai orang-orang yang percaya atas ayat-ayat Allah sebagai orang-orang yang mengerti,
Aku telah menjelaskan ayat-ayat-Ku bagi orang-orang yang mengerti. (Al-An’am 97).
Mereka juga dinilai sebagai orang yang berpikir:
Aku telah menjelaskan ayat-ayat-Ku bagi orang-orang yang berpikir. (Al-An’am 98).
Dijelaskan pula bahwa orang-orang dikaruniai hikmah (ilmu kebijaksanaan) bahwa mereka itu telah dikaruniai kebaikan yang banyak dan berakal sehat:
Dan barangsiapa yang diberi hikmah, maka dia telah diberi kebaikan yang banyak, dan tidaklah menerima petunjuk selain orang yang berakal sehat. (Al-Baqarah 269)
Ilmu yang luas dan badan yang sehat adalah termasuk sifat orang-orang yang dipilih Allah untuk memimpin/memerintah sesama manusia. Hal itu diterangkan dalam hikayat Al-Qur’an tentang Thalut yang diangkat Raja atas kaumnya:
Nabi mereka berkata: ‘Sesungguhnya Allah telah mengutus Thalut sebagai Raja buat kamu.’ Mereka bertanya: “Bagamana dia mendapatkan kerajaan atas kami, pada hal kamu lebih berhak atas kerajaan dari pada dia dan juga dia tidak kaya?” Jawab Nabi: ‘Sesungguhnya Allah telah memilih dia atas kamu dan telah menambah dia ilmu yang luas dan badan yang sehat/kuat. Dan Allah memberikan kerajaan-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Allah itu Maha luas ilmunya dan Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah 247)
Al-Qur’an juga menyatakan bahwa manusia lebih mulia dari pada Malaikat karena ilmu, sehingga manusia diberi hak mengatur dunia sebagai Khalifah Allah:
Dan ingatlah, ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang Khalifah di bumi. Para Malaikat bertanya: “Apakah Engkau akan menjadikan orang yang akan berbuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah? Pada hal kami ini bertasbih dengan selalu memuji dan mensucikan Engkau?” Tuhanmu berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak tahu. Lalu Tuhanmu mengajari Adam tentang semua nama-nama. Kemudian ditunjukkan-Nya kepada para Malaikat dengan firman-Nya: Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama semua itu, jika kamu memang betul (dalam pengakuanmu)! Para Malaikat menjawab: “Maha Suci Engkau. Kami tidak tahu selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.” Firman Tuhanmu: Adam! Terangkanlah kepada mereka nama-nama semua itu! Maka sesudah Adam memberitahukan semua nama, Tuhanmu berfirman: Tidakkah Aku katakan kepada kamu bahwa Aku mengetahui kegaiban langit tujuh dan bumi dan mengetahui apa yang kamu tunjukkan dan apa yang kamu sembunyikan? (Al-Baqarah 30-33)
Rasul Islam telah pula bersabda:
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap orang Islam, pria dan wanita. – Riwayat Ibnu Abdil-Barr dari Anas.
Barangsiapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia itu dalam jalan Allah, sampai waktunya dia kembali – Riwayat At-Turmudzy dari Anas.
Pelajarilah oleh kamu ilmu, sebab mempelajari ilmu itu memberikan rasa takut kepada Allah, menuntutnya merupakan ibadah, mengulang-ulangnya merupakan tasbih, pembahasannya merupakan jihad, mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahuinya merupakan sadakah dan menyerahkannya kepada ahlinya merupakan “pendekatan diri” kepada Allah – Riwayat Ibn ‘Abdil-Barr.
Demikianlah Islam telah mengeluarkan manusia dari alam khurafat dan kegelapan dan membawa mereka ke dunia ilmu yang terang benderang. Kemudian Islam adalah agama yang praktis, tidak hanya merupakan teori yang kosong, bukan hanya akidah yang harus diimani semata-mata, akan tetapi juga harus dijadikan sumber praktek hidup sehari-hari, sehingga jiwa yang berisi Iman itu mengalir dalam arus amal perbuatan, seperti mengalirnya air di atas bumi yang subur. Agama Islam tidak hanya berupa kata-kata yang berulang-ulang, berupa dzikir dan puji kepada Allah s.w.t. saja, tetapi harus menjiwai kehidupan manusia seluruhnya. Dalam hal ini Al-Qur’an menyatakan:
Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik – Ar-Ra’d 29.
Dan sabda Rasulullah saw.:
Sesungguhnya Allah swt. tidak menerima amal kecuali yang dilakukan dengan ikhlas, karena Dia dan dimaksudkan untuk keridlaan-Nya – Riwayat An-Nasa’iy.
Kedua: Bersatunya Benda dan Rohani
Islam tidak memberikan garis pemisah antara benda dan rohani. Islam memandang hidup ini sebagai satu kesatuan yang mencakup kedua-duanya, sehingga Islam tidak merupakan penghalang antara manusia dan kepentingan hidupnya, bahkan Islam mengatur seluruh urusan hidup. Islam tidak mengakui adanya larangan dan tidak menuntut supaya orang menjauhi kehidupan materi. Bahkan Islam menunjukkan jalan ke arah kesempurnaan rohani bukan dengan jalan menjauhi kehidupan materi. Bahkan Islam menunjukkan jalan ke arah kesempurnaan rohani bukan dengan jalan menjauhkan diri dari kehidupan duniawi, tetapi dengan jalan taqwa kepada Allah dalam seluruh kebutuhan hidup yang beraneka-ragam, sebagaimana dihikayatkan dalam Al-Qur’an mengenai hamba-hamba Allah yang saleh:
Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Tuhan-Ku! Berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa neraka. Mereka itulah yang mendapat bagian (pahala) dari apa yang mereka lakukan, dan Allah itu cepat hisab-Nya — Al-Baqarah 201-202.
Malah Al-Qur’an mencela orang-orang yang tidak memanfaatkan ni’mat harta kurnia Allah:
Katakanlah, siapa yang melarang perhiasan Allah yang dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan rizqi yang baik-baik. Katakanlah, itu untuk orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khususnya pada hari kiamat. Begitulah Aku menjelaskan ayat-ayat-Ku untuk orang-orang yang mengetahui — Al-A’raf 32.
Akan tetapi dalam pada itu Islam menuntut supaya para penganutnya menjadi ummat yang sedang-sedang dalam kehidupan dunia:
Hai turunan Adam! Kenakanlah pakaian kamu pada setiap kali kamu bersembahyang di mesjid dan makan minumlah kamu dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak senang kepada orang-orang yang suka berlebih-lebihan. – Al-A’raf 31.
Dan sabda Rasulullah saw.:
Orang mukmin yang bergaul dalam masyarakat dan tabah atas segala rintangan adalah lebih baik daripada orang mukmin yang tidak bergaul dan tidak tabah/tidak sabar atas rintangan. – Riwayat Bukhari.
Rasulullah saw. pernah bersabda yang ditujukan kepada Abdullah bin Umar bin ‘Ash:
Aku mendapat kabar bahwa engkau berpuasa tanpa berbuka dan melakukan sembahyang sepanjang malam. Janganlah engkau berbuat begitu, sebab matamu juga harus dapat bagian, dirimu harus dapat bagian dan istrimu juga harus dapat bagian. Oleh karena itu, berpuasalah dan berbuka, bersembahyanglah dan tidur. – Riwayat Muslim.
Dalam kesempatan lain, Rasulullah saw. bersabda:
Tiga perkara termasuk Iman, memberi nafkah tanpa terlalu beririt-irit, mengusahakan keselamatan untuk semua orang dan menginsafi dirimu sendiri. – Riwayat Muslim.
Jadi Islam itu tidak membuat garis pemisah antara kepentingan kebendaan dan kepentingan kerohanian dalam kehidupan manusia, bahkan Islam menjalin kedua-duanya, sehingga terbukalah jalan hidup yang sesuai dengan kemampuan orang atas dasar yang shah dan baik. Islam mengajarkan bahwa kebendaan dan kerohanian adalah dua hal yang selalu harus berdampingan dan bahwasanya kesucian rohani dapat terhindar dari keburukan, apabila sumber-sumber kebendaan dibaktikan untuk kepentingan kemanusiaan. Kesucian rohani tidak akan tercapai dengan jalan menyiksa diri, menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan menekan naluri kemanusiaan. Dunia ini telah cukup menderita, akibat ajaran-ajaran yang berat sebelah dari agama dan ideologi lain. Ada agama yang menekankan ajarannya kepada segi kerohanian saja dalam hidup ini, dan bersikap masa bodoh terhadap benda dan kehidupan duniawi. Mereka memandang dunia ini sebagai khayalan penipuan dan perangkap. Di lain pihak, ada ideologi materialistis yang sepenuhnya bersikap masa bodoh terhadap segi kerohanian dan moral serta menganggapnya sebagai khayalan semata-mata. Kedua macam ajaran/pendirian ini telah menimbulkan kerusakan/kehancuran. Mereka telah merampas keamanan, kepuasan dan ketenangan manusia. Sampai sekarang tetap menimbulkan ketidak seimbangan.
Seorang sarjana Perancis Dr. De Brogbi dengan tepat menyatakan:
“Bahaya yang mengancam kebudayaan yang terlalu menitik-beratkan kebendaan ialah kehancuran kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan semacam itu kalau tidak disusul dengan perkembangan kehidupan rohani, pasti gagal membuat keseimbangan.”
Agama Kristen tersesat dengan terlalu menekankan ajarannya kepada salah satu extrimitas, yakni kerohanian, sedangkan kebudayaan modern tersesat pada extrimitas yang lain, yakni kebendaan. Seperti kata Lord Snell: “Kita telah mendirikan bangunan yang lahirnya memang mewah dan megah, tapi kita tidak memperhatikan tuntutan pokok yang harus menjadi isinya. Kita dengan sepenuh perhatian membuat rencana, dekorasi dan membersihkan semua bagian luar bangunan kita, akan tetapi bagian dalamnya penuh dengan pemerasan dan pelanggaran. Kita telah mempergunakan kemajuan pengetahuan dan kekuatan untuk mengatur kesenangan badan, tapi kita telah meninggalkan segala kepentingan rohani.”
Agama Islam telah membina keseimbangan antara kedua segi kehidupan: kebendaan dan kerohanian. Islam menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini untuk manusia, akan tetapi manusia sendiri untuk mengabdi kepada Tuhan; tugas kehidupannya ialah melaksanakan kehendak Tuhan. Ajaran-ajaran Islam mendorong manusia ke arah kebersihan rohani, sama seperti dorongannya untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya di dunia yang bersifat sementara ini. Islam menyuruh manusia supaya membersihkan jiwanya, sekaligus membentuk atau membangun kehidupan dunianya, perseorangan maupun masyarakat, dan supaya membina hak/kebenaran atas kekuasaan dan kebajikan atas kejahatan. Jadi, Islam itu berdiri di atas jalan tengah.
Ketiga: Jalan Hidup yang Sempurna
Islam bukan satu agama yang hanya mempunyai ruang lingkup kehidupan pribadi manusia, seperti yang disalahartikan oleh banyak orang. Islam adalah satu jalan-hidup yang sempurna, meliputi semua lapangan hidup kemanusiaan. Islam memberikan bimbingan untuk setiap langkah kehidupan perorangan maupun masyarakat, material dan moral, ekonomi dan politik, hukum dan kebudayaan, nasional dan internasional. Al-Qur’an memerintahkan supaya manusia memeluk agama Islam secara keseluruhan, tanpa pilih-pilih, dan mengikuti semua bimbingan Tuhan dalam segala macam lapangan hidup. Kenyataan sekarang membuktikan bahwa ruang lingkup agama itu dibatasi hanya pada kehidupan perseorangan, sedangkan peranan sosial dan kebudayaannya ditinggalkan. Mungkin tidak ada faktor lain lagi yang lebih penting dari itu yang telah menyebabkan kemerosotan agama di abad modern sekarang ini. Salah seorang filosof modern berkata: “Agama memerintahkan supaya kita memisahkan apa yang untuk Tuhan dan apa yang untuk Kaisar. Pemisahan ini berarti niengurangi dua-duanya. Mengurangi peranan dunia dan agama. Agama sangat kecil, kalau jiwa para penganutnya tidak tergetar ketika awan gelap peperangan bergayutan di atas kepala kita semua dan persaingan industri telah mengancam keamanan masyarakat. Agama telah memperlemah naluri sosial kemanusiaan dan kepekaan moral dengan jalan pemisahan apa yang untuk Tuhan dari apa yang untuk Kaisar.” Islam menolak sepenuhnya konsep pemisahan agama seperti itu, dan jelas menyatakan bahwa tujuannya ialah menyempurnakan jiwa dan membentuk masyarakat.
Sungguh Aku telah mengutus Rasul-rasul-Ku dengan membawa penjelasan, dan Aku telah menurunkan bersama mereka Kitab dan keadilan,5 supaya manusia menegakkan keadilan, dan Aku telah menyediakan besi yang mengandung bahaya besar dan manfaat yang banyak bagi manusia, dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong agama-Nya dan rasul-Nya, walaupun agama itu ghaib. Sesungguhnya Allah itu Maha Kuat dan Maha Perkasa. – Al-Hadid 25.
Dan
Apa yang kamu sembah selain Allah itu hanya sebutan-sebutan yang kamu berikan saja, kamu dan leluhur kamu. Allah tidak memberikan kekuasaan untuk itu. Kekuasaan itu hanya pada Allah. Dia memerintahkan bahwa hendaklah kamu tidak menyembah kepada selain Dia. Itulah agama yang lurus, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. – Yusuf 40.
Mengenai orang-orang yang berhak mendapat pertolongan Allah swt., Al-Qur’an menyatakan:
Orang-orang yang kalau Aku tempatkan mereka di bumi, mereka melakukan sembahyang, membayar zakat, memerintahkan/menganjurkan kebaikan dan melarang/memperingatkan keburukan. Dan kepada Allah-lah kembalinya segala urusan. – Al-Haj 41.
Dan Rasulullah saw. bersabda:
Semua kamu adalah pemimpin dan semua kamu akan diminta pertanggungjawabannya. Sebab, Imam adalah pemimpin, dan dia diminta pertanggungjawabannya. Seorang suami adalah pemimpin dalam lingkungan keluarganya, dan dia akan diminta pertanggungjawabannya. Seorang isteri adalah pemimpin dalam rumah suaminya, dan dia akan diminta pertanggungjawabannya. Seorang pelayan adalah pemimpin dalam harta kekayaan majikannya, dan dia akan diminta pertanggungjawabannya. Jadi semua kamu itu pemimpin dan semua kamu itu akan diminta pertanggungjawabannya. – Muttafaq Alaih.
Saya kira orang tidak perlu mempelajari secara mendalam tentang ajaran-ajaran Islam, kalau sekedar untuk mengetahui bahwa Islam itu adalah suatu agama yang menyeluruh, meliputi segala lapangan hidup manusia, dan tidak membiarkan satu lapanganpun untuk dimasuki oleh kekuatan buruk syaitan.
Keempat: Ada keseimbangan antara perorangan dan kemasyarakatan
Ada satu keistimewaan yang bersifat unik bagi Islam, yaitu bahwa agama ini membina keseimbangan antara kepentingan perorangan dan kepentingan kemasyarakatan. Islam percaya adanya kepribadian manusia dan menentukan bahwa setiap orang secara sendiri-sendiri bertanggung jawab terhadap Tuhan. Islam menjamin hak-hak azasi manusia dan tidak membenarkan siapapun juga untuk merobek-robek atau menguranginya. Islam juga menjamin perkembangan yang baik kepribadian manusia, sebagai salah satu tujuan utama dari kebijaksanaan pendidikannya.
Islam tidak setuju dengan pandangan bahwa manusia harus melenyapkan kepribadiannya, meleburkan diri dalam masyarakat atau negara.
Al-Qur’an menyatakan:
… dan bahwa manusia tidak akan mendapat selain apa yang dia usahakan. — An-Najm 39.
Dan musibah apa yang menimpa kamu itu disebabkan perbuatan kamu. — Asy-Syura 30.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, kecuali jika mereka sendiri mau mengubah keadaannya. – Ar-Ra’d 11.
Bermanfaat bagi seseorang apa yang dia usahakan, dan berbahaya baginya apa yang dia lakukan. — Al-Baqarah 286.
Mengenai sikap seorang Mukmin dalam menghadapi ajakan kaum musyrikin, Tuhan mengajarkan:
Bagi kami bermanfaat amal perbuatan kami dan bagi kamu amal perbuatan kamu. — Al-Qashash 55.
Semua itu mengenai soal-soal perseorangan.
Di lain pihak, Islam selalu menanamkan dalam jiwa manusia rasa tanggung jawab sosial, mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat dan negara, dan mengikutsertakan setiap orang dalam usaha menegakkan kemaslahatan umum.
Sembahyang dalam Islam dilakukan secara bersama-sama (berjama’ah), salah satu cara untuk menanam rasa disiplin sosial di kalangan ummat Islam. Setiap orang diwajibkan nnembayar zakat, sekurang-kurangnya zakat fithrah.
Al-Qur’an menyatakan:
Dan dalam harta kekayaan mereka ada bagian hak yang dibutuhkan oleh yang meminta dan miskin. — Adz-Dzariyat 19.
Jadi zakat itu adalah sebagian harta yang menjadi hak masyarakat. Dan jihad (berjuang) dalam Islam itu wajib. Ini berarti bahwa setiap orang diharuskan berkorban, sampai dengan jiwanya sekalipun, untuk mempertahankan kejayaan Islam dan negaranya. Dalam hal ini Rasulullah s.a.w. bersabda:
Semua kamu adalah pemimpin dan semua kamu akan diminta pertanggungjawabannya. Sebab, Imam adalah pemimpin, dan dia diminta pertanggungjawabannya. Seorang suami adalah pemimpin dalam lingkungan keluarganya, dan dia akan diminta pertanggungjawabannya. Seorang isteri adalah pemimpin dalam rumah suaminya, dan dia akan diminta pertanggungjawabannya. Seorang pelayan adalah pemimpin dalam harta kekayaan majikannya, dan dia akan diminta pertanggungjawabannya. Jadi semua kamu itu pemimpin dan semua kamu itu akan diminta pertanggungjawabannya. – Muttafaq Alaih.
Sabdanya pula:
Kamu jangan berprasangka, sebab prasangka itu adalah ucapan yang paling bohong. Dan janganlah kamu saling selidik menyelidik kesalahan, jangan saling bermegahan, jangan saling benci, jangan saling belakangi. Jadilah kamu –hamba Allah– bersaudara, sebagaimana yang diperintahkan Allah kepada kamu. — Riwayat Bukhari dan Muslim.
Dan:
Tidaklah beriman kepadaku orang yang tidur dengan perut kenyang, sedangkan tetangganya kelaparan, dan dia mengetahui hal itu. — Riwayat Al-Bazar.
Dan:
Orang Mukmin itu ialah orang yang boleh dipercaya atas harta dan diri/jiwa orang lain. — Riwayat Ibnu Majah.
Singkatnya, Islam tidak hanya menegakan hak-hak perseorangan atau hanya mengakui hak-hak masyarakat saja. Islam membina keserasian dan keseimbangan antara keduanya, dengan memberikan batas-batas yang teliti untuk kebaikan dua-duanya.
Kelima: Universal dan Kemanusiaan.
Risalah Islam adalah untuk seluruh ummat manusia. Tuhan, dalam ajaran Islam, adalah Tuhan seluruh alam. Firman Allah:
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang mengurus seluruh alam. — Al-Fatihah 2.
Dan Nabi Muhammad s.a.w. adalah seorang Rasul untuk seluruh kemanusiaan. Al-Qur’an menyatakan:
Katakanlah: Hai sekalian manusia! Sesungguhnya aku ini adalah Utusan Allah kepada kamu sekalian. — Al-A’raf 158.
Dan firman-Nya:
Maha Tinggi Tuhan yang telah menurunkan Al-Qur’an kepada hamba-Nya, supaya menjadi peringatan bagi seluruh alam. — Al-Furqan 1.
Dan firiman-Nya lagi:
Tidaklah Aku mengutus engkau, melainkan sebagai rahmat untuk seluruh alam. — Al-Anbiya 107.
Menurut ajaran Islam, manusia itu semuanya sama, walaupun berlainan warna kulit, bahasa, keturunan dan kebangsaannya. Hal itu adalah bimbingan Allah kepada naluri kemanusiaan, dan Dia tidak mengakui adanya perbedaan keturunan/kebangsaan, kedudukan sosial atau kekayaan. Tidak bisa dibantah bahwa dalam kenyataan, semua perbedaan itu masih ada dalam zaman kita yang mengaku abad ilmu dan kemajuan ini. Akan tetapi Islam tidak mengakuinya. Malah Islam menetapkan/mengakui bahwa semua manusia itu satu keluarga, Tuhannya ialah Allah s.w.t. Dalam hal ini Nabi Muhammad s.a.w. bersabda:
Semua makhluk itu keluarga Allah, maka mereka yang paling disenangi Allah ialah yang paling bermanfaat untuk keluarga-Nya. — Riwayat Al-Bazar.
Dan do’a Rasulullah s.a.w.:
Ya Tuhanku! Tuhan yang mengurus segala sesuatu dan Yang Memilikinya! Aku bersaksi bahwa hamba-hamba itu semuanya bersaudara. — Riwayat Ahmad dan Abu Dawud.
Jadi, Islam itu berpandangan internasional dan tidak mengakui adanya garis-garis pemisah dan perbedaan-perbedaan seperti pada zaman jahiliyah. Islam menginginkan adanya kesatuan seluruh kemanusiaan di bawah satu bendera, dan dalam dunia yang telah dirusak dengan persaingan-persaingan dan permusuhan-permusuhan kebangsaan ini Islam merupakan tuntunan hidup dan harapan kebahagiaan di hari yang akan datang.
Keenam: Stabil dan Berkembang
Justice Cardoza dengan tegas menyatakan: “Kebutuhan terbesar zaman kita sekarang adalah satu falsafah yang bisa menengahi antara tuntutan-tuntutan yang saling bertentangan mengenai stabilitas dan kemajuan dan memenuhi prinsip perkembangan.” Islam memberikan satu ideologi yang memuaskan tuntutan-tuntutan stabilitas dan perkembangan/perubahan sekaligus.
Kenyataan membuktikan bahwa memang hidup itu tidak semata-mata stabil dalam arti tidak berkembang, tidak pula berkembang dan berubah secara keseluruhan. Sebab soal-soal pokok kehidupan itu tetap, akan tetapi cara-cara penyelesaian dan tehnik penanganannya berbeda-beda, sesuai dengan perkembangan zaman. Islam menjamin kedua hal itu berjalan secara teratur. Al-Qur’an dan Sunnah mengandung petunjuk-petunjuk abadi dari Tuhan Rabul’alamin, Tuhan yang tidak dibatasi oleh zaman dan tempat memberi petunjuk-petunjuk yang bertalian dengan kepentingan perorangan maupun yang bertalian dengan masyarakat, sesuai sepenuhnya dengan alam yang diciptakan Allah s.w.t. Dengan demikian maka petunjuk-petunjuk itu bersifat azali dan abadi (kekal). Akan tetapi Tuhan hanya merumuskan dasar-dasar dan pokok-pokoknya, sedangkan manusia diberi kebebasan untuk melaksanakannya sesuai dengan perkembangan zaman yang berbeda-beda, jiwa dan kondisinya. Untuk itu manusia melakukan ijtihad yang dilakukan oleh tokoh-tokoh ahli setiap zaman, untuk menerapkan petunjuk-petunjuk Tuhan dalam menghadapi segala bentuk kehidupan pada zamannya.
Jadi dasar dan pokok ajaran itu tetap tidak berubah, hanya cara-cara pelaksanaannya mungkin berubah, sesuai dengan kebutuhan hidup pada setiap zaman. Itulah rahasianya, mengapa Islam itu tetap segar dan modern, sesuai dengan perkembangan zaman yang mana dan kapanpun.
Ketujuh: Ajaran-ajaran Terpelihara dari Perubahan.
Dan akhirnya, masih ada satu rahasia penting, ialah bahwa ajaran-ajaran Islam dalam Al-Qur’an tetap atas dasar dan nash-nya yang semula sebagaimana yang diturunkan Allah, Tuhan semesta alam.
Manusia tetap memperoleh petunjuk-petunjuk di dalamnya, sebagai yang dikehendaki Allah, tanpa perubahan atau pergantian sedikitpun. Al-Qur’an tetap sebagaimana yang diturunkan Allah dan tetap berada di tengah-tengah kita, hampir 14 abad lamanya. Kalimat Allah tetap kalimat Allah, dalam bentuknya yang semula. Dan keterangan terperinci tentang kehidupan Nabi Islam dan ajaran-ajarannya telah dikenal berabad-abad dalam bentuknya yang orisinal. Hal itu diakui oleh para kritikus non Muslim. Profesor Reynold A. Nicholson dalam bukunya “Literary History of the Arabs” menyatakan:
“Al-Qur’an adalah suatu dokumen kemanusiaan yang luar biasa, menerangkan setiap phase hubungan Muhammad dengan segala kejadian yang dihadapinya selama hidupnya, sehingga kita mendapat bahan yang unik dan tahan uji keasliannya, sehingga kita dapat mengikuti perkembangan Islam sejak permulaannya sampai sekarang. Semua itu tidak ada bandingannya dalam agama-agama Buddha atau Kristen, maupun dalam agama-agama lainnya.” (hal. 413).
Semua itu hanyalah sebahagian saja dari tanda-tanda yang dengan jelas dan kuat menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang paling sempurna bagi kemanusiaan, dahulu, sekarang dan di kemudian hari. Segi-segi itulah yang telah menarik beratus-ratus juta ummat manusia ke dalamnya. Mereka semua yakin bahwa Islam adalah agama yang hak dan benar, jalan hidup yang lurus yang seharusnya dilalui oleh manusia. Hal itu akan tetap menarik mereka di waktu-waktu yang akan datang. Manusia dengan jiwanya yang bersih dan ikhlas mencari kebenaran, akan selalu mengucapkan:
AKU BERSAKSI BAHWA TIDAK ADA YANG PATUT DISEMBAH KECUALI ALLAH YANG SATU DAN TIDAK ADA YANG MENYEKUTUINYA DAN AKU BERSAKSI BAHWA MUHAMMAD ADALAH HAMBANYA DAN UTUSAN-NYA.
Berikut ini adalah keterangan dan kesan-kesan beberapa tokoh ahli pikir dan cendekiawan terkemuka mengenai sejarah keimanannya kepada Islam.
Catatan kaki:
1 Allah telah mengundangkan Agama buat kamu, seperti apa yang Dia wasiatkan kepada Nuh dan yang Aku wahyukan kepadamu (Muhammad), dan yang Aku wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan ‘Isa, bahwa hendaklah kamu tegakkan Agama dan janganlah kamu bercerai-berai di dalamnya. (Asy-Syura. 13)
2 Francies Mason. (Fd) “The Great Design,” Duckworth, London.
3 George Bernard Shaw dalam The Genuine Islam, Singapure, Vol. 1, No. 8. 1936. Pada waktu terjemahan Indonesia ini sedang dikerjakan justru di London sedang berlangsung pameran kebudayaan Islam, dan dibuka oleh Ratu Elisabeth II sendiri.
4 Nabi Muhammad saw.
==========================================================
Saya tidak menemukan agama lain yang diakui oleh masyarakat luas, mudah dimengerti dan bersemangat. Tidak ada jalan lain yang lebih dekat kepada ketenangan pikiran dan kepuasan hidup, dan tidak ada harapan yang lebih besar dari pada Islam untuk mencari keselamatan hidup di akhirat.
Alam kemanusiaan ini adalah bagian dari keseluruhan. Manusia tidak bisa merasa lebih dari sebuah partikel dalam alam yang sempurna dan mengagumkan ini. Manusia hanya mampu sekedar membuktikan tujuan hidupnya dengan cara memenuhi tugasnya dalam hubungan dirinya dengan alam sebagai keseluruhan dan dalam hubungan dengan kenyataan-kenyataan hidup yang lain. Itulah tata hubungan yang serasi antara bagian dan keseluruhan yang bisa membuat kehidupan ini dapat mencapai tujuannya, membawa kehidupan kepada kesempurnaan dan membantu alam kemanusiaan untuk mencapai kepuasan dan kebahagiaan. Di manakah letak posisi agama dalam hubungan antara Allah Al-Khalik dan makhluk-Nya? Di bawah ini adalah pikiran beberapa orang tentang agama:
“Agama seseorang itu adalah kenyataan pokok yang diakuinya, suatu kepercayaan yang dilaksanakan dalam kenyataan hidupnya, sesuatu yang menguasai seluruh isi hatinya. Dia tahu pasti bahwa yang mengatur/menyusun hubungan dirinya dengan alam dan menentukan kewajiban dan tuiuannya itu adalah agama.” –Thomas Carlyle dalam bukunya “Heroes and Heroworship”.
“Agama adalah kenyataan akhir tentang pengertian apa saja yang orang jumpai dalam hidupnya sendiri atau dalam hidupnya sesuatu yang lain dari dirinya.” — G.K.Chesterton -dalam bukunya “Come to think of it.”
“Agama adalah anak harapan dan kekuatiran, menjelaskan alam gaib.” – Ambrose Bierce dalam bukunya “The Devil’s Dictionary”.
“Bentuk agama yang benar itu pasti terdiri dari kesetiaan kepada kehendak Tuhan yang Menguasai alam, dalam mempercayai Risalah-Nya dan dalam meniru kesempurnaan-Nya.” – Edmun Burke dalam bukunya “Reflections on the revolution in France”.
“Semua agama berhubungan dengan kehidupan, dan kehidupan beragama ialah berbuat baik.” – Swedenborg dalam bukunya “Doctrine of Life.”
“Semua orang memiliki semacam rasa beragama, sewaktu ketakutan atau untuk hiburan.” – James Harrington dalam bukunya “Oceana.”
Sewaktu-waktu setiap orang menemukan dirinya berhadapan dengan Yang Gaib, Yang Tidak dimengerti dan dengan tujuan hidupnya!! Pertanyaan dalam dirinya tentang hal itu menimbulkan kepercayaan dan keyakinan atau “agama” dalam artinya yang pahng luas.
Mengapa saya berpendapat bahwa Islam adalah agama yang paling sempurna?
Pertama dan sebelum segala sesuatu, agama ini memperkenalkan kepada kita Penguasa Tunggal, Tuhan Al-Khalik:
Dengan nama Allah yang Pengasih lagi Penyayang. Katakanlah: Dia itu Allah Yang Esa, Allah yang menjadi tempat semua makhluk bergantung; Dia tidak melahirkan anak dan tidak dilahirkan sebagai anak, dan tidak ada satu apapun yang menyamai Nya. — Al-Ikhlash 1-4.
Kepada Allah-lah kamu akan kembali dan Dia berkuasa atas segala sesuatu. – Hud 4.
Dan di beberapa tempat Al-Qur’an menuturkan kepada kita tentang ke-Esaan Al-Khalik yang tidak bisa terlihat dengan mata kepala; Yang Berilmu, Yang Maha Kuat, Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Kekal, Yang Penyayang, Yang Pengasih, Yang Pemaaf dan Pengampun, Yang Maha Bijaksana dan Maha Adil.
Tuhan Penguasa Tunggal terbukti dalam kenyataan, dan kita berulang kali disuruh supaya membina kesempurnaan dalam hubungan antara Dia dan kita.
Ketahuilah oleh kamu, bahwa Allah menyuburkan bumi sesudah gersangnya. Sungguh telah Aku jelaskan kepada kamu beberapa ayat, supaya kamu mengerti. — Al-Hadid 7.
Ucapkanlah!Aku berlindung kepada Tuhan yang mengurus manusia. — An-Nas 1.
Orang boleh berdebat bahwa untuk membuktikan pengakuan dan iman kepada Allah, dan supaya bisa hidup bahagia dalam masyarakat itu perlu beriman dan menjalankan perintah Tuhan. Tidakkah kita lihat seorang bapak memberi petunjuk-petunjuk kepada anak-anaknya? Tidakkah kita lihat seorang bapak menyusun dan mengatur kehidupan keluarganya? Sehingga setiap anggota keluarganya hidup bersama-sama secara harmonis?
Islam telah membuktikan dirinya sebagai agama yang sah dan memperkuat kebenaran yang dibawa oleh agama-agama yang terdahulu. Islam juga mengakui bahwa bimbingan yang diberikan Al-Qur’an itu jelas dan bisa diterima akal. Al-Qur’an memberi bimbingan ke arah kemajuan hubungan antara Al-Khalik dan makhluk-Nya, menimbulkan kerjasama antara kekuatan-kekuatan rohaniah dan jasmaniah guna menciptakan keseimbangan lahir dan batin dalam membina kehidupan yang aman dan damai dengan diri kita sendiri, faktor yang sangat penting dalam membina keserasian antara orang yang satu terhadap yang lain dan syarat mencapai kesempurnaan.
Sedangkan agama Kristen, perhatian utamanya itu hanya bidang kerohanian. Agama Kristen mendakwahkan semacam cinta kasih yang memberatkan pertanggungan jawab para pemeluknya. Cinta kasih yang sempurna pasti menghadapi kegagalan, jika untuk mencapainya berada di luar kemampuan tabiat manusia dan bertentangan dengan akal dan pengertian. Seorangpun tidak akan ada yang mampu mendekati tingkat ajaran cinta kasih seperti yang didakwahkan oleh agama Kristen. Hanya orang yang memiliki pengetahuan yang mendalam tentang konflik-konflik kemanusiaan berpadu dengan rasa simpati, pengertian serta rasa tanggung jawab yang mungkin bisa sampai mendekati kesempurnaan prinsip agama Kristen. Akan tetapi untuk itu dia harus melepaskan diri dari pertimbangan akalnya.
Kata S.T.Coleridge dalam bukunya “Aid to Reflection”: “Orang yang mulai menjalankan kecintaan secara Kristen melebihi cintanya kepada kebenaran, hal itu akan membawanya kepada cinta golongannya atau Gerejanya melebihi cintanya kepada ke-Kristenan sendiri. Kemudian akan berakhir pada cinta dirinya sendiri melebihi segala-galanya.”
Islam mengajarkan supaya kita menghargai Tuhan dan tunduk kepada hukum-Nya, sekaligus menyerukan dan menggalakkan kita supaya mempergunakan akal/logika disertai penjagaan athifah cinta kasih dan saling pengertian. Al-Qur’an memerintahkan, sebagai pesan Al-Khalik, kepada semua makhluk-Nya yang berbeda-beda bangsa, golongan dan kedudukannya dalam masyarakat:
Katakanlah (olehmu Muhammad)!: Hai sekalian manusia! Kebenaran telah datang kepada kamu dari Tuhan kamu. Barangsiapa yang menerima petunjuk, maka dia memperoleh petunjuk untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang sesat, maka dia menyesatkan dirinya sendiri pula. Dan tidaklah aku menguasai kamu. — Yunus 108.
Saya tidak pernah menemukan agama lain yang bisa diterima akal dan menarik begitu banyak manusia serta mempunyai jumlah pengikut yang begitu besar. Dan jelaslah bagi saya bahwa tidak ada yang lebih dekat kepada pennldran dan akal dan kerelaan dalam hidup, dan tidak ada harapan yang lebih besar dari pada Islam untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat.
================================================
Navis B. Jolly (Inggris)
Saya lahir dalam lingkungan masyarakat Kristen, dan saya dibaptis dalam Gereja Inggris serta mengikuti sekolah Gereja, di mana sewaktu saya masih berumur belasan tahun telah membaca kisah Yesus Kristus, seperti yang terdapat dalam Injil-injil. Hal itu menumbuhkan pengaruh emosional yang mendalam pada jiwa saya, seperti juga saya merasakan hal yang sama pada waktu setiap kali saya datang ke Gereja, melihat altar yang tinggi yang dipenuhi dengan lilin menyala, kemenyan dan para pendeta dengan selendang-selendang adatnya, dan saya mendengar nyanyian misterious di waktu sembahyang.
Saya yakin bahwa pada tahun-tahun yang hanya sebentar itu, saya adalah seorang Kristen yang bersemangat. Kemudian berbareng dengan kemajuan saya dalam belajar dan hubungan saya yang tetap dengan Injil serta segala sesuatu yang bersangkutan dengan ke-Kristenan, terbentanglah luas di hadapan saya kesempatan berpikir mengenai apa yang saya baca dan saya saksikan, mengenai apa yang saya lakukan dan saya percayai. Segeralah saya mulai merasa tidak puas mengenai beberapa hal. Pada waktu itu juga saya meninggalkan sekolah gereja dan saya menjadi seorang atheis tulen, tidak mau percaya kepada agama.
Tapi kemudian saya mulai lagi mempelajari agama-agama lain yang penting-penting di dunia. Saya mulai mempelajari agama Buddha. Saya pelajari dengan sungguh-sungguh itu jalan yang delapan, dan ternyata memang tujuannya baik, tapi kurang memberi petunjuk dan kurang terperinci.
Dalam agama Hindu saya dihadapkan bukan hanya kepada tiga, tetapi kepada beberapa ratus Tuhan yang masing-masing memiliki kisah sejarah yang sangat fantastik dan tidak mungkin bisa diterima oleh akal saya.
Kemudian saya membaca sedikit tentang agama Yahudi, tapi sebelum itu saya telah cukup banyak membaca tentangnya dalam Perjanjian Lama yang menunjukkan bahwa agama Yahudi itu tidak dapat memenuhi beberapa nilai yang mesti dimiliki oleh sesuatu agama.
Dengan bimbingan seorang sahabat, saya mulai mempelajari soal-soal ilmu kerohanian, dan untuk itu saya harus menghadiri majelisnya yang dikuasai oleh roh-roh orang yang sudah mati. Tapi saya tidak meneruskan praktek ini lebih lama, karena saya yakin sepenuhnya bahwa hal itu tidak lebih dari sekedar dorongan kejiwaan, dan saya menjadi takut untuk melanjutkannya.
Sehabis perang dunia, saya berhasil mendapat pekerjaan pada sebuah kantor di London. Akan tetapi pekerjaan itu tidak mengurangi perhatian saya terhadap soal-soal agama. Pada suatu hari sebuah surat kabar lokal memuat sebuah artikel yang saya sanggah dengan sebuah tulisan, yaitu mengenai ketuhanan Yesus sebagaimana tersebut dalam Injil. Sanggahan saya itu menghasilkan banyak hubungan antara saya dengan para pembaca yang di antaranya terdapat seorang Muslim. Mulai saya berbicara dan berdiskusi tentang Islam dengan kenalan saya yang baru ini. Dan pada setiap tinjauan saya tentang macam-macam segi dari agama ini saya terjatuh. Walaupun saya pikir hal itu tidak mungkin, saya harus mengakui bahwa yang sempurna telah sampai kepada kita melalui seorang manusia biasa, sedangkan pemerintah-pemerintah yang paling baikpun di abad ke-20 ini tidak mampu melebihi perundang-undangan yang diberikan wahyu itu, bahkan negara-negara maju itu selalu mengutip susunannya dari susunan Islam.
Pada waktu itu saya bertemu dengan beberapa orang kaum Muslimin dan beberapa orang gadis Inggris yang meninggalkan agama mereka (Kristen) dan dengan segala kemampuan mereka membantu saya dalam mengatasi segala kesulitan yang saya hadapi. Hal itu terjadi karena memang kami muncul/lahir dalam satu lingkungan. Tenaga/ bantuan mereka dicurahkan tanpa pamrih.
Saya telah membaca banyak buku-buku. Saya ingat di antaranya ialah buku “The Relegion of Islam”, “Mohammad and Christ” dan “The Sources of Christianity”. Buku yang terakhir ini banyak menunjukkan persamaan antara agama Kristen dan cerita-cerita khayal zaman penyembahan berhala purba. Ini sangat mengesankan saya Yang terpenting dari semua itu ialah bahwa saya telah membaca Al-Qur’an. Pada pertama kali, nampak kepada saya seakan-akan kebanyakan isi Al-Qur’an itu berulang-ulang dan saya belum percaya sepenuhnya atas semua isinya. Akan tetapi saya merasa bahwa isi Al-Qur’an itu telah meresap ke dalam jiwa saya secara sedikit demi sedikit. Selang beberapa malam, saya menemukan keinginan dalam jiwa saya untuk tidak melepaskan lagi Al-Qur’an dari tangan saya. Kebanyakan yang menarik perhatian saya ialah itu persoalan yang ajaib, bagamana bisa terjadi bahwa petunjuk yang demikian sempurna itu sampai kepada alam kemanusiaan melalui manusia yang bersifat kekurangan. Kaum Muslimin sendiri selalu mengatakan bahwa Nabi Muhxtnmad s.a.w. itu manusia biasa.
Sungguh saya mengerti bahwa menurut Islam, Rasul-rasul itu adalah orang-orang yang tidak pernah berbuat dosa dan bahwa wahyu bukan perkara baru, sebab dahulu wahyu pernah diturunkan kepada para Nabi Yahudi dan bahwa Isa (Yesus) adalah Nabi terakhir dari kalangan bangsa Yahudi. Akan tetapi sebuah teka-teki selalu menggoda pikiran saya: Mengapa wahyu itu tidak diturunkan kepada Rasul-rasul abad kedua puluh?! Jawabnya, saya pikir ialah apa yang diterangkan oleh Al-Qur’an bahwa Muhammad s.a.w adalah Rasul Allah dan Nabi penutup. Hal itu jawaban yang sempurna dan tidak bisa dibantah, karena bagamana bisa jadi diutus lagi Rasul-rasul sesudah Muhammad s.a.w., sedangkan Al-Qur’anul-Majid adalah sebuah Kitab yang komplit yang menjelaskan segala sesuatu dan membenarkan segala yang ada di hadapan kita, dan bahwa Al-Qur’an itu kekal untuk selama-lamanya tanpa penggantian dan perubahan, sebagaimana dinyatakan oleh Al-Qur’an dan diperkuat dengan kenyataan:
Sesungguhnya Aku telah menurunkan Al-Qur’an dan Aku menjaganya. — Al-Hijr 9.
Tidak bisa diragukan bahwa sesudah itu tidak akan ada kebutuhan lagi kepada Rasul-rasul dan Kitab-kitab baru. Hal itu tertanam kuat dalam lubuk hati saya.
Saya baca bahwa Al-Qur’an itu petunjuk bagi mereka yang berpikir dan Al-Qur’an menantang kepada setiap orang yang ragu-ragu, supaya mereka membuat satu surat saja yang serupa dengan Surat Al-Qur’an:
Jika kamu berada dalam keraguan mengenai apa yang telah Aku turunkan kepada hamba-Ku, datangkanlah satu surat yang semacamnya dan panggillah berhala-berhala kamu, jika memang kamu benar. — Al-Baqarah 23.
Saya berpikir keras, jika ternyata pengaturan Al-Qur’an tentang hidup diberikan kepada seorang yang lahir pada tahun 570 Masehi, maka saya merasa pasti bahwa kita yang hidup pada tahun 1944 ini akan mampu untuk mencapai ajaran yang lebih baik dari itu. Mulailah saya pelajari kemungkinan ini, tapi ternyata saya gagal dalam segala lapangan.
Saya yakin, bahwa saya telah pernah terpengaruh dengan apa yang saya dengar dari atas mimbar-mimbar Kristen yang menentang Islam dalam soal poligami. Saya mengira bahwa saya dapat melancarkan kritik mengenai masalah itu, karena waktu itu saya yakin bahwa teori Barat tentang monogami itu lebih baik dari pada teori kolot yang menyerukan poligami. Soal itu saya bicarakan dengan sahabat saya, orang Islam itu yang dengan kontan mengemukakan bantahan yang meyakinkan bahwa bolehnya poligami itu dalam batas-batas tertentu. Poligami itu hanya satu usaha untuk mengatasi apa yang sekarang terjadi di dunia Barat, yaitu meluasnya hubungan-hubungan gelap antara dua jenis manusia yang berbeda, dalam bentuk yang semakin beraneka-ragam. Keterangan sahabat saya itu diperkuat dengan berita-berita yang tersiar dalam surat-surat kabar yang menjelaskan sedikitnya jumlah orang-orang yang mencukupkan diri dalam praktek dengan satu isteri saja di Inggris.
Saya sendiri melihat bahwa sesudah selesainya perang, jumlah kaum wanita dalam usia tertentu menjadi lebih banyak dari pada pria. Keadaan ini mengakibatkan ,tidak sedikit kaum wanita yang menghadapi kesulitan untuk menemukan kesempatan bersuami. Apakah memang Allah s.w.t. menciptakan wanita semata-mata untuk menghadapi kesulitan?
Saya selalu ingat, bahwa dalam program siaran radio yang dikenal dengan nama “Dear Sir”, seorang gadis Inggris yang belum pernah kawin mengajukan tuntutan supaya diadakan undang-undang yang membolehkan poligami. Dia mengatakan bahwa dirinya lebih baik hidup dalam ikatan perkawinan bersama dengan istri-istri lain dari pada hidup menyendiri secara liar yang seolah-olah menjadi ketentuan takdir buat dirinya.
Dalam Islam tidak ada kewajiban berpoligami, tapi jelas bahwa tanda agama yang sempurna itu ialah memberikan kesempatan untuk itu.
Kemudian kepada sahabat saya orang Islam itu saya kemukakan masalah sembahyang wajib yang saya kira merupakan titik kelemahan Islam, sebab melakukan sembahyang berulang-ulang sampai 5 kali itu setiap hari dan malam itu mesti hanya merupakan kebiasaan yang tidak ada artinya. Akan tetapi sahabat saya itu kontan menjawab dengan jelas. Dia berkata: “Bagamana dengan praktek memetik alat-alat musik? Bukankah anda menghabiskan waktu setengah jam setiap hari untuk mengulanginya? Apakah jiwa anda terpengaruh atau tidak? Hal itu pasti hilang keindahannya, jika hanya sekedar kebiasaan saja. Yang mempengaruhi jiwa kita itu ialah pikiran kita tentang apa yang kita kerjakan. Demikian juga halnya dalam soal musik. Sebenarnya, memetik saja tanpa pikiran sudah cukup berpengaruh ke dalam jiwa kita, dari pada tidak memetik sama sekali. Begitu juga dalam hal sembahyang. Melakukan sembahyang tanpa pikiran yang khusyuk saja sudah cukup baik pengaruhnya dalam jiwa kita, dari pada tidak sembahyang sama sekali.”
Setiap orang yang mempelajari musik mengakui kebenaran ini. Apalagi jika kita tahu bahwa sembahyang Islam itu hanya berguna bagi orang yang melakukannya sebagai latihan rohani, melebihi hikmah faedahnya yang banyak. Sedangkan Allah Rabbul-’alamin tidak butuh kepada sembahyang makhluk-makhluk ini.
Sesudah itu, mulailah jiwa saya menjadi tenang dan berangsur-angsur dapat menerima kebenaran yang dibawa oleh Islam. Lalu saya umumkan keimanan saya, dan saya memeluk Islam. Saya lakukan itu dengan penuh kepuasan, dan saya buktikan bahwa hal itu bukan sekedar tindakan emosional, tapi hasil pemikiran yang lama, terakhir hampir menghabiskan waktu dua tahun, selama mana saya berusaha melawan segala hawa nafsu yang selalu ingin membelokkan saya ke jalan yang lain.
==========================================================
Lady Evelyn Zeinab Cobbold (Inggris)
Pertanyaan terbanyak yang saya terima, ialah: Kapan dan mengapa saya memeluk agama Islam’!
Saya hanya bisa menjawab bahwa tidak mungkin saya dapat memastikan secara persis detik-detik yang menentukan, sewaktu cahaya ke-Islaman memancar masuk ke dalam jiwa saya. Yang jelas ialah bahwa saya sudah menjadi orang Islam. Kejadian ini bukan satu keanehan, jika orang ingat bahwa Islam itu adalah agama fithrah (natural religion). Ini berarti bahwa seorang bayi itu akan tumbuh menjadi seorang pemuda Islam jika dia dibiarkan hidup di atas fitrahnya sendiri. Seorang kritikus Barat pernah membenarkannya dengan perkataan: “Islam is the relegion of common sense” atau “Islam adalah agama akal.” Setiap bacaan dan pelajaran saya tentang Islam bertambah, bertambah pulalah keyakinan saya bahwa Islam itu adalah suatu agama yang paling praktis dan paling mampu menyelesaikan segala kesulitan dunia dan membawa alam kemanusiaan ke jalan keamanan dan kebahagiaan. Karena itulah maka saya tidak ragu-ragu dalam kepercayaan saya bahwa Allah itu SATU/ESA, dan bahwa Musa, Isa dan Muhammad s.a.w. serta Nabi-nabi lain yang sebelumnya itu adalah para Nabi yang dituruni wahyu oleh Tuhan, bahwa kita manusia semua tidak dilahirkan dalam dosa, dan kita tidak memerlukan seorang perantara dalam menghadap Tuhan. Kita semua mampu menghubungkan jiwa kita dengan Dia sembarang waktu, dan manusia itu, sampai Muhammad dan Isa sekalipun tidak ada yang bisa menjamin apa-apa untuk kita dari Allah s.w t., dan bahwa keselamatan/kebahagiaan hidup kita itu tergantung kepada cara hidup dan amal perbuatan kita sendiri.
“Islam” berarti tunduk dan menyerah kepada Allah. “Islam” juga berarti selamat dan aman. Sedangkan seorang Muslim itu ialah orang yang beriman dan melaksanakan ajaran-ajaran Allah, sehingga dia bisa hidup dengan aman di hadapan Allah dan dalam lingkungan makhluk-Nya.
Islam berdiri di atas dua pokok. Pertama ialah ke-Esaan Allah, dan kedua ialah persaudaraan yang meliputi seluruh alam kemanusiaan. Islam bebas dari theologi dogmatis yang memberatkan. Lebih dari itu semua, Islam adalah suatu agama yang positif.
Dalam ibadah Haji –suatu peribadatan yang tidak bisa dijelaskan pengaruhnya dengan kata-kata– orang melihat dirinya sebagai satu anggota dalam sebuah pergumulan besar dari seluruh dunia pada kesempatan suci di tanah suci, untuk bersama-sama dengan segala kekhusyuan mengagungkan Allah. Dengan demikian tumbuhlah dalam jiwanya kesan tentang agungnya idealisme Islam, yakni terbukanya kesempatan baik untuk bersama-sama masuk dalam kancah percobaan kerohanian yang dianugerahkan Allah s.w.t. kepada alam kemanusiaan. Menziarahi tempat kelahiran Islam, bekas-bekas perjuangan Rasulullah s.a.w. sewaktu beliau mengajak alam kemanusiaan yang sesat supaya kembali kepada Allah s.w.t. Semua kehidupan yang penuh berkah itu membangkitkan kesan dalam semua hati dan ingatan kepada perjuangan lama makan banyak waktu, yang dijalankan oleh Muhammad s.a.w. dalam tahun-tahun yang penuh pengorbanan. Semua itu berpengaruh dalam jiwa dan melebur dalam semburat cahaya langit yang menerangi seluruh jagat raya. Bukan itu saja, dalam ibadah Haji itu masih ada yang lebih penting lagi, yaitu membuktikan adanya persatuan di kalangan kaum Muslimin. Kalau ada suatu hal yang dapat mempersatukan kekuatan Ummat Islam yang bercerai-berai dan memberinya corak persaudaraan dan semangat kerjasama, maka ibadah Haji-lah yang dapat membuktikannya. Dalam melaksanakan ibadah Haji terdapat kesempatan untuk mempertemukan semua bangsa dari seluruh dunia untuk saling berkenalan dan bertukar pikiran tentang hal-ihwal masing-masing, dan mempersatukan tenaga dalam usaha kemaslahatan bersama dengan mengesampingkan soal-soal negeri tempat tinggal, perbedaan golongan dan madzhab, warna kulit atau kebangsaan. Semua bersatu dalam satu ikatan persaudaraan besar dalam akidah yang mengilhami bahwa merekalah sebenamya yang pantas menjadi pewaris keagungan.
=================================================
Mrs. Cecilia Mahmudah Cannolly (Australia)
Mengapa saya memeluk Islam?
Pertama-tama dan sebelum segala sesuatunya, saya ingin menyatakan bahwa saya memeluk agama Islam, karena ternyata bahwa saya adalah seorang Muslim dalam lubuk jiwa saya tanpa setahu saya.
Sudah sejak masih muda, saya telah kehilangan kepercayaan kepada agama Kristen. Sebabnya banyak, dan yang terpenting ialah kalau saya bertanya kepada orang-orang Kristen, baik tokoh-tokoh Gereja maupun orang-orang Kristen biasa, tentang sesuatu yang tidak jelas bagi saya mengenai ajaran-ajaran Gereja, saya selalu saja mendapat jawaban: “Nona tidak akan bisa menggali ajaran-ajaran Gereja, tapi nona wajib mempercayainya.” Waktu itu saya tidak mempunyai cukup keberanian untuk mengatakan kepada mereka: “Saya tidak bisa mempercayai sesuatu yang saya tidak mengerti.” Dan menurut hasil penelitian saya, tidak ada seorangpun di kalangan mereka yang menyebut dirinya orang Kristen yang mempunyai keberanian semacam itu.
Apa yang saya lakukan selanjutnya, ialah keluar dari Gereja Roma Katolik serta ajaran-ajarannya dan memantapkan ke-Imanan saya kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebab beriman kepada-Nya itu lebih mudah dari pada beriman kepada Tuhan Yang Tiga, seperti yang diajarkan oleh Gereja. Dan berlawanan dengan ajaran-ajaran G,ereja yang tidak bisa dimengerti itu, saya mulai menemukan kehidupan yang lebih luas, bebas dari segala dogma. Setiap kali saya menghadapkan muka, saya menemukan bukti-bukti kekuasaan Allah s.w.t. pada makhluknya, dan saya –juga orang lain yang kecerdasannya lebih tinggi dari pada saya– tidak bisa memahami segala mu’jizat yang terjadi di bawah mata saya. Saya tertegun memikirkan segala kejadian/keajaiban makhluk Allah: pohon-pohon, bunga-bunga, burung-burung dan hewan-hewan sampai anak-anak yang dilahirkan, semua itu saya rasa merupakan mu’jizat yang maha gemilang. Tidak seperti yang diajarkan oleh Gereja. Saya ingat di waktu saya masih kecil, jika saya melihat bayi yang baru lahir yang digambarkan oleh Gereja sebagai “tertutup dengan kehitaman dosa.” Sekarang tidak ada anggapan buruk semacam itu lagi mendapat tempat dalam khayalan saya. Sekarang segala sesuatu menjadi indah di muka mata saya.
Pada suatu hari, anak saya perempuan pulang ke rumah membawa sebuah buku tentang Islam. Buku itu telah mempengaruhi jiwa saya untuk memberikan perhatian kepada agama ini, sehingga sesudah selesai membaca buku ini, saya terus membaca buku-buku yang lain lagi tentang Islam, dan segeralah saya mengerti bahwa Islam itu adalah justru akidah yang cocok dengan kepercayaan saya.
Pada waktu saya masih percaya kepada agama Kristen, saya terpengaruh oleh apa yang dimasukkan ke dalam hati saya bahwa Islam itu tidak lebih dari pada sebuah cerita lelucon. Akan tetapi sesudah saya membaca buku-buku tersebut, hilanglah segala sangkaan buruk itu dari hati saya, dan tidak lama kemudian saya menemui beberapa orang Islam untuk menanyakan beberapa masalah yang belum begitu jelas sempurna bagi saya. Ketika itulah tersingkap segala tirai yang menghalangi saya dari Islam. Setiap kali saya kemukakan pertanyaan, setiap itu pula saya mendapat jawaban yang meyakinkan. Berlainan sepenuhnya dengan apa yang dilebih-lebihkan pada waktu saya masih menganut agama Kristen.
Sesudah membaca-baca dan mempelajari, saya dan anak saya perempuan mengambil keputusan untuk memeluk agama Islam dengan nama Rasyidah dan Mahmudah.
Kalau ada orang yang bertanya kepada saya tentang segi yang paling menarik bagi saya dalam Islam, pasti akan saya jawab: Sembahyang. Karena sembahyang dalam agama Kristen, tidak lebih dari pada do’a kepada Allah (dengan perantaraan Yesus Al-Masih) agar Dia menganugerahi kita dengan kebaikan di dunia. Sedangkan dalam Islam, sembahyang itu ialah memanjatkan puji ke hadirat Allah s.w.t. dan bersyukur atas segala ni’mat-Nya. Allah sendirian yang lebih mengetahui apa yang bermanfaat bagi kita dan menganugerahi kita dengan apa yang kita perlukan tanpa memintanya sedikitpun.
===============================================
Miss Fatima Kazue (Jepang)
Sejak terjadinya perang dunia ke-II, saya telah kehilangan kepercayaan kepada agama kami, yakni sejak saya menjalankan kehidupan secara Amerika. Saya merasa ada sesuatu yang terlepas dari jiwa saya, akan tetapi saya bisa menentukan apa yang telah hilang itu, sedangkan jiwa saya tetap menuntut supaya saya menentukan apa yang hilang itu.
Adalah nasib baik bagi saya kenal dengan seorang Muslim yang sudah lama tinggal di Tokyo, dan cara hidup serta ibadahnya sungguh mengagumkan saya. Lalu saya tanya dia tentang beberapa masalah yang dijawabnya dengan jawaban yang cukup meyakinkan, memuaskan akal dan jiwa sekaligus. Dia memberitahukan kepada saya tentang bagamana seharusnya manusia hidup sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditentukan Allah s.w.t. Saya tidak membayangkan sebelumnya bahwa pandangan manusia akan berubah secepat apa yang saya alami dalam jiwa saya, ketika saya mengikuti dan menjalankan kehidupan secara Islam. Saya merasa bahwa saya setuju dengan Tuhan yang menciptakan saya.
Dengarlah penghormatan seorang Muslim: “Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh”. Kalimat itu merupakan do’a memohonkan keselamatan dari Allah, do’a mohon kebahagiaan yang abadi. Ini sangat berbeda dengan kata-kata “good morning” dan “good afternoon”, suatu penghormatan yang hanya secara sederhana mengharapkan kebaikan pagi dan sore, di dalamnya tidak terkandung harapan yang kekal, tidak pula mengandung do’a kepada Allah agar melimpahkan rahmat dan berkah-Nya.
Sahabat saya yang Muslim itu mengajarkan kepada saya tentang banyak hal yang harus diimani oleh setiap Muslim serta peribadatan yang harus ditunaikan. Saya.amat tertarik oleh cara hidup menurut ajaran Islam, kebersihannya, keluasannya dan kebiasaannya mengucapkan salam.
Saya yakin sepenuhnya bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang bisa menjamin keselamatan dan ketentraman hidup seseorang dan masyarakat secara merata. Hanya Islam sajalah yang memberikan keselamatan hakiki kepada alam kemanusiaan, berlaku dalam waktu yang lama dan membimbing rnereka kepada keamanan.
Berbahagialah saya, bahwa saya setuju dengan jalan keselamatan, dan saya sangat mengharap dapat menyebarluaskan Islam di kalangan bangsa saya, manakala saya menemukan jalan untuk itu.
===================================================
Miss Amina Mosler (Jerman)
Saya mendengar anak saya menangis dengan air mata bercucuran mengatakan. “Ibu! Saya tidak mau tetap sebagai orang Kristen sesudah ini. Saya ingin menjadi orang Islam. Ibu juga, ya Bu, harus bersama saya masuk agama yang baru ini.”
Kejadian itu adalah pada tahun 1928. Waktu itulah untuk pertama kalinya saya merasa perlu mempelajari Islam. Lewat beberapa tahun, sebelum saya menemui Imam Mesjid Berlin yang menjelaskan kepada saya tentang agama ini, saya selalu meyakini bahwa Islam adalah agama yang benar dan saya setujui.
Iman kepada Trinitas yang diajarkan oleh agama Kristen adalah suatu hal yang mustahil bagi saya. Akhirnya pada waktu saya menginjak usia 20 tahun, dan sesudah saya mempelajari Islam, saya berpendapat untuk tidak mengakui, tidak menganggap suci dan tidak mengakui kekuasaan Paus yang tinggi, baptis dan lain-lain kepercayaan, jadilah saya seorang Muslimat.
Semua leluhur saya adalah orang-orang yang taat beragama. Saya sendiri tumbuh dalam masyarakat. Karena itu saya membiasakan diri untuk melihat hidup ini dari sudut pandangan keagamaan, dan hal itu mengharuskan saya memeluk salah satu agama. Maka adalah nasib saya yang baik serta menyenangkan bahwa saya mengambil keputusan untuk memeluk agama Islam.
Sekarang saya merasa sangat berbahagia, dalam keadaan sudah menjadi nenek, karena saya dapat membanggakan bahwa cucu saya telah melahirkan seorang bayi Muslim. Dan Allah s.w.t. memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.
Mengapa orang-orang Islam masuk Kristen, karena mereka TIDAK memahami agamanya ? Dan dipengaruhi para pembohong yang tersesat yang menyesatkan. Naudzubillah.
Hari sabat, adalah suatu hari yang di khusukan kepada setiap manusia (tidak memandang agama), untuk berhenti dari segala aktifitas sehari-hari dan pada hari sabat itulah manusia hanya di khususkan untuk menyembah Allah. Hal ini ada di dalam 10 perintah Allah, atau hukum taurat, dimana hukum ini, wajib kita taati. Pada jaman nabi2, 10 perintah Allah ini, belum tergenapi. Beberapa nabi, yang terdapat di kitab suci, tidak dapat menggenapi ke sepuluh perintah Allah tersebut, dan pada saat itu, manusia benar-benar sudah jauh dari Allah, dan banyak sekali melakukan dosa. Baik pemuka agama maupun pemimpin pemerintahan pada saat itu, mereka tidak melakukan isi dari perjanjian lama yang tertulis di Alkitab.
Di dalam ayat di Alkitab YOH 3:16 dikatakan “KARENA BEGITU BESAR KASIH ALLAH AKAN DUNIA INI, SEHINGGA IA TELAH MENGARUNIAKAN ANAK-NYA YANG TUNGGAL, SUPAYA SETIAP ORANG YANG PERCAYA KEPADA-NYA TIDAK BINASA, MELAIKAN BEROLEH HIDUP YANG KEKAL” dan dalam YOH 3:18 dikatakan “BARANG SIAPA PERCAYA KEPADA-NYA, IA TIDAK AKAN DI HUKUM; BARANG SIAPA TIDAK PERCAYA, IA TELAH BERADA DI BAWAH HUKUMAN, SEBAB IA TIDAK PERCAYA DALAM ANAK TUNGGAL ALLAH”. Di dalam ayat itu sudah jelas bahwa Yesus lahir dari dara maria, dan datang ke dunia mempunyai misi untuk menyelamatkan dan mendekatkan umat manusia ke jalan Allah dan kita harus PERCAYA. Di dalam keberadaan Yesus di dunia, banyak sekali hal-hal yang dilakukan Nya sebagai cermin Allah kepada manusia. Sepuluh Perintah Allah telah di genapi, dan setiap hal yang dilakukannya baik adanya itulah Perjanjian Baru. Di dalam perjajian baru, segala sesuatu yang menjadi hukum taurat telah di genapi, dan telah di lakukan Yesus. Seperti menyembuhkan orang di hari sabat (yang di dalam perjanjian lama hari sabat tidak boleh bekerja, sekarang Yesus menggenapinya dengan perbuatan baik pada hari sabat yaitu menyembuhkan orang dari penyakitnya).
Hari sabat yang sesungguhnya dalam perhitungan hari adalah hari sabtu (sesuai kalender yunani). Namun Yesus datang ke dunia ini untuk menyatakan karya Allah pada manusia, dimana harus ada satu hari yang di kususkan oleh manusia untuk menyembah Allah. Dan hari itulah mereka berkumpul dan bersama-sama beribadah. Jikalau kita sadari, beribadah tidak harus hari sabat, tapi setiap kari, kapan pun, dimana pun, bagaimanpun itu tidak masalah… dan hari minggu atau sabtu, itu tidak merupakan suatu masalah bagi Allah untuk manusia beribadah. Yang di lihat Allah bukan harinya, meliankan Iman seseorang dalam melakuakn beribadah.
Hari minggu atau Sabtu, adalah hari-hari dimana saat terpenting terjadi di dunia (sabtu adalah hari ke tujuh *kalender yunani*, dan di hari ke tujuh Allah beristirahat setelah apa yang di ciptakannya di bumi telah selesai, sedangkan hari minggu adalah hari dimana Yesus Kristus bangkit mengalahkan maut dan kematian). Pada hari-hari itu adalah hari yang baik adanya, Di hari itulah umat kristiani melaksakan ibadah bersama-sama sebagai simbol untuk mengenang hari-hari itu.
Sesuangguhnya Jum’at adalah hari yang tidak baik, karena dalam perhitungan hari bahwa di situlah Yesus di salibkan, dan jatuh ke dalam kerajaan maut (Kematian). Namun karena pada hari itu lah Yesus wafat, hari itu di sebut jum’at agung.. sedangkan sabtu suci dan minggu paskah…
Jadi menurut saya, Ibadah itu bisa di lakukan di mana saja, dalam keadaan apapun, tanpa terikat oleh waktu.
pesan saya kepada teman-teman seiman percayalah kepada Yesus, Sebeb Yesus berkata “Tidak ada seorang pun masuk ke dalam surga tanpa melalui aku, karena aku (YESUS) ada di dalam Bapaku (ALLAH) dan Bapaku (ALLAH) ada di dalam aku”
Bacalah wahyu 14 tentang “Anak Domba dan pengikut-Nya yang ditebus-Nya”3
dan seperti kitab Wahyu 14 : 12 “Yang terpenting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus”.
Kitab Yudas ayat 18 “Sebab mereka telah mengatakan kepada kamu ” Menjelang akhir jaman akan tampil pengejek-pengejek yang akan hidup menurut hawa nafsu keafasikan mereka”.
dan jika kita kaji menurut waktu, kitab ini ada sebelum agama lainnya di bawah agama kristen ada. dan ayat ini hanya ada dalam Alkitab…, jadi????
Semoga apa yang saya paparkan ini dapat menjadikan pedoman dalam kehidupan kita.
Tuhan memberkati kita, Amin…
1. Jangan ada padamu Allah lain dihadapan-Ku
> Jesus dipertuhan
2. Jangan membuat PATUNG
> Hampir setiap Gereja ada patung Jesus / Bunda Maria
3. Jangan menyebut nama Tuhan Allah-mu sembarangan
> Tuhan Allah dipanggil Bapa
4. Tetap ingat dan kuduskanlah hari Sabat
> Yang terjadi malah hari Minggu yang dikuduskan
5. Hormatilah ayah dan ibumu
6. Jangan membunuh
7. Jangan berzinah
8. Jangan mencuri
9. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu
10. Jangan mengingini istri sesamamu
Agama Kristen gak konsisten dengan kitabnya